Alhamdu??
*Alhamdulillah...
Pinter ^^
Kalo gambar di samping kiri itu hasil sulaman sendiri. Beda lagi dengan ini sulaman kata merajut makna penuh cinta, ahai . ^^
Lebay.com
Gapapa... ini serpihan yang insya Allah akan menjelma karya nyata yang menggugah jiwa anak manusia. Allahumma amiin ya Rabb
Check it out ( Walking in my minde).
SENGAJA TANPA JUDUL, So, Bikin judul sendiri ya... ^^
Matanya memerah, "Lah kok?" betapa kagetnya
aku, dia langsung merangkul dan memeluk erat tubuhku. "Kangeeen, demi
Allah aku sangat merindukanmu!" Suara paraunya bergandeng dengan isak
tangis yang memecah keheningan.
Laki-laki yang sejak lima tahun terakhir mengisi hatiku, menghias hari-hari dengan cinta. Aku bahkan tidak mengerti kenapa kerap kali ia mengatakan kerinduannya padaku. Sekalipun aku belum bisa memberinya buah hati. Dia bahkan tidak pernah menyinggung dan mempermasalahkan hal itu.
"Iya suamiku, mujahid tangguh, pria paling tampan. Aku juga selalu merindukanmu." mengelus dan menepuk punggungnya. Baru satu jam yang lalu. Pria berkulit putih yang sangat aku kenal menginjakkan kaki keluar rumah. Aku yang memintanya untuk menemui wanita yang dulu pernah mengisi hatinya, sebelum memilihku menjadi bidadari pelengkap sayapnya.
Pelukannya semakin erat. Tangisnya menjadi-jadi. "Aku tidak bisa...". Pelan, aku mengangkat kepalanya dari bahuku. Meletakkan kedua tangan dipipinya. Menatap lekat bola matanya,"Kenapa..?" tanyaku lembut. "Aku sudah memilihmu, hanya ingin kamu. Tanpa wanita lain."
Laki-laki yang sejak lima tahun terakhir mengisi hatiku, menghias hari-hari dengan cinta. Aku bahkan tidak mengerti kenapa kerap kali ia mengatakan kerinduannya padaku. Sekalipun aku belum bisa memberinya buah hati. Dia bahkan tidak pernah menyinggung dan mempermasalahkan hal itu.
"Iya suamiku, mujahid tangguh, pria paling tampan. Aku juga selalu merindukanmu." mengelus dan menepuk punggungnya. Baru satu jam yang lalu. Pria berkulit putih yang sangat aku kenal menginjakkan kaki keluar rumah. Aku yang memintanya untuk menemui wanita yang dulu pernah mengisi hatinya, sebelum memilihku menjadi bidadari pelengkap sayapnya.
Pelukannya semakin erat. Tangisnya menjadi-jadi. "Aku tidak bisa...". Pelan, aku mengangkat kepalanya dari bahuku. Meletakkan kedua tangan dipipinya. Menatap lekat bola matanya,"Kenapa..?" tanyaku lembut. "Aku sudah memilihmu, hanya ingin kamu. Tanpa wanita lain."
________________________________________________________________________________
Sekuntum mawar yang merekah
Teguh menunjam akar dengan kokoh
Menebar aroma ketegaran
Menyejukkan pandangan
Kumbang-kumbang berlalu
Sesunggukan tatapan penghargaan istimewa
Pesona keanggunan nan ayu
Mengusik hati para pejuang cinta
Menyimpan harapan tak bertepi
Kepada bidadari duniawi
Sorot mata yang memancarkan hasrat menggelora
Kini telah meredup isyarat kepatuhan atas penghambaannya
________________________________________________________________________________
"Ayolaaah sobat.. Serious but still fun!" Hmm Aku bahakan tak mengerti, kenapa dia begitu serius menanggapi sesuatu. Ujuk-ujuk pusing sendirikan jadinya?! Ngeluh lagi, sedikit-sedikit ngeluh. Ngeluh kok ya sedikt-sedikit! Wew, Piss :D
"Allah tahu isi hatimu...jangan khawatir. ya? Yang penting, jangan pernah jenuh memohon pada-Nya, minta dengan sungguh-sungguh. Doa! Mengadulah hanya kepada-Nya, jangan pada makhluk. Terkadang, orang juga risih kalau sering-sering dengar keluhan kita. Seolah hanya kita yang punya masalah." Dia hanya tersenyum, mendengar nasihatku. Sepertinya dia sedang meratapi kesalahannya lewat bias senyum tadi. Ya, aku mengerti sobat. Akalmu memang menyadari, tapi masih sangat berat untuk hatimu.
Aku menatap lekat matanya yang berkabut. Merangkul tangannya dan ikut melempar pandangan ke depan. Semilir angin menerpa lembut jilbab kami. Si Jingga menyapa dua gadis remaja yang duduk di bibir pantai. Sejauh mata memandang, hamparan laut bercumbu mesra dengan langit biru, menjelma batasan. Dia menyandarkan kepalanya dibahuku. "Kau lihat garis itu? Seprti itulah hakikat diri kita. Memiliki ketrbatasan. Tidak ada yang sempurna. Yang ada hanyalah bagaimana cara kita menyikapi kehidupan ini melalui bimbingan Yang Maha Sempurna."
________________________________________________________________________________
Ruas jemari yang kirinya terus bertasbih.
Memijit-mijit tengkuk yang sejak tadi malam meronta, memaksa minta
dipijit. Otot tegang, sulit diangkat, berat. Aaarrgh, ia terus berusaha
untuk kuat. Belajar dan belajar. Ujian dipelupuk mata. "Kalaulah semua
ini bukan amanah, aku pasti tidak akan mampu menjalaninya. Mengingat
semua ini adalah 'amanah' aku harus mampu bertahan dan mempersembahkan
yang terbaik yang aku bisa." gumamnya.
Ya, Kehidupan ini adalah sebuah amanah. Amanah dari Sang Pencipta tentunya. Begitu juga dengan dia, gadis penyakitan yang KEYAKINAN terhadap ketentuan-Nya sangat mengakar dalam diri. Yakin, Sabar dan Ikhlas yang menjadi kekuatannya. "Aku bahkan tidak pernah berpikir menjadi yang terbaik, tapi aku akan berusaha melakukan yang terbaik."
Ya, Kehidupan ini adalah sebuah amanah. Amanah dari Sang Pencipta tentunya. Begitu juga dengan dia, gadis penyakitan yang KEYAKINAN terhadap ketentuan-Nya sangat mengakar dalam diri. Yakin, Sabar dan Ikhlas yang menjadi kekuatannya. "Aku bahkan tidak pernah berpikir menjadi yang terbaik, tapi aku akan berusaha melakukan yang terbaik."
________________________________________________________________________________
"Piring..piring" seru yang piket kamar. yup, makan pagi datang. Yang masih diperaduan menyingkap selimut. Beberapa yang berlalulalang memikul handuk, datang dan pergi mandi. Antri yang efektif "Udah selsai, cepat masuk ya", gantian dengan teman sekamar. :D
Seperti biasa, pagi hari suara musik bersahut-sahutan. Cuaca pagi ini cerah, secerah hatiku. Meski hanya mengintip disebalik jendela, cukup melontar dan menangkap keindahan sejauh mata memandang. Kebesaran-Nya selalu membuatku jatuh dan mencinta. Udara pagi nan segar semakin menyadarkanku akan lembutnya kasih sayang-Nya.
Fabiayyi 'aalaa 'irabbikuma tukadzibaan?
Nikmat Tuhanmu yang makah yang kamu dustakan?
________________________________________________________________________________
Udara malam mulai merasuk, menyelinap
dicelah-celah selimut. Pelan, mengusap dan menciumi kulitku. Hemmm,
sejuk. Lagi, mata enggan terpejam. "krup krup" peregangan tulang mulai
beraksi. Hatiku terus menggeliat menata dan terus merapikan serpihan
yang masih berserakan. Jemari tak mampu lagi menggores kata, sengal.
Menekan huruf demi huruf merajut kata sebagai gantinya.
Pasti setiap siang tidur, ujuk-ujuk malam lembur. Sekalipun tidurnya tidak berkualitas. Lha kok? Gimana coba tidur, mata merem tapi telinganya masih monitoring. weew intinya emang susah tidur :D terlalu memaksakan untuk dapat tidur. Hmmm yang penting udah usaha untuk mengistirahatkan saraf-saraf yang tegang.
Masih terdengar senandungnya sulis (Ibu) dari arah depan ranjang. Juga lagu korea, masih di seberang. Beda lagi suaranya Justin Biber samping kanan ranjang. Ngajak perang kayaknya tuh. Ckckck Sumbat telinga dengan Maher Zain :D
Pasti setiap siang tidur, ujuk-ujuk malam lembur. Sekalipun tidurnya tidak berkualitas. Lha kok? Gimana coba tidur, mata merem tapi telinganya masih monitoring. weew intinya emang susah tidur :D terlalu memaksakan untuk dapat tidur. Hmmm yang penting udah usaha untuk mengistirahatkan saraf-saraf yang tegang.
Masih terdengar senandungnya sulis (Ibu) dari arah depan ranjang. Juga lagu korea, masih di seberang. Beda lagi suaranya Justin Biber samping kanan ranjang. Ngajak perang kayaknya tuh. Ckckck Sumbat telinga dengan Maher Zain :D
________________________________________________________________________________
"Berrrrrrr", Kakiku kikuk karena mulut Ac itu tak berhenti menghembuskan nafas. Dengan bangganya ia menebar aroma kesegaran dimalam yang bisu. Sebagian menggelar penghalang dipinggir bibir ranjang bertingkat. wiieeh mantep ei, main pondok-pondokan. ^_^
Sesekali ada yang terbangun, suasana "sedikit" gaduh. "Ayok,ayok BAK."
"Ikut..ikut". Malam semakin larut, mataku tak kunjung redup. Pemikiran yang diselimuti mimpi-mimpi semakin tumbuh dan berkembang pesat. Jemari yang kian gatal untuk menggores kata demi kata.
Pelan,membuka lembaran-lembaran kusam yang masih rapi. Hmmm, waktu begitu cepat menggilas roda zaman Ssst terdengar lagi suara dari arah ranjang atas. Seperti biasa, hiburan penghuni asrama nonton. Lampu kamar sudah di off dua jam yang lalu. Eh, ada yang sedang belajar persiapan ujian praktikum besok. Tinggal kelas D dan kelas A yang piket ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar