Laman

Novel yg Tertunda ^_^



 “Abang  mau.. panggilannya annisa. Seperti nama surah dalam Al-qur’an An-Nisa yang artinya Wanita. Kau tahu? Kenapa abang memberinya nama Nurhafizahra setinnisa?” tanya nya. Istrinya memandangi diselimuti rasa penasaran. Ali memaparkan alasannya “ kita mulai dari Nur, abang ingin… annisa menjadi sosok yang mampu memberi segudang harapan di masa yang akan datang. Cahaya yang tak pernah padam untuk senantiasa menyinari dalam kegelapan. Cahaya yang mampu membagi kehangatan serta menjadi pelita kehidupan untuk terus mengejar dan meraih impian. Hafizah, abang menginginkan annisa menjadi seorang hafiz Al- qur’an. Yang menjadikan Al- Qur’an sebagai pedoman hidup, pelita dalam menapaki kehidupan yang sesungguhnya. Zahra, abang ingin dia menjadi wanita yang patuh kepada orang tuanya seperti putri baginda Muhammad saw. Fatimah Az-zahra. Zahra itu sendiri bisa di artikan bunga. Ya, bunga yang menebar harum nan segar pada jiwa-jiwa yang tegar. Indah di pandang. Disukai banyak orang, menebar cinta dan kasih sayang yang tak bertepi kepadaa setiap insan. Dan terakhir. Setiannisa, abang menginginkan anak kita tercinta ini..menjadi wanita yang setia kepada Sang Pencipta, Agama dan keluarganya.”




Filosofi Nama
“Bang…bang…” dengan nada merintih kesakitan, istrinya mencoba membangunkan. Wanita yang akrab di sapa “Dare” itu tengah hamil tua. Menggerak-gerakkan bahu suaminya dengan tangan kirinya sedang tangan kanannya memegang perutnya yang buncit, hamil. “Kenapa dek..?” Ali mengucek matanya pelan. Wajah dare tampak pucat dan berkeringat. Melihat hal itu Ali tersentak kaget dan cemas. “Kamu sudah mau melahirkan sepertinya ni dek.” Bergegas turun ranjang dan mengelap keringat yang memuncrat di wajah istri tercintanya. “Sabaar ya dek, abang mau ke rumah Long Mariam dulu. Adek yang kuat ya.” Ali mencoba menenangkan.

 “Assalamu’alaikum, mat…mat.” Ali menggedor pintu rumah tetangganya. Laki-laki berbadan sedang itu membukakannya pintu. “Ada apa Pak ngah1?.” Tanyanya heran. Tidak biasanya Pak ngahnya itu membangunkannya di tengah malam buta. “Mat, Pak ngah mau pinjam motormu, boleh? Mau jemput long mariam. Mak ngah mu mau melahirkan.” Jelasnya. Mendengar penjelasan tetangganya yang ramah itu mamat langsung mengeluarkan sepeda motor butut miliknya. “Ini pak ngah pakai saja. Hati-hati di jalan.” Sembari menyerahkan kunci motor.

Sepeda motor butut yang dikendarai oleh Ali melaju tenang di tengah dinginnya malam. Jalanan  sepi. Langit masih gelap. Tok tok tok “Assalamu’alaikum, mak long2. Maklong mariam.” Teriaknya dari depan pintu rumah bidan kampung yang sudah senior di desanya. Wanita paruh baya menyahut dari dalam rumah. “Wa’alaikmsalam..sebentar”. mak long mariam sudah tahu pasti ada yang mau melahirkan. Ia cepa-cepat bergegas membukakan pintu, “O kamu li, istrimu mau melahirkan?” Terka maklong mariam sembari tersenyum. “Iya maklong”. Mendengar jawaban itu maklong mariam langsung kembali ke dalam mengambil peralatan dan menenteng tas yang biasa di bawanya untuk menolong orang melahirkan. Naik ke atas motor “Ayo cepat kita kerumahmu.” Tukas mak long mariam.

Sesampainya di rumah, tampak dare sedang terbaring lemas merintih kesakitan. Ibu-ibu berbadan gemuk duduk di samping dare ningsih menemaninya ketika aliudin pergi menjemput long mariam. Ibu itu adalah ibunya mamat. Mamat memberitahukan kepada ibunya berita dare ningsih yang mau melahirkan.“Masya Allah dek, yang sabar ya. Kamu harus kuat.” Pinta ali. Mak long mariam meminta ali untuk menunggu di depan kamar. Karena proses persalinan akan segera di mulai. Ali tak bisa menyembunyikan kegelisahannya, ia kelihatan sangat panik. Jantungnya seolah scot jump. Suami mana yang tidak cemas dan panik melihat istrinya merintih kesakitan, berjuang mempertahankan nyawa demi melahirkan buah hati mereka?

Selang beberapa waktu terdengar suara tangisan bayi dari arah kamarnya. Tiba-tiba perasaan yang tadi dirasakan oleh ali berubah menjadi haru biru mendengar suara senting anaknya. “Alahmdulillah ya Allah, terimakasih ya Allah..” Lirihnya sembari mengangkat kedua tangannya. Rasa syukur yang tiada terkira menyeruak di dalam dadanya. Ali segera mengmbil wudhu dan merapikan diri. Memakai kain sarung dan kopiah ali kelihatan sangat gagah. Laki-laki berbadan tegap itu masuk ke kamar. Menciumi kening istrinya “Selamat ya istriku” setengah berbisik di telinga kanan dare ningsih. Ia melempar pandangan ke arah long mariam yang sedang menggendong bayi mungil itu. “Anakmu perempuan li.” Seru long mariam menyungging senyum. ali dan dare beradu pandang dengan senyum bahagia. “Sini mak long, biar saya iqamatkan dulu putri kami tercinta ini” pintanya. Bayi yang lucu itu tampak segar di balut bedongan kain berwarna biru muda. Setelah di iqamatkan kan Ali mempersiapkan nama untuk putrinya itu. Apabila yang lahir anak perempuan maka cukup dengan iqamat saja, namun jika yang lahir anak laki-laki hendaknya di azankan dan di iqamatkan.

“Dek…” Sapa aliudin setengah menggoda istrinya yang sedang menyusui anak pertama mereka. Dengan tatapan cinta dan menyungging senyum manis “Iya bang..” sahutnya pelan. “Anak kita abang kasih nama Nurhafizahra setiannisa.” Mengelus dahi bayinya dengan lembut. “Abang  mau.. panggilannya annisa. Seperti nama surah dalam Al-qur’an An-Nisa yang artinya Wanita. Kau tahu? Kenapa abang memberinya nama Nurhafizahra setinnisa?” tanya nya. Istrinya memandangi diselimuti rasa penasaran.

 Ali memaparkan alasannya “ kita mulai dari Nur, abang ingin… annisa menjadi sosok yang mampu memberi segudang harapan di masa yang akan datang. Cahaya yang tak pernah padam untuk senantiasa menyinari dalam kegelapan. Cahaya yang mampu membagi kehangatan serta menjadi pelita kehidupan untuk terus mengejar dan meraih impian. Hafizah, abang menginginkan annisa menjadi seorang hafiz Al- qur’an. Yang menjadikan Al- Qur’an sebagai pedoman hidup, pelita dalam menapaki kehidupan yang sesungguhnya. Zahra, abang ingin dia menjadi wanita yang patuh kepada orang tuanya seperti putri baginda Muhammad saw. Fatimah Az-zahra. Zahra itu sendiri bisa di artikan bunga. Ya, bunga yang menebar harum nan segar pada jiwa-jiwa yang tegar. Indah di pandang. Disukai banyak orang, menebar cinta dan kasih sayang yang tak bertepi kepadaa setiap insan. Dan terakhir. Setiannisa, abang menginginkan anak kita tercinta ini..menjadi wanita yang setia kepada Sang Pencipta, Agama dan keluarganya.” Jelasnya panjang lebar. Mendengar penjelasan itu hati dare basah, ada bulir lembut yang keluar dari sudut matanya. “Subhanallah..” meraih tangan suaminya. Ali mengusap pipi lembut dare dan menggenggam tangan  istri tercintanya itu. “Istriku…abang pernah membaca sebuah riwayat, bahwasanya suami yang menggenggam tangan istrinya dengan penuh cinta maka akan berguguranlah dosa diantara keduanya.” Tutup ali tersenyum. “Amiin” timpal dare tersipu malu.
***


     Annisa mempunyai dua orang adik. Adik pertamanya bernama Khairul Hakim yang jaraknya terpaut lima tahun dari annisa. Menyusul adik keduanya yang bessrnama Syakila Az-zahra setelah dua tahun kelahiran Hakim. Seperti kakak pada umumnya, annisa sangat menyayangi kedua adiknya itu. Suasana gubuk kecil mereka yang terletak di dusun kubung desa kubangga kecamatan telukkeramat kabupaten sambas itu semakin ramai dan penuh kebahagiaan. Meskipun mereka hidup dalam keadaan tak berkecukupan. Ayahnya hanyalah seorang petani biasa dan ibunya penjual kue keliling. 

Ali selalu menanamkan rasa syukur kepada istri dan anak-anaknya. Itulah kenapa keluarga mereka bisa merasakan kebahagiaan karena rasa syukur yang tak henti-hentinya kepada Sang Penggenggam hati-hati manusia, Dzat yang senantiasa menambahkan nikmatNya dikala manusia bersyukur. Dialah Allah Azza Wa Jalla. Pemilik alam semesta Yang Maha Pemurah lagi Maha Bijaksana. Ali selalu berpesan kepada keluarganya “Allah akan senantiasa memberikan perlindungan dan penjagaan-Nya kepada manusia yang ta’at dan patuh terhadap perintah dan menjauhi larangan-Nya, Allah sendiri yang mengatakan di dalam Al-qur’an surah Ibrahim ayat 7. "Jika kamu bersyukur pasti Kutambah nikmatKu kepadamu; sebaliknya jika kamu mengingkari nikmat itu, tentu siksaanku lebih dahsyat.”  istriku sayang… abang harap adek bisa menjadi istri yang pandai bersyukur dengan apa yang telah suami upayakan, dan kamu annisa jadilah anak yang selalu bersyukur supaya hati dan fikiranmu selalu tenang.” Annisa mengangguk pelan, tersenyum.

Setiap harinya dareningsih bangun pukul 02.30 wib, jadwalnya membuat kue untuk dijual. Dareningsih adalah sosok ibu yang penyayang. Ianya juga rajin melaksanakan shalat tahajud. Sebelum membuat kue dareningsih shalat tahajud terlebih dahulu. Di susul annisa dan ayahnya yang terjaga dari tidur juga melaksanakan tahajjud. Setelah tahajud aliudin biasanya kembali kekamar menajaga kedua buah hatinya yang masih tertidur dengan lelap.. Annisa membantu ibunya  hingga waktu azan subuh berkumandang. Aliudin selalu mengajak anak dan istrinya shalat berjama’ah. “Hakiiim, bangun sayang..sudah subuh.” Bisik ali di telinga kanan hakim sembari menggerak-gerakan tubuh mungilnya. Perlahan mata hakin terbuka, ia menyungging senyum kepada ayanya. Ayahnya juga membalas dengan senyuman rasa bangga karena anaknya tidak cerewet. “uuuuuh anak ayah ni, jagoan ayah…”menggendong hakim dan membawanya untuk berwudhu. “Ayo..kita mulai shalatnya, rapikan dan rapatkan shaffnya.”
“Allaaaaaahuakbar.” Berjalan dengan sangat khidmat.
Kokok ayam bersahut-sahutan, embun pagi bergelayutan di ujung rerumputan nan hijau. Sketsa langit yang memesona mulai memancarkan cahaya menerangi alam semesta. Udara segar berdesau dengan lembut. “Ayo nisa kita latihan silat sejenak” ajak ayahnya
“Siap ayah.” Berdiri tegap sembari hormat.
“Ayo kim kita melawan kejahataaan….”Annisa berlari-lari kecil bersama hakim. Tidak lama, hanya setengah jam saja latihan setiap harinya.
“Nisa…sudah setengah enam ni, mandi dulu sayang.” Ibunya mengingatkan.
“Iya bu” annisa berlari mengambil handuk dan mandi.
Setiap paginya, sebelum berangkat ke sekolah. Annisa menjajakan kue-kue butan ibunya.
Mak, udah semuenye ke kuehnye to’ e?” 4
Udah nong…”5
Nisa pagi dolok mak ie.”6
Ao’, ati-ati nis.”7

Annisa berkeliling kampung menjajakan kue-kuenya yang di junjung di atas kepala sambil berseru “aaaaayooo nage sariiii, aaaaayooo ukkal inti, aaaaayoooo kusoy pisang, aaaayooo sari kaye“ menyebutkan satu-satu nama kue yang dijualnya, seperti kue nage sari, kue ini bentuknya seperti lemper hanya saja ukurannya lebih besar terbuat dari tepung beras dan pisang.  Ukkal inti juga di bungkus dengan daun pisang hanya saja kue ini terbuat dari tepung ketan yang di dalamnya ada kelapa dan gula merah yang di gaulkan (inti). Lain halnya dengan kussoy pissang yang dibuat dengan cara di kukus bahan yang digunakan adalah tepung beras dan pisang yang dipotong-potong. Sari  kaye juga terbuat dari tepung beras murni, umumnya berbentuk lapisan, lapisan atas berwarna kecoklatan karena dicampur gula merah (gula jawa) sedang lapisan bawah warna aslinya (putih).
***


Biak Kaccik Sambas

     Cuaca cerah. Awan putih berarak menyelimuti langit nan biru. Sesekali ianya bergerak  membentuk pola sesuai dengan apa yang di imajinasikan oleh anak-anak seusia annisa, 9 tahun. Pagi itu, annisa dan dua orang temannya caca dan sisi bermain di belakang rumah yang terdapat hamparan rerumputan nan hijau. Mereka bertiga berbaring di atas rerumputan itu, berjejeran saling merangkul tangan satu sama lain. Menatap kearah awan yang bergerombol. “Hei, coba lihat awan itu seperti bebek ya.” Seru annisa sambil tangannya menunjuk ke arah objek imajinasinya. “Tuh lihat, ada cocornya, ekornya juga. Persis bebek.”. “ Ha’a!” sahut Caca dan Sisi serentak. “Wahh, ternyata bebek bisa terbang tinggi juga ya.” Celetup sisi setengah bercanda. “Highighig” cekikikan riang. Daya imajinasi annisa memang sangat tajam. Dia tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan cekatan. Annisa dan kedua temannya itu selain mengenyam pendidikan di sekolah yang sama mereka juga satu kelas.

 Caca adalah anak seorang pedagang sembako yang tak jauh dari rumah annisa. Biasanya annisa belanja di warungnya caca. Kalau sisi, dia anak kota yang baru pindah dari Sintang. Kedua orang tuanya pegawai negeri. Ibunya seorang guru sedang ayahnya Polisi. Sisi ini tidak begitu fasih bahasa sambas, dia lebih nyaman menggunakan bahasa indonesia. Annisa yang suka melatihnya berbahasa daerah, “Si, kamu pengen ga bisa lancar bahasa sambas?” tanyanya iseng. “Tentu saja.” Annisa tersenyum “ kamu tanyai aku deh.” Titahnya. “mmmm kalau bahasa sambas menanyakan nama gimana nis?” “Hum itu mah gampang si, gini. Namemu sape? Jawab nisa santai. Sisi menirukan jawaban nisa. “kalau mau pergi kemana?” tanyanya lagi. “Nak pagi kemane?!” sisi terus menirukan jawaban nisa.
“Ini namanya apa?”
“Ito’ namenye ape?”
“Kamu suka makan apa?”
“Kau suke makan ape?”
“pelit?”
“Loke’.”
“Mau makan apa?”
“Na’ makan ape?”
“Mau?”
“Mao’.”
“Gak mau?”
“Inda’.”

Pertanya’an demi pertanyaan terlontar dari bibir manis sisi. Tak jarang annisa tertwa cekikikan mendengar sisi menirukan apa yang di ucapkannya. Logatnya medok sekali. Bapaknya sisi orang jawa. Jadi agak susah untuk menirukan logat yang pas.
     Jam menunjukkan pukul 16.30 wib. Sang surya meredupkan cahayanya perlahan-lahan. Cuaca sendu tidak terlalu panas, juga tidak mendung. Burung-burung bergerombol saling beriringan menjelajah luasnya alam raya. Rerumputan panjang menari-nari di iringi alunan syahdu sang angin. Caca yang berlari riang di ikuti oleh sisi dari belakang memanggil nama Annisa. “Nisa…yuk kita senginca’an!”3 ajaknya manja. sisi menatap heran ke arah caca. “Singinca'an?” apa itu? Pertanyaan sisi itu di jawab oleh nisa yang mempersilakan keduanya naik ke rumah dan mengajak mereka duduk di teras rumah. 

“Ayo sini naik, silahkan duduk. Singinca’an itu adalah suatu bentuk permainan biak kaccik (anak sambas) yang berusaha meniru aktifitas sosial bermasyarakat orang dewasa. Jenis permainan ini biasanya dimainkan oleh anak seumuran 4-10 tahun. Aktifitas / kegiatan yang sering ditiru ini biasanya adalah pesta (adat) perkawinan,  kecemasan dan kebahagian detik-detik saat beranak (melahirkan), perkampungan mini (rumah-rumahan/dangau), main masak-memasak, (adat) upacara kematian, hingga main hantu-hantuan dan cerita kerajaan (cerita rakyat). Singinca'an lebih cendrung mirip sandiwara ala anak sambas karena dalam permainan ini semua anak berbagi peran tokoh dan karakter yang (seolah-olah). Singinca'an biasa juga disebut beajal dalam masyarakat sambas (beajal = bermain).” Jelas nisa panjang lebar. Kali itu caca mengajak nisa beajal masak (main masak-masakan).
  
   Annisa dan dua orang temannya pergi ke belakang rumah annisa, halaman belakang rumah annisa tidak seberapa luas. Namun kelihatan sangat luas karena banyak tanah-tanah milik penduduk setempat yang masing-masing memiliki batas, patok. Halaman belakang rumahnya sangat tertata, ayahnya sangat pandai bercocok tanam. Gubuk mungil tempat ia dan keluarganya berteduh sangat sederhana. Semua terbuat dari kayu dan papan beratapkan daun.. “Caca, sisi, kita ke belakang lewat dapur saja. Ayo masuk!” ajak nisa. Tampak ruang tamu yang sekaligus ruang keluarga menyatu. Di sudut kanan ada kursi yang terbuat dari rotan beserta meja yang terbuat dari rotan juga tertata rapi dengan beberapa bunga-bunga yang sedang tersenyum di polibag menambah kesejukkan. 

Ada tv hitam putih berukuran 14 inci di sebelah kiri menuju kedapur melewati tirai kain yang diikat dengan tali rapia menjuntai sebagai pintu kamar. Dapur berukuran 4x4 meter itu tampak sunyi, hanya ada lemari tua untuk menyimpan masakan. Di pojok kanannya terdapat dapur kayu untuk memasak menggunakan kayu bakar. Dan pojok kiri ada sekeping pintu, wc. Dan paling akhir ada pelantaran untuk mencuci dan mandi. Sesampainya di belakang rumah annisa mencari dan mengumpulkan kayu-kayu kering (ranting kayu). Caca mengajak sisi mencari pakis (Midding) untuk di jadikan sayur. “Si, kalo ini kamu tahukan apa?” tanya caca menunjukkan setangkai pakis yang baru ia petik. “Tahu donk. Pakis.” Jawan caca. “Kalo disini kita sebutnya midding.” “O, Midding.” Sisi mengaggukkan kepala.
“Nis, kaleng susu bekasnya mana?”

“Coba lihat di balik pintu dapur rumah!” Nisa membawa sedekapan kayu kering (ranting kayu). “O ya ca, sekalian ambil korek api ya di dapur kayu.” Pintanya. “wokeeh.” Sahut caca semangat.
Annisa, caca dan sisi memilih untuk bermain di bawah pohon rambutan yang rindang. “Sisi, tolong ambil tiga batu di belakangmu itu.”
“Ini untuk apa nis?”

“Kamu perhatikan saja ya, ini di letakkan membentuk segitiga. Lalu kayu apinya di selipkan di tengah-tengah nah… baru di tuang sedikit minyak tanah hingga menyentuh tanh supaya apinya bisa menyebar dan memakan kayu api dengan baik.”
“mmmm gitu,”

Caca masih sibuk mencuci pakis dengan air hujan di pelantaran. “Si, tolong ambilkan air hujan untuk masak.” Nisa juga berangkat ke dapur mengambil segenggam beras. Garam dapur, bawang merah, bawang putih juga cabe. Setelah semua bahan terkumpul mereka memulai ritual bermain masakmasakan dengan penuh keceriaan.

“Pertama-tama, kita masak nasi dulu si” caca menjelaskan kepada sisi, memasaknya dengan kaleng susu bekas. Sambil menunggu nasi masak annisa mengajak sisi mencari daun pisang untuk di jadikan alas duduk.

“Alahamdulillah sudah masak. Yuk kita makan sama-sama.” Ajak caca,
“Satu piring makan bertiga. Mmmm enaaak.” Celetup nisa
“Iya, enaaaaaak” sahut sisi sambil menunjukkan ibu jarinya..
***

Selasa pagi, hari selasa memanglah jadwal pelajaran kesenian. Anak kelas III B menggunkaan pakaian bebas. Karena seminggu lalu pak Sam guru kesenian sudah memberitahukan kepada muridnya untuk memainkan permainan khas anak sambas, Cak Kelelet / Cak Lele. Pak Sam sengaja menggunakan metode ini untuk mengajak anak-anak refreshing di samping untuk membudayakan permainan tradisional anak sambas ini.

“Ayo anak-anak semua berkumpul di lapangan.” Titah pak sam
“Iya pak…” jawab anak-anak serentak sambil berhampuran dari kelas menuju lapangan.
“Nah, hari ini seperti yang sudah bapak janjikan minggu lalu. Kita bermain cak klelet/ cak lele.ada yang tahu permainan ini?”
“Tahu pak…” sahut siswa berjumlah 30 orang tetap semangat.
“Andi, kamu bawa penappak panjangx-nya kan?”
“Bawa pak.”
“Reno, kamu sudah siapkan penappak pendekx?
“Ni pak” sambil menunjukkan penappak pendek

“Oke. Sip. Nah coba kalian lihat di sebelah bapak ini. Bapak sudah menyiapkan lubang berbentuk segitiga sama sisi kira-kira berukuran 15x15x10 cm dan  sedalam 7-12 cm. nah sekarang bapak akan bagi kalian dalam 3 kelompok. Sepuluh orang per regunya. Regu A, B daan C.” Setiap anak dibagi lewat absensi kelas.
“Pak, semuanya main gak ni?” tanya siswa berbadan gendut yang termasuk dalam regu C.
“Insya Allah semua main. Tapi untuk sesi pertama bapak minta regu A dan regu B saja dulu. Jika ada waktu sipemenang akan bertanding dengan regu kalian.” Jelas laki-laki berumur 25 tahun  itu.
“Supaya kalian tidak bingung bapak akan jelaskan aturan mainnya. Tolong di simak denganbaik ya anak-anak!” pinta pemuda berkulit sawo matang
“Siap pak!” sahut anak-anak serempak.
“Baik, sebelumnya bapak minta perwakilan dari regu A dan B untuk adu pimpa / osom (suit) yang menang regu pemain sedang yang kalah menjadi regu penjaga (lawan).” Annisa mewakili regu A dan Andi mewakili regu B untuk adu pimpa/ osom (suit). Dan yang menang adalah annisa, regu A. Pemenang dalam regu ini ditentukan dengan sistem perhitungan point.

“Tugas setiap pemain dalam regu A adalah secara bergiliran melempar/menappak (memukul) tongkat pendek dengan tongkat panjang sebanyak 3 giliran (jika memungkinkan) yaitu melalui  nyungkel, nappak, dan potong ayam.  Dalam regu jaga / regu bertahan (regu B) tugasnya adalah menggagalkan / membatalkan permainan regu pemain (regu A) atau mendapatkan point (dalam ritual nyungkel), mengurangi / memperkecil point regu lawan (dalam ritual nappak dan motong ayam).” Terang pak sam melempar pandangan ke arah regu A dan B. anak-anak memperhatikan dan mendengarkan penjelasan pak sam dengan seksama. “bagaimana anak-anak sampai disini ada yang mau di tanyakan/kurang jelas?”
“Jelas pak…”

Pak sam melanjutkan penjelasannya “Dalam menggagalkan permainan regu A ini pemain regu B harus berhasil menyambut (menangkap) tongkat kecil yang di congkel pemain regu A sebelum menyentuh tanah lalu melemparkan tongkat pendek tersebut kearah tongkat panjang yang dilintangkan di tengah-tengah lubang cak kelelet. Jika lemparan ini mengenai tongkat panjang dan mampu menggeser tongkat panjang menjauhi lubang cak kelelet maka pemain regu A tersebut dinyatakan gugur dan tidak ber hak melakukan ritual permainan selanjutnya (hanya berahir sampai disini). 

Permainan ini diteruskan oleh pemain regu A yang selanjutnya dan dimulai dengan ritual nyungkel kembali. Jika lemparan pemain regu B ke tidak mengenai tongkat panjang maka ia gagal menggugurkan permainan regu A hal ini juga berlaku walaupun lemparan tersebut mengenai sasaran akan tetapi tidak mampu menggeser tongkat panjang menjauhi lubang., hanya saja lemparan yang mengenai sasaran ini mendapatkan sejumlah point. Regu jaga (B) dinyatakan gagal bertahan (menggagalkan permainan lawan) jika tak seorang pun dari regunya yang mampu menangkap tongkat pendek yang di congkel pemain regu A, dalam hal ini maka pemain regu A berhak melanjutkan ritual selanjutnya. Jika ritual nyongkel tidak dapat digagalakan regu B maka mereka masih dapat menggagalkan permainan regu A pada ritual nappak. Cukup dengan menangkap / menyambut lemparan tongkat pendek hasil pukulan pemain regu A tersebut sebelum tongkat tersebut jatuh ke tanah maka ia berhasil menggugurkan pemain. Selain itu sambutan ini juga menjadi tambahan point buat regu B.

 Jika ha ini kembali gagal dilakuakn pemain regu B maka pemain regu A barhak melanjutkan permainan ke ritual terahir (motong ayam)” pak sam sambil mempraktekkandengan alat peraga yang di bawa ketua kelas dan wakil ketua kelas III B.
“Untuk memperkecil point permainan regu A maka seluruh pemain regu B yang bertugas jaga ini harus berhasil menggagalkan setiap ritual permainan pemain regu A sebelum mencapai ritual terahir. Jika pemain regu A tadi berhasil lolos hingga ke ritual terahir (motong ayam) maka pemain regu B hanya bisa memperkecil hitungan point regu A atau bahkan membuat hitungan point menjadi minus dengan cara menendang / mendorong (tanpa dipegang/ditangkap) lemparan tongkat pendek hasil pukulan pemain regu A kearah lobang cak kelelet. Hitungan point pemain regu A menjadi minus (dikurangi) jika tongkat pendek berhasil dikembalikan membelakangi lobang cak kelelet.”
“Siapa yang bisa membantu bapak untuk menjelaskan perhitungan point?”
“Saya pak!” Annis mengacungkan tangan.
“Baik Annisa jelaskan ke teman-temanmu”
“Siap pak” jawab annisa tegas, dibalut api semangat. “Dalam permainan ini point dihitung dalam satuan tongkat (baik itu tongkat panjang maupun tongkat pendek). Uniknya lagi point tidak hanya bisa didapatkan oleh regu pemain akan tetapi juga di dapat dikoleksi oleh regu lawan/regu jaga/regu bertahan. dan tentunya regu yang berhasil mengumpulkan point terbanyaklah yang menjadi regu pemenang. Penjelasan pertama

   Point didapatkan regu A dengan cara :
a.       Ketika nyungkel pemain regu A mendapatkan point 0 karena ritual ini adalah prasyarat untuk menentukan ritual selanjutnya.
  1.  Ketika nappak  point dihitung dari jarak tempat tongat pendek jatuh pertama kali ke arah lobang cak kelet (jika tidak berhasil ditangkap pemain lawan) atau tempat (titik) tongkat pendek ditangkap pemain lawan kearah lubang cak kelelet jika ritual ini digagalkan pemain lawan. Point dalam ritual nappak ini seluruhnya dihitung dengan satuan tongkat panjang. Misal, jarak ini terhitung sejauh 20 tongkat panjang maka point yang didapatkan regu A adalah 20
  2. Nah pada saat potong ayam poin dihitung dengan satuan tongkat pendek yaitu dari titik terjauh tongkat pendek terlempar (bukan tempat pertama jatuh) baik itu point plus (ditambahkan) maupun poin yang dihitung minus (dikurangi). Dalam hitungan  ritual potong ayam ini juga bisa mendapatkan bonus jumlah hitungan yang dikalikan (x). Bonus ini didapatkan setelah lambungan tongkat pendek yang pertama kali  pada ritual potong ayam dilambungkan kembali keatas baik sekali maupun berkali-kali baru kemudian dipukul menjauhi lubang cak kelelet. Jika berhasil melambungkannya kembali sebanyak 10 kali misalnya maka poin yang didapatkan regu pemain adalah jumlah hitungan jarak lemparan tongkat kearah lubang dikalikan dengan niali 10. Misalnya jarak lemparan tongkat ke arah lubang cak kelelet terhitung sejauh 20 tongkat pendek tetapi sebelum menappak tongkat tersebut pemain melambungkannya sebanyak 3 kali maka point yang didapatkan adalah 20x3 = 30. hal ini juga berlaku jika posisi tongkat pendek hasil lemparan berada dibelakang lubang cak kelelet (setelah di gagalkan/dikembaikan pemain lawan tentunya) maka point nya tetap dikalikan cuma dihitung berkurang (minus) misalnya seperti contoh tadi maka point yang didapatkan regu A adalah -30
      Point didapatkan regu jaga (regu B) jika:
  • Berhasi mengagalkan ritual pertama permainan pemain regu A pointnya mendapat 10. Point ini juga berlaku jika leparan kearah tongkat panjang tepat sasaran (mengenai tongkat panjang) walaupun tidak sampai mengagalkan permainan regu A (lihat point a)
  • Berhasil mengagalkan ritual kedua dari permainan pemain regu A. Untuk setiap sambutan atau  tangkapan yang menggunkan sebelah tangan pointnya 10 sedangkan tangkapan dua belah tangan mendapat poin 5.” Annisa menjelaskan layaknya pak sam yang menerangkan dengan mempraktekkan dengan penuh semangat. Semua teman-teman dan pak sam memberikan tepuk tangan atas keberanian annisa.
“Baiklah anak-anak, kita masih punya waktu 45 menit untuk mempraktekkan permainan Cak lelet. Bapak minta caca dan linda yang menghitung point”
“Baik pak” patuh caca dan linda. Pertarungan sengit di mulai. Anak regu C memberi support kepada masing-masing regu. Ada yang berteriak menyebut nama ada yang lompat-lompat kecil karena terbawa ketegangan arus dalam permainan yang dimainkan oleh regu A dan regu B. akhirnya pemenangnya adalah regu A. “Minggu depan kita sambung lagi ya anak-anak. Masih tetap semangat kan?”
“Masiiiiiiihh”.
***


Cuaca mendung, tampak langit begitu gelap. Angin kencang menerpa rerumputan hingga tersungkur. Selang beberapa waktu langit menampakkan kecerahannya, angin kencang berhembus menjadi bersahabat. Tidak jadi hujan. Annisa dan beberapa temannya pulang kerumah berjalan kaki dari sekolah. Sisi, caca, andi, reno, annisa dan linda masih hangat-hangatnya membahas permainan cak lelet.
 “Seru ya permainannya” Sisi membuka suara dengan senyum sumringah.
“Belum seberapa si, masih banyak lagi permainan sambas yang lainnya yang pasti ga kalah serunya dengan yang tadi.” Celetup Andi
“O ya?”
“Iya si, ada juga. Salah satunya singalauanx.” cerocos Linda
singalauan?”
“Iya, singalauan. Main kejar-kejaran si. Kapan-kapan kita ajak deh kamu main itu ya.” Sahut reno.
“Oke…” tutup nisa.



So Soon
     Ketika annisa berusia 10 tahun, ayahnya memutuskan untuk mengadu nasib di negeri jiran sebagai TKI. Penghasilannya sudah sangat tidak mencukupi. Bertepatan dengan reformasi tahun 1998 harga kebutuhan pokok melesat naik sehingga ali merasa kewalahan ia juga harus membiayai sekolah anak-anaknya. Ia bertekat buah hatinya semua berpendidikan tidak seperti dia dan istrinya SD pun tidak selesai. Sebelum berangkat, ayahnya mengajak Istri dan ketiga anaknya kumpul bersama di halaman depan rumah mereka. “Annisa.. tikarnya sudah bisa di gelar.” Seru ibunya yang sedang merapikan pakaian ayahnya ke dalam tas hitam berukuran sedang. “Iya mak, Nisa sama Hakim yang gelar tikarnya.” Tikar yang terbuat dari tumbuhan bernama pudak.

     Cuaca malam itu cerah, bintang-bintang mengedipkan mata seolah tak pernah lelah memancarkan pesonanya. Annisa dan hakim sudah berbaring dihamparan tikar. Sambil menghitung-hitung bintang. Ayahnya keluar dari rumah menuju halaman. Ali tersenyum melihat keakraban yang terjalin di antara buah hatinya. Ada perasaan bangga sekaligus sedih karena harus meninggalkan anak istrinya. Secepatnya ali mengabur perasaan itu dengan mengeluarkan jurus silatnya itu untuk mengagetkan kedua anaknya. Melompat kehadapan nisa dan hakim. “Heit, ciyaaaat.”. “Haaaaa.” Teriak nisa dan hakim serentak kaget. Sepontan annisa dan hakim berdiri memasang kuda-kuda. Betapa tidak Ali sangat menguasai jurus-jurus silat. Sedari kecil annisa sudah di ajarkan silat olehnya. Begitu juga hakim. “Ayaaaaah…”terik si bungsu syakila. Berlari-lari kecil mendekap kaki ayahnya. “Uuuuuh sayang ayah ni..” menggendong dan menerbangkan syakila layaknya pesawat terbang syakila membentangkan tangannya “aaaaaaaa”. Dari pintu rumah dare tersenyum menyaksikannya. Lalu turun dan duduk bersama diatas tikar.
***

       Suasana hening sejenak. Ali mengangkat suara perlahan dengan membaca ta’awuz dan basmalah. Ali selalu mencontohkan dengan sikap dan perilakunya. Malam itu, ali mengenakan sarung berwarna coklat motif kotak-kotak dengan baju kaos longgar berwarna jingga. Mereka duduk melingkar. Di sebelah kanannya dare , sang istri yang senantiasa menjadi penawar. Di sebelah kirinya Hakim, jagoan kecilnya. Annisa berada tepat di samping kiri Hakim. Sedangkan Syakila yang baru berumur 3 tahun itu duduk di pangkuan Ali. “Hakim…apakah kau tahu nak, kenapa ayah selalu memulai pembicaraan jika sedang berkumpul dan ingin menyampaikan pesan kepada kalian dengan di awali ta’awuz dan basmalah?” tanya ali kepada anak keduanya itu. Hakim diam sejenak “mmmm supaya tidak di ganggu setan.” Jawabnya polos. 

Ayahnya tersenyum lalu melempar pandangannya kearah annisa “Kalau menurut along3?” tukasnya. Sebelum menjawab annisa tersenyum “Begini ayah, dulu ayah pernah bilang ke annisa ketika annisa menanyakan hal yang sama pada ayah. Intinya adalah ayah memohon perlindungan kepada Allah, dengan harapan apapun yang akan ayah bicarakan tidak sama sekali di campuri oleh nafsu, amarah yang semuanya berasal dari bisikan setan/ iblis.” Jelas annisa dengan lemah lembut. “Benar gak mak?” cetus annisa menggoda ibunya yang sejak tadi tak bersuara. Ibunya hanya mengangguk pelan melempar senyum seraya mengelus kepala annisa yang di balut jilbab merah marun. “gimana yah?” annisa meyakinkan. “Iya sayang, kamu benar sekali.” Timpalnya. Suasana semakin hangat menyelimuti hati-hati insan yang bersahaja itu. Ali tidak terlalu bnyak teori dalam mendidik anak-anaknya, ia lebih kepada bagaimana supaya buah hatinya itu memiliki budi pekerti yang luhur dan untuk mewujudkan  kesemuanya itu memang harus penuh kesabaran dan kasih sayang yang tulus.

“Besok ayah sudah berangkat ke Malaysia nak, untuk bisa membiayai pendidikan kalian. Ayah berharap kalian semua bisa mengecap pendidikan yang layak sehingga bisa menjadi orang yang berguna. Seperti hadis yang riwayatkan oleh Thabrani “Sebaik-baik manusia diantara kalian adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.” Ayah pesan kepada kalian, belajar yang serius, jangan main-main. Lakukanlah yang terbaik. Jangan berfikiran apakah kita bisa atau tidak, karena Allah menilai dari kesungguhan. Seberapa besar pengorbanan dan perjuangan kita untuk meraih mimpi-mimpi kita? Allah sendiri yang bilang dalam Surah An-Najm ayat 39 “ Bahwasanya seseorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah di usahakannya.” Ayah ingin kalian menjadi orang yang Isykariman aw mutsyahidan, hidup mulia atau mati syahid.” Ayahnya menatap lembut satu persatu dari mereka. “

     Ali mengikat anak-anaknya dengan al-Qur’an al- Karim. Ali meluangkan waktu setiap harinya setelah magrib, begitu selesai shalat magrib mereka membentuk lingkaran dan memulai untuk membaca al-qur’an secara bergantian (Tadarus). Ibunya dareningsih, yang menjadi guru ngaji anak-anaknya. Mulai dari pengenalan huruf sampai tajwid. Ibunya juga pandai sekali membaca al-qur’an dengan lagu-lagu yang indah. Bisa di bilang ibunya itu qori’ah di kampungnya. Yah, Dua kali sepekan  ali mengetes hafalan anak-anaknya. Ianya selalu mendorong buah hati yang menyejukkan itu untuk mengingat Allah, bersyukur kepadaNya dan merasa diawasi olehNya dalam perkataan dan perbuatan. Ali berkata “ Ingatlah karunia Allah kepada kita, jika kita bisa banyak mempergerakkan lisan dengan berdzikir kepada Allah Tahmid, tasbih dan tahlil, maka lakukanlah, karena perkara terbaik yang dengannya kita menyambung perkataan yang baik adalah pujian dan syukur kepada Allah dan perkara terbaik yang dengannya kita bisa memutus perkataan yang buruk adalah pujian dan syukur kepada Allah.”

     Ali juga berpesan kepada anak-anaknya untuk berlapang dada dan berbaik sangka terhadap manusia , karena sebagian dari prasangka adalah dosa. “Jika kalian mendengar kalimat dari seorang muslim, maka jangan memaknainya kepada keburukan ya nak ya..” sambil mengelus rambut hakim. “Iya ayah..” Jawab syifa dan hakim. “Nisa, kamu ayah kasih PR selama ayah pergi. Tahun depan insya Allah ayah pulang kamu harus hafal 1 jus. Kemarin hafalanmu sudah jus berapa nak?”
“Lima jus ayah..”
“Nah tahun depan ayah minta minimal kamu harus hafal 1 jus lagi, adikmu juga di cek hafalannya ya nis. Insya Allah jika umur panjang ayah akan tes hafalan kalian ya.”
“Siap ayaaaaaahhh!”
***

                Setiap kali datang ali menceritakan pengalamannya di Malaysia, ternyata sore itu adalah cerita terakhir ali kepada anak-anaknya. Kondisi ali yang sudah parah sekali


Tenun Sambas

Annisa selaku anak pertama merasa mempunyai tanggung jawab untuk membantu ibunya mencari uang dengan harapan tetap bisa melanjutkan pendidikan dan meraih mimpinya menjadi seorang dokter. Secara kasat mata rasanya mustahil bagi annisa untuk bisa menjadi seorang dokter. Tapi annisa memanglah seorang gadis pemimpi. Tidak hanya sekedar bermimpi tapi mimpi yang menurutnya harus terealisasi dengan aksi. Iya sangat yakin dengan janji Allah swt. bahwasanya seseorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah di usahakannya.(QS. An-Najm :39). Annisa sudah dilatih ibunya sejak kecil untuk menabung. Uang saku yang diperoleh dari membantu ibunya menjajakan kue keliling kampung setiap pagi sebelum berangkat sekolah selalu di simpan dalam kaleng milo bekas berukuran besar. Dulu sewaktu ayahnya masih hidup, annisa kerap kali di bawakan ayahnya milo dari malaysia. Itu minuman faviritnya dia.

Suara jangkrik berkolaborasi memainkan alunan orkesta nan merdu membuat suasana malam yang sejuk itu terasa begitu syahdu. Annisa termenung dengan kaleng milo berisi uang tabungan di pelukannya. Melihat ke halam rumah dengan tatapan kosong. “Ayah..kenapa cepat sekali ayah meninggalkan nisa..” lirihnya mengenang sosok yag luar biasa itu. Hatinya seolah tersayat-sayat mengingat ayahnya meninggal karena sakit keras sehingga membuat keluarganya tak bisa berbuat apa-apa dikarenakan tak ada biaya untuk membawa ayahnya berobat. Hanya mengandalkan obat dan ramuan tradisional saja. Hal itulah yang membuatnya berkeinginan kuat untuk menjadi seorang dokter. Ia semakin erat memeluk kaleng milo miliknya itu seraya memperkuat keyakinan dan semangatnya untuk menjadi dokter. “Ayah…annisa janji annisa akan jadi dokter, supaya annisa bisa mengobati orang-orang yang sakit...” Bulir-bulir lembut menggelinding di membasahi pipinya.

Malam semakin larut, annisa segera masuk ke kamarnya untuk tidur. Ia harus mempersiapkan staminanya untuk berangkat ke tempat ma’denya di sembarang. Semberang merupakan nama salah satu dusun di Desa Sumber Harapan kabupaten Sambas. Setiap libur panjang, semenjak ayahnya telah tiada. Annisa membantu ibunya mencari nafkah demi sesuap nasi sambil bantu-bantu ma’de teman ibunya menenun kain songket. Ma’de Ipah adalah seorang perajin tenun sambas. Tak jarang beliau menerima orderan yang jumlahnya tidak sedikit. Tenun ikat sambas atau yang lebih akrab di sebut tenun sambas, sebagaimana namanya merupakan kerajinan tenun yang di hasilkan oleh masyarakat sambas kalimantan barat. Konon kain ini telah ada semenjak kesultanan sambas dipimpin sultan sulaiman. Sultan sulaiman mendirikan kesultanan sambas pada tahun 1675M. Beliau memerintah selama 10 tahun hingga 1685 M, dengan gelar Sultan Muhammad Shafiuddin I. Namun, jika melihat motif-motif tumbuhan yang sangat dominan pada tenun sambas. Tenunan ini mungkin telah ada sebelum berdirinya Kesultanan Islam Sambas, yaitu ketika di sambas masih berdiri kerajaan-kerajaan Hindu. Jika tenun sambas sudah ada pada masa sultan sulaiman memerintah atau bahkan sebelumnya, maka tenun sambas hinga saat ini telah berumur lebih dari 300 tahun.

Keberadaan tenun sambas yang mampu melewati rentang waktu tiga abad menunjukkan bahwa tenunan ini mempunyai keistimewaan tertentu yang membuatnya senantiasa dilestarikan. Orang-orang sambas menggunakan kain tenun ini sebagai pelengkap pelaksanaan ritual adat, salah satunya adalah upacara adat perkawinan yang di pakai untuk barang antaran atau seserahan dari pihak mempelai lelaki kepada mempelai perempuan, dan kain cual merupakan balasan barang anataran dari pihak wanita ke pihak mempelai laki-laki (balas kaki). Tenun sambas ini masih tetap terjaga kelestariannya karena dari dulu penenun tidak hanya dari keluarga keratin tapi juga dari masyarakat umum, begitu juga penggunaannya tidak hanya orang-orang keraton yang bisa memakainya namun juga masyarakat umum. Sehingga tidak heran jika sampai sekarang tenun sambas masih tetap terjaga.

                Tepat pukul 03.00 wib, annisa terbangun dari tidurnya. Ianya segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat tahajud. nyaris tak pernah ia lewatkan untuk bermunajah kepada Sang Penggenggam Jiwa manusia. Bersimpuh kehadapan Dzat yang telah menciptakannya. Sejak kecil almarhum ayahnya sudah sering membangunkannya jam 3 pagi. “Annisa..bangun sayang! Udara segar  di waktu sepertiga malam sangat bagus untuk kesehatan. ” seru ayah mencoba membangkitkan semangatnya. “ha, maok yah. Nisa nak awet mudda’.” Ia berlari riang menghampiri sang ayah. Ia masih ingat jelas perkataan ayahnya dan tidak mungkin ia lupakan. “Nisa…tau ndak nak, mun kite berdo’a waktu tahajjud malaikat-malaikat be mengamine’ ape ajak yang kite do’akan.” Sambung almarhum ayah sembari membenarkan cara wudhunya. Benar adanya, Allah sendiri yang telah memaparkan tentang keutamaan shalat tahajjud yang biasa kita kenal dengan qiyamul lail. “Dan pada sebagian malam hari, sholat tahajjudlah kamu sebagai ibadah nafilah (tambahan) bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (Al-Isra’:79)

Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan Muharam dan sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam(H.R. Muslim).
Ketahuilah, di malam hari itu ada satu waktu dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengabulkan doa orang yang berdoa, Allah akan memberi sesuatu bagi orang yang meminta kepada-Nya, dan Allah akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya bila ia memohon ampunan kepada-Nya.

Hal itu sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah dalam sabda beliau: “Di waktu malam terdapat satu saat dimana Allah akan mengabulkan doa setiap malam.” (HR Muslim No. 757). Dalam riwayat lain juga disebutkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Rabb kalian turun setiap malam ke langit dunia tatkala lewat tengah malam, lalu Ia berfirman: “Adakah orang yang berdoa agar Aku mengabulkan doanya?” (HR Bukhari 3/25-26). Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya, siapa yang memohon (sesuatu) kepada-Ku, niscaya Aku pun akan memberinya, dan siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya.” Hal ini terus terjadi sampai terbitnya fajar. (Tafsir Ibnu Katsir 3/54)

                Seusai shalat annisa langsung mengambil Al-qur’an miliknya. Ia mengaji hingga azan subuh berkumandang. Setelah selesai shalat subuh annisa berpamitan kepada ibunya untuk berangkat ke tempat ma’de di semberang. “Mak..nisa paggi dolok mak ie. Mak baik-baik dirumah. Nisa sayang ummak.” Mencium tangan dan memeluk erat tubuh wanita berumur 35 tahun yang sangat tegar itu. “Iyye nong, along hati-hati di sinun ie..salam dengan ma’de.” Menciumi dan memeluk si tampan yang baru berusia 8 tahun duduk di teras rumah. Ya adik pertamanya itu memiliki  nama lengkap Khairul Hakim Ianya sedang sibuk menghafalkan bacaan shalat. “Dek..kaklong paggi dolok ie..jage ummak baik-baik” mengelus rambut hitam hakim. “aok long…” jawabnya singkat sembari menyalami kakaknya. Annisa tampak anggun mengenakan kaos lengan panjang warna ungu muda berlis putih, dengan rok hitam panjang dan jilbab putih  menutupi dada. Annisa sangat menyukai warna ungu muda. Gadis berusia 13 tahun itu kelihatan lebih dewasa dibanding teman-teman sepantarannya. Betapa tidak, di usianya yang masih sangat belia itu Annisa sudah harus memeras keringat dan memutar otak untuk membiayai sekolahnya juga adiknya.
***

                Annisa mengayuh sepedanya dengan penuh semangat, ia pergi melewati jalan air. Sebenarnya untuk sampai ke semberang bisa melewati jalan darat hanya saja jaranya yang jauh juga jalannya jelek annisa lebih memilih lewat air dengan motor tambang.
“Assalamu’alaikum ma’de…”
“Wa’alaikumsalam.. nisa…apkabar sayang?”
“Alhamdulillah baik ma’de, ba’de gimana? Ummak titip salam sama ma’de..”
“Alhamdulillah baik nis..oh iya..ma’de sudah rindu sekali sama ibumu. Ayo masuk nis. Kasihan kamu kecapean tu.”
“Iya ma’de..”

Suasana rumah ma’de Ipah di penuhi karyawan-karyawan yang sedang menenun. Perempuan yang ada di desa semberang hampir semuanya menenun. Karena sejak dulu memang sudah menjadi warisan turun temurun dari nenek moyang. Ma’de ipah juga menyediakan tempat untuk anak SMP dan SMA di rumahnya. Mereka dibimbing oleh ma’de ipah belajar menenun. Sering kali murid-murid ma’de ipah yang sudah mahir menenun di negeri tetangga tapi tidak menggunakan tenun sambas. Di negri tetangga lebih banyak upahnya sehingga membuat mereka mendapatkan rezeki lebih. Hasil tenunan yang dibuat di negeri tetangga memang mirip tapi tak sama. Karena tenun sambas, Kalimantan barat memiliki Beragam motif tradisional seperti Tepuk Pedada, Siku Keluang, Mata Punai, Awa Larat, Pucuk Rebung, Bunga Pecah, Bunag Melur, Biji Periak, Angin Putar, Ragam banji, Bunga Cengkeh, Bunga Cempaka dan lain sebagainya. Namun ynag paling khas dari  kain tenun sambas Kalimantan barat adalah terdapat warna putih di pinggir kain yang tidak dimiliki kain tenun kerajinan di tempat lain.

Selain dijual dalam bentuk lembaran, kain songket juga ditawarkan dalam ragam bentuk yang lebih berkelas, seperti peci, syal, dasi, sajadah, hiasan dinding, bahan baju dan celana, dan lain sebagainya. Salah satu cirri khas tenun sambas Kalimantan barat adalah keberadaan pucuk rebung atau orang sambas biasa menyebutnya suji bilang sebagai motifnya. Motif pucuk rebung berbentuk segitiga, memanjang dan lancip. Disebut pucuk rebung karena mereupakan stilirisasi dari tunas bamboo muda. Penggunaaan puck rebung sebagai cirri khas  tenunan sambas bukan sebuah kebetulan, tapi memiliki makna yang luas dan mendalam. Sedikitnya ada tiga makna dari penggunaan motif ini sebagai cirri khas. yang pertama, sebagai pengingat agar orang-orang sambas terus berupaya untuk maju. Pucuk rebung adalah bagian dari pohon bambu yang terus tumbuh dan tumbuh. Semangat terus tumbuh inilah yang menjadi latar belakang pesan disebalik motif ini. Kedua, orang sambas harus senantiasa berfkirian lurus sebagaimana tumbuhnya pucuk rebung. Pucung rebung selalu tumbuh lurus hingga menjulang tinggi. Ketiga, ketika mencapai puncak tertinggi tidak boleh sombong dan arogan, sebagaimana pohon bambu yang selalu merunduk ketika telah tinggi.

Jenis kain tenun sambas Kalimantan barat dengan beberapa motif yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat anatara lain: Kain Telur Bunga Cangkring, disebut telur bunga cangkring karena kain ini memiliki motif bunga-bunga cangkring yang disusun dalam satu bundaran berbentuk telur warna hitam dengan kombinasi pucuk rebung. Kain ini sangat cocok di pakai pada waktu menghadiri kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada malam hari. Dengan memakai kain ini seseorang akan terlihat berwibawa. Kain tenun ini memiliki beberapa motif anatara lain: pucuck rebung, tahi lalat, talok mata ayam, tabor bunga melati kecil, bunga tanjung, bunga malek, bunga cangkring dan bunga mawar merah. Kain Rantai Mas, kain ini memiliki bahan dasar hijau. Biasanya dipakai oleh kaum wanita untuk menghadiri acara-acara penting seperti, undangan dari pembesar suatu daerah atau undangan dari raja. 

Kain Mahkota Berawan, motif yang paling menonjol dank has dari kain ini adalah dua ekor burung yang bertengger di atas mahkota raja yang diselimuti awan. Menandakan kemerdekaan dan kemakmuran. Kain Sabuk Rantai Berbintang, kain ini biasanya di pakai kaum pria untuk melengkapi baju teluk belanga (Baju khas melayu). Kain yang memiliki warna dasar ungu ini memiliki ukuran setengah dari kain biasa dan dipakai lewat batas lutut atau setengah saja. Kain Sabuk Bintang Timur, kain dengan dasar merah muda. Motif bintang yang sangat mencolok sehingga mengandung makna cita-cita yang luhur. Kain ini sangat cocok dipakai anak-anak yang menjelang baliqh.

Sang Bintang

Di kampungnya Annisa termasuk anggota remaja masjid yang cerdas dan aktif dalam berbagai kegiatannya sehingga sering diikutkan kegiatan perkampungan muslim ataupun MTQ tingkat kecamatan.

Ia masuk SMA pada tahun 2002. Ia aktif dalam kegiatan pramuka, sampai menjadi Pradani (ketua satuan gerakan pramuka putri,red). Annisa juga termasuk orang yang dihormati dalam kegiatan pramuka di sekolahnya karena selalu mengunduh piala bagi Gugus depannya ketika mengikuti event-event perkemahan. Lomba yang biasa ia ikuti ialah penginderaan, pemecahan sandi, dan cerdas cermat.

Ia pun termasuk siswa cerdas yang bakat akademiknya sudah terlihat dari semester pertama. Saat itu banyak guru bidang studi berebut memintanya untuk menjadi peserta bidang studi masing-masing di ajang Olimpiade Sains tingkat kabupaten. Karena sejak SMP bidang studi yang disukainya ialah matematika, ia menjatuhkan pilihannya ke bidang studi matematika. Dengan dukungan dari Orangtua dan gurunya melalui pemberian les tambahan dan peminjaman buku maupun soal-soal. Ia giat belajar mendalami soal-soal olimpiade yang tergolong sulit, bahkan beberapa soal yang bukan seharusnya dikerjakan seorang siswa kelas 1 SMA. Namun, Allah swt. mengaruniainya keberhasilan masuk 3 besar kabupaten dan berhak melanjutkan ke tingkat provinsi.

Di rumahnya, ia biasanya belajar setelah sholat isya’ sampai malam hari. Terkadang ia ditemani  gurauan kedua adiknya, dan tak jarang hanya ditemani oleh heningnya malam.
Dalam menghadapi Olimpiade Sains Provinsi, Annisa bertekad menjebolkan prestasinya masuk Lomba tingkat Nasional. Suatu hal yang sangat didambakannya sejak SD. Dahulu ia mengikuti lomba mata pelajaran IPS/PPKN tingkat SD mewakili Kabupaten sebanyak 2 tahun berturut-turut di tingkat provinsi. Namun ia selalu menempati peringkat kedua, padahal yang berhak maju ke tingkat nasional ialah peserta peringkat pertama. Kegagalan itu tidak membuatnya patah semangat. Annisa memang gadis yang sangat optimis tentunya penuh semangat. Ketika impiannya tidak terwujud ia tak pernah menyesali hal itu Sebab ia sudah melakukan yang terbaik yang ia bisa. Yup, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.

Dini hari malam itu, Annisa dibangunkan ibunya untuk melaksanakan shalat tahajjud. Setelah shalat, Annisa kembali ke kamar. Annisa menggeser separuh tirai jendela kamarnya, yang terbuat dari kayu bulat, tersusun berjejer dengan jarak sangat renggang. Tampak rembulan yang tersenyum menilik di sebalik tirai, menemani Annisa yang sedang belajar. “Ya Allah.. hamba berjanji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah engkau anugerahkan ini…hamba akan berjuang sekuat tenaga. Hamba mohon bantulah hamba ya Allah…” lirihnya dalam hati.

Kemudian ia mengemas barang-barangnya ke dalam tas ransel yang sudah kusam berwarna hijau. 2 lembar baju lengan panjang dengan sehelai rok hitam yang terbuat dari bahan kain, handuk, dan buku-buku yang diperlukan semua sudah tertata rapi di dalam tas kesayangan satu-satunya yang dimiliki. “Mak.. doakan Nisa ya mak, besok Nisa berangkat untuk berperang kembali menghadapi soal-soal olimpiade.” Sembari meraih dan menggenggam tangan ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya itu. “Iya Nisa, jaga diri baik-baik ya.. Mak percaya Nisa InsyaAllah akan berhasil.” Pesan ibunya sembari mengelus lembut di sudut mata indah Annisa. “Insya Allah mak.’ Lalu ia mencium tangan ibu tercinta.
“Hakim dan Syakila sudah tidur ya mak?”

“Iya, Hakim nampak letih, tadi siang sepulang sekolah dia membantu bangde Mamat mencari kayu bakar. Syakila sore tadi bantuin mak jualan kue keliling kampung nis.”
Annisa menatap lekat wanita 36 tahun yang duduk di sampingnya, dengan daster coklat pemberiannya ketika mendapatkan beasiswa berprestasi sewaktu duduk di bangku SD. “Mak.. Nisa minta maaf untuk beberapa hari Nisa tidak bisa membantu mak membuat kue untuk berjualan. Mak jaga kesehatan ya...Nisa sungguh mencintai mak dan adik-adik karena Allah” Mendengar pernyataan Annisa ibunya langsung merangkul dan memeluk erat tubuh Annisa. Suara tangisan dua beranak itu berlangsung beberapa saat. Sosok ibu yang begitu sabar dan  tegar, merawat dan membesarkan anak-anaknya setelah empat tahun kepergian suami tercintanya itu. Beban yang di pikulnya sangat besar.

(Hehe..abang nda biasa aja mendengar “karena Allah”, kalo diilangin/dipertahankan terserah Hani deh..)
(terus abang membedakan 2 bahasa..bahasa santai untuk percakapan dan bahasa baku untuk menyatakan kalimat tak langsung)
Pagi harinya, pukul 6.30 pagi. Setelah mandi dan sarapan, Annisa memakai kaos kaki dan sepatunya. “Nis, kamu nanti pergi pakai apa?” tanya Dare Ningsih. “Kata Bu Santi beliau mau menjemput pakai sepeda motornya mak. Katanya Nisa ga usah bawa sepeda ke sekolah. Sampai di sana baru Nisa berangkat bersama rombongan. Kemungkinan pake bus yang sudah di sediakan dari kabupaten mak....”

 Bu Santi pun datang. Ia mengucapkan salam kepada Dare Ningsih. “Assalamualaikum, bu.. Nisa dah siap keh?” Annisa menyahut “Waalaikum salam bu..Siap grak!! Hehe..” Annisa tertawa diikuti oleh guru dan ibunya. Annisa naik keatas motor dan berkata “Mak, Nisa pergi dulu ya..”.  “Hati-hati ya nak..” ucap Dare Ningsih sambil melambaikan tangan kepada Annisa. “Mari bu..Assalamu alaikum..” Sahut Bu Santi. “Waalaikum salam...” jawab Dare Ningsih. Tak lama deru motor itu pun semakin menghilang..ss
Ia diantar bu Santi ke Kantor Dinas Pendidikan. Di situ ternyata telah menunggu beberapa kawan Annisa. Setelah semua peserta berkumpul, Pak Idris, Kepala Dinas Pendidikan kabupaten memberikan sedikit pengarahan dan kata-kata motivasi. Setelah itu baru dilanjutkan perjalanan ke Pontianak dengan bus Pemerintah Daerah yang telah lama menanti. Ketika bus telah berjalan, tiba-tiba wajah almarhum ayahnya berkelebat dalam ingatan. Ia memejamkan mata “Ayah….Annisa rindu.” Gumamnya. Tidak lama kemudian ia tersenyum dan menghibur diri dengan berbincang-bincang bersama teman-temannya.

Sesampainya di Pontianak, tepatnya Asrama Haji Pontianak. Annisa dan kawan-kawannya sedaerah, saling bercengkerama ketika siang, belajar bersama ketika malam, tertawa apabila melihat teman-teman lelaki sedaerahnya saling berebutan mengambil piring saat waktu makan tiba. Alangkah bahagianya saat itu.
Hari pertarungan telah tiba. Saingan-saingan dari kabupaten lain menampakkan wajah-wajah yang asing, ada yang belajar sambil berhitung, ada yang mengobrol dengan kawannya, bahkan ada yang membaca komik sebelum bertarung..”Gila...” batinnya. Namun ia selalu optimis. Ia hanya diam, berdzikir dan bertasbih kepada Zat Yang Maha Kaya, Allah swt.

Sebelum memasuki ruangan ia berdoa agar di beri kemudahan oleh Allah swt dalam menjawab soal. Ia duduk di jajaran kursi paling depan, bersama saingan-saingan terberat, dari kota Pontianak, terutama Siswi etnis Cina dari Sekolah Santo Petrus yang berkacamata tebal, yang membaca komik tadi. Kata teman sedaerah Annisa, si kacamata tebal sudah pernah menang di tingkat nasional. Namun Annisa tidak gentar. Sudah sering ia mengikuti lomba seperti ini. Batinnya berkata “Untuk apa takut..,toh, yang jadi lawanku adalah soal diatas meja itu, itulah yang harus kukalahkan”.

Ketika ia menghadapi soal, perasaannya bercampur aduk. Ia memutar otak, kira-kira apa jawaban dari soal-soal tersebut. Peluh mengucur dari seluruh tubuh, terutama dari wajahnya, karena ruangannya yang sempit dan tidak ber AC. Selain itu soalnya begitu pelik. Tak pernah ia berkeringat sebanyak itu sebelumnya. Berkali-kali ia mengusap wajahnya yang basah.
Beberapa bulan setelah itu, tepatnya bulan Agustus 2002, ia mendapat kabar bahwa teman sedaerahnya yang membidangi Astronomi lolos masuk ke nasional, sedangkan ia menduduki peringkat 5 seprovinsi.
***

Jum’at pagi yang cerah. Hari itu pelajaran PPKN tentang bab Prestasi Diri. Ketika itu ia menginjak kelas XI IPA. Ia membaca kisah tentang George Septinus Saa yang mendapat kehormatan menghadiri presentasi karya ilmiah First Step to Nobel Prize di Polandia. Ia menyesali mengapa dirinya tidak mampu seperti Saa. Sepulang dari sekolah ia menangis, berkata pada dirinya sendiri, ternyata ia masih belum bisa masuk nasional.

Pada akhir tahun 2002. Annisa kembali ditawari mengikuti lomba olimpiade bagi sekolahnya. Karena ia merasa soal matematika kemarin sulit untuk dikerjakan, maka ia memutuskan pindah bidang studi. Kali ini yang menjadi pilihannya ialah Kimia. Hal itu karena beberapa minggu yang lalu ia dan 3 orang teman sekelasnya, 2 adik kelasnya, dan 2 kakak kelasnya mengikuti Lomba Bidang Studi Kimia III yang diadakan Universitas Tanjungpura di Pontianak. Pada babak penyisihan pertama, hanya ia dari sekolahnya yang masuk 26 besar. Selanjutnya di babak cerdas cermat ia berhasil menyingkirkan lawan-lawannya, bahkan masuk tiga besar sampai di babak terakhir. Bu Santi guru BK yang sudah seperti kakaknya itupun mendukung Annisa untuk beralih mata pelajaran karena ia sudah seringkali mengikuti lomba bidang studi matematika, namun hasilnya kurang maksimal. Bu Santi sangat sayang pada Annisa, karena dimatanya Annisa sangat istimewa!

Sejak saat itu Bu Santi sering membelikan buku kimia untuk Annisa. “Nisa.. kemarin ibu ke Pontianak. Ibu mampir ke Gramedia. Teringat kamu ibu lalu membelikan ini untukmu nak..” Terangnya sambil menunjukkan Buku Paket Kimia. Annisa terenyuh dengan ketulusan Bu Santi. Ia tak bisa menolak karena khawatir melukai perasaan guru cantik yang belum juga menikah itu. “Annisa tidak tahu harus bilang apa bu, ucapan terimakasih pun rasanya tidak cukup untuk mewakili rasa terimakasih Nisa. Nisa doakan ibu selalu dalam lindungan dan rahmat-Nya. Di berikan rezeki yang murah dan pendamping yang soleh. Amin”.

Amin..terimakasih ya Nisa...kamu anak yang baik...Jujur ibu katakan, ibu banyak belajar dari kamu. Terutama semangat hidupmu yang luar biasa itu nak.” Tukas Bu Santi. Annisa hanya tersenyum malu.
Ia merasa bu Santi sangat membantunya. Akhirnya, dengan berjuang tanpa kenal lelah, seluruh soal kimia yang diberikan padanya berusaha ia habiskan. Begitu banyak buku tulis bekas ia kumpulkan sendiri sebagai media corat-coret untuk menghitung angka dan rumus. Ia juga rela jauh-jauh ke warnet yang tak jauh dari RSUD Sambas untuk mendownload soal-soal olimpiade provinsi maupun nasional yang di upload di internet. Ia bertekad untuk memecahkannya.
***

Tiba saatnya olimpiade sains tingkat kabupaten dilaksanakan. Ia merasa insyaAllah siap dengan apa yang telah ia usahakan. Dengan 6 bulan persiapan, hasilnya : Subhanallah. Luar biasa. Ia meraih nilai 59 sedangkan juara kedua meraih nilai 31. Otomatis ia lolos ke tingkat provinsi. Betapa bahagianya ia.”Tinggal persiapan menuju nasional”,batinnya...

Tanggal enam, bulan enam. Olimpiade sains tingkat provinsi dilaksanakan di tempat yang sama dengan tahun lalu. Asrama Haji Pontianak. Dengan personil peserta sedaerah yang hampir sama, bahkan temannya   Syifa yang lolos nasional tahun kemarin kembali ikut sehingga memotivasinya dalam lomba pada kali ini. Pada hari H, Ia mendapat tempat duduk paling belakang. Segala dzikir mengalir dari mulut Annisa. Sebelumnya ia pun menelepon ibunya lewat telepon genggam milik temannya. Ia sengaja menghapal nomor telepon bangde Mamat supaya bisa berkomunikasi jarak jauh dengan ibunya melalui tetangganya. Annisa meminta agar ibu dan adik-adiknya mendoakan dia dalam pertempuran nanti.

Ketika memulai mengerjakan soal, ia telah berkonsentrasi. Soalnya tidak sepelik matematika, namun banyak keraguan dalam mengerjakannya. Ia memohon kepada Allah agar memberinya petunjuk dalam kondisi seperti itu. Setelah berjuang selama 3 jam, akhirnya pertarungan selesai juga. Ia harap pertarungan kali ini berhasil mewujudkan cita-citanya.

Pertengahan Juli 2003. Ketika itu Annisa sedang membantu membuat kue di rumahnya. Telepon Bangde Mamat mendapat sms dari   Syifa. Bangde tak kenal siapa   Syifa. Ia langsung menyerahkannya ke Annisa. “Nisa, ade sms dari   Syifa. Kenal keh?” tanya bangde Mamat. “Tahu bang” jawab Annisa. “ Katenye sih kau masuk nasional..” Tukas bangde Mamat. Annisa terkejut, ia langsung mengecek pesan yang dikirim telepon genggam tetangganya. Ternyata benar. Ia masuk Nasional. Annisa langsung bersujud syukur. “Alhamdulillah ya Rabb…engkau telah mengabulkan impian hambamu yang lemah ini.” “Ada apa sih, Nisa? Maksudnya nasional tu ape?” tanya bangde Mamat heran. Annisa berdiri di hadapan bangde Mamat sambil berkata “Nisa lolos tingkat nasional bangde…Nisa nanti ikut lomba di Jawe sana bangde!! Suatu kegembiraan yang tiada terkira bagi Annisa.

Alhamdulillah, syukurlah Nis. Selamat ya..bangde bangga padamu. Kalau ayahmu masih hidup beliau pasti sangat bahagia mendengar kabar gembira ini..”.
“Iya bangde, makasih banyak. Nisa melakukan semua ini untuk membahagiakan ayah.” Ia memejamkan mata sambil berkata dalam hati, “Ayah…ini untukmu yah.. Nisa sayang sama ayah. Annisa langsung mengabarkan berita gembira itu kepada ibu dan kedua adiknya. Semua mengucap syukur dan memberi selamat padanya. Annisa menasihati dan menyemangati kedua adiknya bila mana ia meraih prestasi dengan harapan adiknya berkeinginan dan bertekad lebih baik lagi dari pada dia minimal seperti dia yang mempunyai segudang prestasi akademik maunpun nonakademik.
Namun, ia tidak ingin memberitahu teman-teman sekelasnya, karena takut menjadi gosip. Ia ingin berita ini menjadi surprise.
***

Seminggu kemudian, datanglah surat undangan resmi untuk para peserta Olimpiade ke sekolah Annisa, sekaligus memberitahukan bahwa Annisa menjadi juara 2 Olimpiade Kimia Provinsi dan nilainya memenuhi standar untuk dikirim ke Nasional. Karena hal itu diberitahukan oleh gurunya kepada teman-teman sekelasnya ketika Annisa menghadap ke kantor, spontan sekembalinya Annisa ke kelas teman-teman sekelas menyorakinya, saling menyalami dan member ucapan selamat kepadanya.

Jum’at, 30 Agustus 2003. Annisa berangkat dari sekolahnya ditemani Bu Santi, memohon doa restu dan izin berangkat ke Pontianak untuk mengikuti pengarahan di Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat. Seharusnya yang menemani adalah orangtua murid. Namun Annisa tidak mau memberatkan ibunya sehingga meminta Bu Santi yang menemaninya. Selain tidak merasa keberatan, Bu Santi juga hafal seluk beluk kota Pontianak sehingga setelah pengarahan selesai ia mencarikan tempat kos sementara untuk Annisa. Hal itu dilakukan untuk membantunya menenangkan diri dan belajar sembari menunggu keberangkatan ke Surabaya pada hari minggunya. Seluruh biaya kala itu di tanggung pihak sekolahnya. Sehingga ia tidak perlu pusing memikirkan hal tersebut.
***
Minggu, 2 september 2003. Betapa bahagianya Annisa, yang baru pertama kali naik pesawat terbang. Bersama teman-temannya seprovinsi membawa nama baik Kalimantan Barat di event yang sangat membanggakan, terlebih ada temannya   Syifa yang baik lagi pintar.

Sesampainya di bandara Supadio Pontianak, tampak beberapa mobil berjejer rapi. Ada yang baru keluar dari pintu lalu memasukkan barang-barangnya ke bagasi taxi yang telah di pesan. Gadis muda dengan gamis mereh muda wajah segar kuning langsat yang di balut jilbab lebar berwarna putih semakin memancarkan pesona kecantikan muslimah itu. Memasuki taxi berwarna biru itu dan berlalu meninggalkan supadio. “Subhanallah..betapa indahnya makhluk ciptaan-Mu ya Rabb.” Ada perasaan sejuk menyelusup halus dalam dada Annisa ketika melihat muslimah yang sangat anggun itu. 

Annisa dan teman-teman langsung menuju ke tempat pendaftaran tiket. Laki-laki berbadan tegap dengan seragam putih hitam tersenyum ramah kepada mereka, meminta untuk melepas tas di troli berjalan itu lalu satu persatu dari mereka di periksa dengan alat khusus. Setelah melewati batas yang di sediakan tampaklah tas-tas milik mereka bergelinding di atas troli dan merekapun di persilahkan kembali untuk mengambil tas-tas mereka. Lanjut ke meja check in tiket yang di lakukan satu jam sebelum keberangkatan. Annisa dan teman-teman menunggu kedatangan Batavia Air yang akan menerbangkannya ke Surabaya namun tidak langsung ke surabaya malainkan harus transit ke Yogyakarta terlebih dulu.

Annisa dan teman-teman beserta penumpang yang hendak terbang dengan Batavia Air di jemput oleh bus berwarna biru yang membawa mereka mendekati anak tangga pesawat terbang. Beberapa saat kemudian pintu pesawat ditutup. Pelan-pelan tubuh burung besi itu bergerak mundur menjauhi garbarata lalu bergerak ke landasan. “OLIMPIADE SAINS NASIONAL KE VI SURABAYA.. i’m coming...” desah Annisa saat itu. Wajah almarhum ayahnya kembali berkelebat dalam ingatannya, kelopak matanya membendung air yang nyaris meluncur di kulit pipi halus miliknya. “Ayah…Annisa akan mempersembahkan yang terbaik.” Tekadnya dalam hati.

Awak pesawat meminta agar mematikan Handphone dan sabuk pengaman dikenakan. Semua penumpang sudah duduk rapi menerima arahan penggunaan pelampung dari beberapa pramugari yang memiliki postur tubuh tinggi, bekulit putih dengan rambut yang seragam dan yang paling khas adalah kecantikan wajah dan kemanisan senyum kepada para penumpang. Annisa gadis yang pemberani. Ia sangat suka tantangan. Ini memang kali pertama dia menaiki pesawat terbang. Namun tidak ada kekhawatiran sama sekali dalam hatinya ketika pesawat mengalami sedikit goncangan sebelum mengangkasa. Ia hanya memejamkan matanya seraya bertasbih mengingat kebesaran dan limpahan rahmat Sang Pencipta kepadanya.”Subhanallah walhamdulillah walaailaha illallah wallahuakbar”, batinnya. Dan...pesawat pun lepas landas, meninggalkan tanah Kalimantan yang luas. Annisa melempar pandangannya ke arah jendela. Tampak awan putih yang sedang asyik bercengkrama. Ia teringat caca dan sisi kala mereka berimajinasi dari gerombolan awan yang membentuk seekor bebek. Ia tersenyum. Sekarang ia tak hanya melihat awan dari kejauhan lebih dari itu ia melewati dan menembus awan-awan itu dengan burung besi yang di naikinya itu.

“Nis, ini rotimu”   Syifa memberikan sebungkus roti dan segelas air yang di bagikan oleh para pramugari. “Iya, makasih ya..” sembari tersenyum.
“Nis, kamu sudah lama menggunakan jilbab?”
“Alhamdulillah sejak SD, kamu?”
“Subhanallah, aku kelas 2 SMP mau naik kelas 3 waktu itu.”
“Syukurlah…”

“Ini sudah kesekian kalinya kita di pertemukan ya nis. Aku suka teringat wajahmu yang teduh nis. Di sana jarang bisa kutemui teman yang satu pandangan denganku. Malahan aku lebih nyaman bergaul dengan ibu-ibu pengajian di banding aku harus ngumpul bareng dengan teman sepantaranku. Yah. Cukup di sekolah saja dan apabila ada acara ulang tahun salah satu temanku saja aku bergabung dengan mereka.”

Oh..begitu..”
“Nis, kamu bisa tilawah ga?
“Alhamdulillah, bisa. Ibu yang mengajariku.”
“kamu pernah belajar dengan qori’ah nasional?”
“Belum. “
“Di tempatku, Sekura, akan di adakan pertemuan setiap satuvpekan sekali dan yang mengajar itu langsung qori’ah nasional Bu Hj. Wafizah. Di surau SMPN 1 Telukkeramat yang kemarin waktu SMP kita ikut cerdas cermat itu lho Nis. Ingat ga?”
“O iya aku tahu. Kemarin kamu ambil biologi kan fa? Subhanallah. Senangnya bisa di ajar beliau. Emang bu Wafizah asli orang mana fa?”

“Iya. Bu Wafizah itu asli orang desa Mengkudu nis. Kalau dari Sekura itu kira-kira memakan waktu 20 menitlah.. Kabarnya awal tahun depan akan di laksanakan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Kabupaten sambas yang ke-24 di Tebas.”
“Subhanallah, makasih banyak ya fa informasinya. Nanti aku kabarkan kepada teman-teman, ma’de dan ibuku soalnya ada 2 orang temanku juga yang suka belajar seni baca al-qur’an itu. Mereka pasti senang dan antusias sekali untuk bisa hadir di pertemuan itu.”

Satu setengah jam kemudian, stelah mereka berdua tertidur, Syifa membangunkan Annisa. “Eh Nis, coba lihat. Seperti peta ya.” Syifa menunjuk kearah jendela yang terlihat Pulau Jawa  itu dari ketinggian. Daratan Jawa telah terlihat.

“Mahasuci engkau ya Allah. Indah sekali ya fa.” Timpalnya takjub. Didahului oleh pemandangan puncak gunung Merapi yang tertutup kabut, perlahan Bandara Adisutjipto menampakan kegagahannya. Selang waktu 15 menit merekapun terbang kembali menuju Surabaya. Mereka melihat-lihat pemandangan gedung-gedung dan bangunan yang berwarna putih tampak dari pesawat. Tak terasa landasan Bandara Internasional Juanda terbentang menyambut kedatangan Pesawat yang membawa Annisa dan teman-temannya.

Tanpa terasa Batavia Air sudah mendaratkan rodanya. Berjalan pelan dan merapat di terminal kedatangan. Setelah berhenti dengan sempurna dan pintu pesawat dibuka, satu per satu penumpang meninggalkan pesawat. Ada yang langsung keluar bandara karena tidak membawa bagasi sebagian menuju tempat barang-barang bagasi dikeluarkan. Mereka mencari bagasinya di tempat pengambilan bagasi. Yang merasa memiliki barang itu langsung mengambilnya, mengangkatnya ke atas troly lalu pergi. Annisa dan teman-teman melanjutkan perjalanan menuju hotel tempat mereka menginap selama di surabaya.

Akhirnya datang juga, Kota Besar Surabaya. Letihnya perjalanan terobati dengan pemandangan kota Surabaya yang dihiasi pohon sepanjang jalan dan gedung-gedung yang megah nan tinggi. Sesampainya di hotel, Annisa check in beserta teman-teman yang satu bidang studi dengannya. Annisa tidak satu hotel dengan Syifa. Ketika naik lift hotel, ia agak sedikit pusing, karena ia tidak pernah naik lift sebelumnya sehingga kurang terbiasa. Sampai di kamar, ia melihat Indri juga masuk kamarnya. Indri berkata,“Eh Nisa, kita sekamar loh..”. Indri merupakan juara 1 olimpiade kimia provinsi dari SMA swasta di Pontianak. Ia merupakan saingan beratnya namun ia anggap santai saja. “Hai In… gimana persiapanmu? Sapanya sambil melepas jilbabnya untuk melepas gerah. 

Lumayan lah..Kamu gimana Nis? Belajar bareng yuk..” tukas Indri yang kemudian berbaring di tempat tidur. Tangan kanannya memegang sebuah buku paket dengan kertas coretan, sedangkan tangan kirinya menggoyang-goyangkan bolpoin. Melempar senyum sumringah ke Annisa. Nisa menjawabnya dengan senyuman lebar duduk tepat di depan gadis berkacamata itu. “Iya..yuk belajar bareng..” Mereka belajar dan diskusi bersama sampai rasa ngantuk menghampiri dan memaksa untuk beristirahat.

Hari pertama pembukaan di Gedung C Universitas Airlangga..Olimpiade Nasional dibuka oleh Pak Bambang Sudibyo..begitu meriahnya pembukaan berlangsung..disambut oleh tari-tarian..pelepasan balon..disambut tepuk tangan bergemuruh..Peserta bidang Fisika memakai baju hitam..matematika Oren..Kimia biru..Ekonomi Hijau muda..Biologi hijau tua..Komputer merah.. dengan bet lambang bidang studi masing-masing pada lengan kanan.. Malamnya Annisa dan teman sekamarnya bertukar ilmu..Annisa menguasai ilmu Kimia Organik..sedangkan temannya menguasai ilmu kimia praktek.. lumayan buat persiapan ujian praktek besok..

Hari kedua ujian praktek..bertempat di SMAN 1 Surabaya.. Soalnya ialah mengukur kalor dan menghitung kadar senyawa yang dihasilkan pada reaksi tertentu..”untung sudah diajari sama Indri” gumam nisa. Malamnya ia kembali belajar untuk menghadapi ujian final..besok..

Hari ketiga Ujian teori..bertempat di sekolah yang sama namun di ruangan berbeda.. soal pun dibagikan..Soal dikerjakan dalam waktu 4 jam..mulai sekitar jam 8 lewat..rumus-rumus dan angka-angka dari isi kepala bertebaran di kertas coretan bagai tertumpah.. pelik sekali!..sampai-sampai sebuah soal baru bisa terpecahkan setelah 3 jam berpikir..setelah dijawab..Annisa mengagumi..”Luar biasa orang yang membuat soal semacam ini”...setelah selesai Annisa berdoa mudah-mudahan diberi kemenangan..

Hari ketiga..Refreshing..para peserta OSN tingkat SMP dan SMA punya agenda : bertamasya!! Haha.. tujuannya ialah.. Wisata Bahari Tanjung Kodok Lamongan.. Di situ Annisa bertemu Ananda Syifa..sambil mengajaknya menjelajahi Wahana-wahana yang ada, seperti Naik sampan..kereta api..rumah kupu-kupu..dan masih banyak lagi..sambil menikmati segarnya es Siwalan di teriknya matahari pantai lamongan..

Hari keempat..Jumat..pengumuman pemenang olimpiade nasional diadakan di Gedung C kembali.. dari sekian banyak peserta..ternyata nama Annisa dan Ananda Syifa tak terpanggil..yang terpanggil adalah Indri..teman sekamar Annisa..Ia mendapat perunggu.. Kecewa dalam hati Annisa..namun apa daya..hal itu merupakan ketentuan dari Allah yang maha mengetahui..Seberapapun indahnya rencana kita, jauh lebih indah rencana Allah untuk kita.
Hari kelima..Annisa kembali naik pesawat..pulang ke kampung halamannya.

The Winner MTQ

Dusun Kubung yang terletak di desa Kubangga kecamatan Teluk Keramat itu terkenal dengan buah rambutannya yang enak. Daging buahnya yang lunak dan rasanya yang manis membuat pecinta rambutan bakal ketagihan. Biasanya Rambutan Kubung ini kerap kali membanjiri Pasar Sekura (sepanjang tahun atau saat musim panen saja?). Jarak dari Kubung ke Sekura tidak terlalu jauh. Jika menggunakan sepeda motor bisa memakan waktu 20 menitan. Sebenarnya yang membuat lama ialah di Penyeberangan Tanjung Ketat, harus menyeberangi Sungai Sekura.  Ya, Sungai Sekura adalah salah satu sungai yang terdapat di Kabupaten Sambas,  tepatnya berada di Kecamatan Teluk Keramat.

Sungai Sekura inilah yang menghubungkan antara Pasar Sekura dengan desa Sepadu (Tanjung Ketat), sekaligus  satu - satunya yang menjadi jalur alternatif tranportasi di kecamatan Teluk Keramat. Pasar Sekura biasanya menjadi tumpuan berbelanja dari masyarakat di Kecamatan Teluk Keramat bahkan dari Kecamatan Paloh juga berbelanja di Pasar Sekura. Jika ingin Ke Pasar Sekura haruslah menggunakan jasa penyeberangan boat atau sampan.

Sementara kapal Feri sarana untuk menuju kecamatan Paloh berlabuh di Dermaga teluk kalong. Untuk bisa sampai ke dermaga Telok Kalong juga bisa menggunakan jasa penyeberangan sampan dan boat biasanya di sebut “Motor Ae’.” Oleh penduduk setempat karena fungsinya yang tidak hanya mengantar penumpang melainkan jugasepeda motor yang ikut menyeberangi sungai sekura. Sedang waktu yang di tempuh sekitar 10 menitan untuk bisa sampai ke steher pasar sekura maupun dermaga Pasar Teluk Kalong ( arah Kecamatan Paloh ). Sementara Untuk biaya nya jika menggunakan jasa penyeberangan Boat adalah Rp.3000 Per sudah termasuk Sepeda Motor Seribu Rupiah perorang tanpa sepeda motor. Berbeda dengan jasa penyeberangan sampan yang berkisar Rp.7000 per orang beserta sepda motor nya, yang mana setiap sampan hanya di perbolehkan membawa 3 buah sepeda motor beserta orangnya. lain halnya jika penyeberangan melalu jasa feri uang yang harus dikeluarkan sekitar Rp.5000 per Sepeda Motor, dan Untuk Mobil Seukuran Kijang sekitar Rp.30000 - 40000an per Mobil sedang untuk Mobil berjenis Truk berkisar Rp.50000an ke atas.
Seperti biasa, steher Tanjung Ketat di penuhi banyak orang yang sedang menanti giliran untuk bisa menyeberangi sungai Sekura. Terik matahari yang menyengat kulit tidak sedikitpun membuat para penambang motor ae’ dan sampan yang bercucuran keringat itu menyerah dengan harapan bisa bertahan hidup. Yang menjadi penambang motor ae’ maupun sampan dan feri tidak hanya bapak-bapak paruh baya, kebanyakan anak muda yang tamat SMA juga bapak-bapak terbilang masih kekar. Jalur transportasi sungai Sekura itulah menjadi sumber penghidupan para penambang motor ae’, sampan juga feri.

Annisa bersama Ma’de Ninik yang merupakan koordinator kepengurusan remaja mesjid di dusun Kubung bersama kedua teman kecilnya caca dan sisi masih mengantri di steher Tanjung Ketat. Ada yang duduk di kantin khusus penanti setia jasa penyeberangan, ada yang berebut memajukan sepeda motornya supaya cepat di masukkan ke motor ae’, ngobrol, minum es dan lain sebagainya.
“Alhamdulillah, akhirnya giliran kita ni.”
“Iya Nis. Ayok Caca, Sisi. Kita masuk ke dalam.”

“Baik Ma’de...” Sahut Caca dan Sisi hampir bersamaan.”
Airnya tenang, meskipun cuaca yang sengit seolah menggigit kulit wajah melihat pemandangan yang terhampar membuat sengitan matahari tidak ada apa-apanya. Di samping kiri sungai terdapat semak-semak yang masih utuh. Sesekali tampak beberapa ekor monyet kecil yang bergelayutan di pepohonan. Di sebelah kanan tampak dermaga Telokkalong disusul rumah burung Walet yang berdiri kokoh. Maka dari itu sungai Sekura menjadi surganya burung walet.

Pasar Sekura semakin mendekat. Steher pasar Sekura tampak ramai. Ada yang menunggu sepeda motornya di masukkan, baru mau menyeberang. Banyak juga yang menanti sepeda motornya di keluarkan dari boat. Tampak tugu yang berdiri kukuh di tengah pasar. Beberapa pedagang kaki lima menjual buah-buahan, yang dominan ialah buah salak. Salak merupakan tanaman andalan Sekura. Rasanya yang manis membuatnya mampu bersaing dengan salak dari luar daerah. Annisa menghampiri pedagang sekaligus petani salak. Rasa ingin tahu yang begitu besar membuat gadis berbadan kurus itu menjadi sosok yang berani dan memiliki wawasan yang luas. “mau beli dek? Hanya di Sekura yang kualitasnya baik. Walau satu kecamatan, tapi jika ditanam di luar Sekura rasanya tidak sama. Di desa sebelah saja rasanya tidak sama.” Ungkap salah seorang petani salak Sekura. Uniknya lagi, sebagian petani salak di Sekura tidak menggunakan pupuk. Mereka menanam dan kemudian tumbuh secara alami, hingga kemudian mampu menghasilkan buah yang berkualitas. Pola pertanian ini dijalankan secara tradisional dan turun temurun. “Petani di sini jarang yang pakai pupuk, dibiarkan saja begitu,” ungkapnya. “Mmm gitu ya pak. Ya udah, saya beli sekilo ya pak, mau nyobain.” Ma’de juga ikut membeli “Saya juga pak”.

Setelah itu Ma’de, Annisa, Caca dan Sisi berjalan kaki menuju SMPN 1 Teluk Keramat tempat dimana pertemuan dengan qori’ah nasional di selenggarakan tepatnya di surau. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya 10 menit saja sudah sampai ketempat tujuan. Annisa melihat gadis bertubuh sedang dengan tinggi 160cm mengenakan gamis orange dengan jilbab putih yang menjuntai sampai ke punggung melempar senyum kepadanya. “Syifa, apakabar?” Annisa menghampiri. Menyalami, mencondongkan badan kearah kiri dan kanan wajah Syifa. “Alhamdulillah baik, kamu gimana Nis?”

“Seperti yang kamu lihat.” Jawab Nisa setengah bercanda. Syifa menyalami Ma’de, Sisi dan Caca. Lalu mengajak mereka masuk ke surau. Ternyata di dalam sudah ada ketua LPTQ kecamatan Teluk Keramat bersama anak dan istrinya, beberapa ibu-ibu pengajian dan qori’ laki-laki yang sudah biasa menjadi pemenang lomba MTQ. Wajah-wajah yang tidak asing bagi Annisa, melempar senyum sumringah. Beberapa selang waktu Bu Wafizah datang, beliau diantar oleh anak laki-lakinya. “Assalamu’alaikuuum…aduhh maaf saya terlambat..tadi nunggu anak saya dari rumah temannya.” Wanita yang masih tampak segar itu meminta maaf dan menjelaskan keterlambatannya. “Wa’alaikumsalam…” jawab seisi mushola itu besertaan. “Tidak apa-apa kok bu.. kami juga baru pada datang” sahut seorang ibu-ibu berbadan gemuk. Bu Wafizah bersalaman kepada para peserta dan mengmbil posisi yang sudah di sediakan. Bu Wafizah memimpin forum itu dengan mukadimmah singkatnya.

Bapak ibu dan adik-adik yang di rahmati Allah..
“Marilah sejenak kita pusatkan perhatian kita untuk mengikuti program pembinaan tilawatil qur’an ini. Perlu saya sampaikan bahwa ada beberapa hal yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian kita sebelum melangkah lebih jauh dalam pelajaran seni baca Alquran ini.”  Jelas wanita berumur 48 tahun itu. Ia lalu melanjutkan tausiahnya.

“Yang pertama, kita harus bisa membaca Alquran dengan fasih dan bertajwid. Sebab hal ini adalah merupakan masalah yang pokok. Kalau kita hanya mengejar lagu saja tanpa memperhatikan tajwid, merupakan suatu kesalahan yang sangat besar. Kedua-duanya harus berjalan secara harmonis. Membaca dengan bertajwid, membaca dengan fasih kemudian dilagukan secara harmonis.

Yang kedua, kita harus mempunyai bakat dan juga hobi. Kalau kita mempunyai hobi untuk membaca Alquran maka itu akan memberikan suatu jaminan bahwa kita dapat berlatih secara kontinu, berlatih secara istiqomah. Sedangkan dengan bakat yang kita miliki, artinya kita memiliki suara yang bisa di butuhkan dalam mempelajari Alquran ini. Dan juga kita memiliki pernafasan yang cukup.

Kemudian yang ketiga, yang barangkali tak kalah pentingnya adalah sabar dan ikhlas. Salah seorang dari peserta mengangkat tangan. “Bu. Saya ingin bertanya. Apa pengertian sabar dan ikhlas dalam kaitannya kita mempelajari seni baca Alquran ini?”

“Iya, pertanyaan yang baik sekali, namamu siapa dek?”
“Ridho bu.
“Iya dek Ridho, begini.. Kita memang harus bersabar, betul-betul memerlukan kesabaran. Dalam mempelajari seni baca Alquran kita akan banyak menghadapi kesulitan-kesulitan sebabnya adalah bahwa dalam seni baca Alquran nanti ataupun nanti qira’atnya. Mungkin lagi nanti mempelajari bagaimana mempelajari pernafasan yang baik, bagaimana seluk-beluk lagu dari lagu a, b c dan lain sebagainya. Betul-betul memerlukan kesabaran. Kemudian juga kita harus ikhlas. Ikhlas dalam arti betul-betul mempelajari seni baca Alquran ini karena Allah semata.

                Dari mulai sekarang ini coba canangkan jangan sekali-kali punya tujuan mempelajari seni baca Alquran ini hanya secara keduniawian. Hanya karena ingin menang dalam MTQ, hanya sekedar mengejar karir ataupun tujuan-tujuan yang lain.

(kalo hani sempat,tolong JELASKAN Ancaman orang yang mempelajari qur’an karena duniawi dan KEUTAMAAN PAHALA ORANG YANG MEMPELAJARI ALQURAN ya hani...abg punya pertentangan batin ini.. dulu abang pengin ikut MTQ, tapi karena takut ga iklas, malah jadi ga semangat buat apal alqur’an...bahkan abg skrg jarang bgt bc quran..soalnya ga tau keutamaannya...sekalian buat dakwah..) trus jangan tulis karna, tapi karena..
Dengan dasar inilah, ada MTQ ataupun tidak, karena karir ataupun tidak. Dimana kita berada dan kapan saja kita senantiasa mempelajari Alqur’an.” Beliau menjelaskan begitu runtun, para peserta mengangguk pelan tanda mengerti.
“Bu, apa ancaman bagi orang yang mempelajari Al-qur’an secara keduniawian?”

“Adek-adekku yang di rahmati Allah swt,
Baiklah kita mulai saja pelajaran kita pada pertemuan yang pertama ini.
Perlu saya sampaikan bahwa lagu yang di anggap sebagai lagu-lagu pokok dalam seni baca Alquran ini ada tujuh jenis. “Ada berapa?”
“Tujuh.
“Yang pertama adalah lagu bayyati. Tolong ulangi lagi..lagu apa?”
“Bayyati.”
Kemudian Shoba. Hijaz. Nahawan. Tolong ulangi lagi..lagu apa?”
“Shoba. Hijaz. Nahawan.”
“Kemudian yang kelima adalah lagu Ros, yang keenam Jiharkah. Kemudian yang terakhir adalah lagi Sika. Iya.tolong ulangi lagi.
Ros, Jiharkah, Sika.”

“Ya itulah tujuh lagu pokok atau tujuh lagu yang sementara ini di anggap sebagai lagu-lagu pokok dalam seni baca Alquran. Dengan demikian, selain lagu-lagu yang tujuh jenis ini di anggap sebagai lagu cabang. Yang nantinya akan digunakan sebagai variasi dalam membentuk susunan atau komposisi lagu. Diantara lagu-lagu yang di anggap sebagai lagu cabang, misalnya saja seperti lagu Naqriz, Ausyakh, Zinjiran dan lain-lain sebagainya. Sekarang marilah kita menginjak pada lagu yang pertama yaitu lagu Bayyati. Mana kala Bayyati ini di terapkan sebagai lagu yang pertama dan dalam susunan yang biasa ataupun susunan formal, maka lagu Bayyati biasanya di bawakan dalam beberapa tahap tingkatan nada. Dari mulai nada yang paling rendah sampai kepada nada yang paling tinggi. Dalam tatanan seni baca Alquran, tingkatan nada di kenal ada empat tahap. Yang pertama adalah nada Qoror. Nada apa?”

“Qoror.”
“Nada Qoror berarti nada rendah. Setelah nada Qoror disusun dengan nada Nawa. Tingkatan nada...
“ Nawa!”
Iya..Artinya tingkatan sedang. Setelah itu ada tingkatan yang tinggi yang disebut tingkatan nada jawab. Tingkatan nada jawab ini adalah tingkatan nada tinggi. kemudian ada tingkatan tertinggi setelah jawab yang disebut seni baca Alquran dengan tingkatan jawabul...
“Jawab..”
Pada pertemuan pertama itu tidak terlalu banyak latihan, lebih banyak share dan penjelasan-penjelasan saja.

***

Setelah tiga bulan pertemuan yang rutin di adakan seminggu sekali itu ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) mengabarkan bahwa Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) akan di laksanakan 3 minggu lagi di Tebas. Kafilah Teluk Keramat mengadakan latihan untuk para peserta MTQ Kabupaten Sambas selama 2 minggu. Annisa mendapat amanah sebagai Tilawah tingkat remaja, sedangkan Syifa tergabung dalam lomba Syarhil Qur’an bersama Sisi dan Caca.

Cuaca pagi cerah, rombongan kontingen Teluk Keramat berkumpul di rumah Ma’de Ninik dusun Kubung. Motor-motor berjejer di depan rumah sederhana itu. Ma’de menyediakan dodold Sirangan  dan rambutan Kubung. Sambil menunggu yang belum datang, Ma’de menyuguhkan air minum. Ma’de ninik mempersilakan teman satu kontingennya mencicipi hidangan “Ayo silahkan diminum dan dicicipi. menyungging senyum. Annisa dan Syifa duduk berdekatan di pojok kanan ruangan berukuran 4x4 meter yang berlantaikan ubin. “Nis, dodolnya enak. Buatnya pakai agar-agar dan buah peranggix mmm yammi… rasanya manis dan renyah. Kau bisa membuatnya ga? Tau ndak nis, ini makanan favoritku, tapi sayasng aku belum bisa buatnya.” tanya Syifa setengah berbisik. “Iya dong.. Insya Allah bisa.. Kenapa, kau mau resepnya? Jawab Nisa setengah menggoda. “Ada-ada saja kamu ini Nis.. tapi boleh juga, kapan-kapan aku minta ajarkan sama kamu ya...Of Course! My mother can help you, you can come to my house if you want.” Annisa menjawab dengan bahasa inggris. Mereka berdua memang sama-sama jago berbahasa inggris. 

Semua rombongan sudah datang. Siap berangkat. Annisa di bonceng Syifa, mereka sudah janjian terlebih dulu ketika latihan. Seluruh rombongan menggunakan motor. Kontingen Teluk Keramat mampir di sebuah villa sungai Sebedang. Danau Sebedang merupakan salah satu obyek wisata alam andalan Kabupaten Sambas dan Provinsi Kalimantan Barat. Kawasan yang menjadi pintu gerbang masuk ke Kabupaten Sambas ini ramai dikunjungi para wisatawan pada hari Minggu dan hari-hari libur lainnya. Sebagian pengunjung yang datang tidak hanya berniat menikmati kepermaian alamnya, tetapi ada juga yang menyalurkan hobi memancingnya, karena danau ini merupakan rumah bagi banyak ikan. Konon, danau yang menjadi sumber air bersih bagi penduduk beberapa kecamatan di Sambas dan juga menyimpan berbagai kekayaan ekosistem ini, dahulunya merupakan salah satu tempat istirahat favorit bagi para sultan Sambas beserta keluarga mereka.

Luas danaunya yang mencapai sekitar satu kilometer persegi, dikelilingi oleh perbukitan yang memiliki ketinggian sekitar 400 meter di atas permukaan laut (dpl), dan pemandangan alamnya yang rancak dengan latar hutan tropis yang hijau dan lebat, menjadikan kawasan ini tepat sekali dipilih sebagai salah satu tujuan rekreasi yang menyenangkan bersama keluarga atau kolega. Pengunjung dapat menikmati keindahan panorama alamnya dengan cara berjalan kaki mengelilingi danau, atau sambil minum-minum di kantin-kantin yang menghadap ke danau. Selain itu, keelokkan danau ini juga dapat dicerap pengunjung dengan bersantai di shelter-shelter yang tersedia, atau sambil duduk lesehan di atas tikar yang disewakan. Bila bosan, pengunjung dapat mengelilingi danau dengan menyewa perahu.

Pada sore hari, eksotisme kawasan Danau Sebedang kian tampak dan kian terasa. Bagi pengunjung yang mendatangi danau pada malam hari tidak perlu khawatir akan kesepian. Karena semakin malam, semakin banyak pengunjung yang datang. Dan, suasananya bertambah semarak dan hidup dengan iringan suara musik keras yang berasal dari kafe-kafe di kawasan tersebut. Bagi pengunjung yang kemalaman dapat menginap di losmen-losmen yang banyak terdapat di kawasan sekitar danau. Areal camping ground yang luas dan aman dapat digunakan pengunjung yang berhasrat menikmati suasana kawasan ini pada malam hari. Di sini, juga tersedia persewaan tenda dan tikar, sehingga pengunjung tidak perlu repot-repot membawa perlengkapan berkemah. Selain itu, di kawasan ini juga terdapat pusat informasi pariwisata, sentra oleh-oleh dan cinderamata, shelter-shelter, areal parkir yang luas dan aman, persewaan perahu untuk mengelilingi danau, losmen-losmen, kios yang menyediakan perlengkapan untuk memancing, kios wartel, voucher isi ulang pulsa, dan toilet.
***

Setelah shalat zuhur berjama’ah di surau, dan melahap nasi bungkus yang di sediakan panitia LPTQ Kecamatan Teluk Keramat, rombongan meluncur kembali ketempat tujuan. Setiap kontingen dari kecamatan sudah mendapatkan tempat untuk menginap sampai selesai penyelenggaraan MTQ. Untuk kontingen Teluk Keramat berada di rumah warga tebas yang tiidak jauh dari pasar tebas. Tuan rumahnya menyambut kedatangan kontingen Teluk Keramat dengan sangat istimewa. Dua kamar khusus di sediakan untuk yang perempuan, sedang laki-laki di ruang tamu. Annisa, Syifa, Caca dan Sisi berada di kamar depan. Setiap peserta di beri uang saku, dan makanan disediakan tuan rumah dengan gratis.

Pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur’an Kabupaten Sambas yang diselenggrakan di Tebas berlangsung meriah dan sukses. Pembukaan yang dipusatkan di Halaman Mapolsek Tebas, penuh oleh masyarakat yang menonton. Tidak hanya warga setempat, seremoni itu mendapat apresiasi dari masyarakat luar kecamatan Tebas. Mereka rela berdesak-desakan menyaksikan shalawat yang diikuti kurang lebih 300 ibu-ibu dari Perkumpulan BKMT Tebas dan sekitarnya. Tarian kreasi dan Qasidah dari pelajar Kecamatan Tebas menambah semarak pembukaan MTQ.

Pembukaan secara resmi ditandai pemukulan bedug dan kembang api oleh Wakil Ketua DPRD Kab Sambas Drs. Ramzi didampingi Bupati Sambas, Muspida Kab Sambas, Dandim 1202 Skw, Camat Tebas dan beberapa undangan lainnya. Pembukaan dihadiri beberapa Pejabat Propinsi Kalbar, Wakil Rakyat DRPD Propinsi Kalbar, Pejabat Pemkab Sambas, para camat, ketua LPTQ Propinsi Kalbar, Kecamatan, Desa, Tokoh Masyarakat dan Pemuka Agama Kabupaten Sambas. Tema yang diangkat adalah “Melalui MTQ Kita Bumikan Alquran dengan Meningkatkan Pemahaman dan Pengamalan Nilai-nilai Isi Kandungan Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Semua kecamatan turut berpartisipasi pada MTQ kali ini. Peserta dan official mencapai 571 orang. Kecamatan yang minoritas umat muslimnya pun turut serta, yakni Sajingan Besar dengan peserta berjumlah 9 orang. Cabang yang dipertandingkan diantaranya tilawah kategori anak-anak, remaja, dewasa, tunanetra, maupun lanjut usia, Cabang Tartil, Hifzil, Fahmil, Syarhil dan Khatil Qur’an.

Beberapa rangkaian kegiatan pembukaan MTQ telah digelar pawai Ta’aruf diikuti seluruh kafilah dari 19 kecamatan dan masyarakat. Pawai itu kurang lebih dua ribu orang. Tebas juga menggelar pasar rakyat dan pameran serta pembuatan replika jeruk yang menggunakan kurang lebih 3 ton jeruk segar. Panitia juga mempersilakan pengunjung untuk menikmati dan panen buah jeruk yang telah memecahkan Rekor MURI untuk kategori Replika Buah Jeruk Terbesar se-Indonesia, karena Replika Buah Jeruk tersebut terdiri dari susunan ribuan buah jeruk segar yang siap untuk dinikmati.

MTQ sebagai wahana membumikan Alquran di Kabupaten Sambas juga dijelaskan oleh Ketua LPTQ Kab Sambas dalam pidatonya. Kepala Bappeda telah menyiapkan beberapa agenda untuk itu. Salah satunya akan membagikan seribu Alquran dan tafsir Alquran yang disebar ke beberapa masyarakat di Kecamatan. Pemenang pada cabang MTQ juga diberikan hadiah sepeda motor dan umrah, sebagai motivasi agar masyarakat kabupaten Sambas semakin meningkatkan minat baca Alquran. Sesuai temanya, tidak hanya membaca, kita akan memfokuskan bagaimana membumikan Alquran juga dengan pemahaman dan pengamalannya.

Beberapa hari setelah diselenggarakan, akhirnya berakhir juga perlombaan MTQ. Pada malam pembacaan pemenang, keputusan langsung dibacakan oleh Ketua Dewan Hakim MTQ Provinsi Kalbar. Total nilai yang diperoleh kafilah Teluk Keramat sebanyak 65 poin. Dengan demikian, kafilah Teluk Keramat akan mewakili Kabupaten Sambas pada MTQ tingkat provinsi mendatang.

“Yang berhak menggondol Hadiah Motor atas nama Nurhafizahra Setiannisa kafilah Teluk Keramat cabang Tilawah Remaja. Selamat kepada Anak kami Nurhafizahra Setiannisa…” Pengumuman yang dibacakan oleh Mc malam itu di sambut dengan tepuk tangan bergemuruh seluruh peserta Musabaqah Tilawatil Qur’an Kabupaten Sambas. Annisa tertegun setengah tidak percaya. “Nisa…..Alahamdulillah nis, selamat ya nis.” Teman-teman kafilahnya menggerumutinya dan memeluk. “Allahuakbar…” lirih annisa.

Malam puncak penutupan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) secara resmi di tutup wakil bupati Sambas. Penutupan ditandai dengan penekanan tombol sirene dan penyalaan kembang api kurang lebih selama tujuh hingga sepuluh menit. Gegap gempita kembang api menambah semarak penutupan tersebut. Tidak hanya itu, panitia pelaksana juga menampilkan seni budaya qasidah dan tarian persembahan dari peserta MTQ seperti Qasidah. Puncak penutupan juga ditandai dengan penurunan bendera resmi MTQ oleh Paskibra pelajar.

***
Annisa sungguh tidak menyangka dengan apa yang telah ia dapatkan. Ia mendapatkan hadiah juara.... berupa uang. Ia pergunakan uang dari hasil lomba MTQ untuk membeli telepon genggam dua buah. Yang satu untuk dirinya pribadi dan satu lagi khusus untuk di rumah. Agar mempermudah komunikasi ketika ia tidak di rumah. Dan mulai saat itu Annisa tidak perlu meminjam handphone tetangganya. Annisa memnggunakan sebagian uangnya untuk mendirikan warung di depan rumah, dengan harapan adik-adiknya tidak perlu menjajakan kue keliling kampung. Warung tersebut menjual kue-kue yang biasa Dare Ningsih buat, ditambah dengan lontong sayur, bubur nasi, sembako dan bensin.

Ibunya sangat bersyukur dengan hadiah yang annisa persembahkan untuknya. Begitu juga kedua adiknya Hakim dan Syakila, mereka merasa bangga mempunyai kakak seperti Annisa. Setelah perjuang berdarah-darah akhirnya Annisa bisa mewujudkan mimpinya  membukakan warung untuk ibunya. Annisa meminta adiknya Hakim yang sudah kelas 1 SMP untuk mendampingi ibunya mengelola warung. Annisa sengaja mengajarkan sejak dini, karena tidak lama lagi Annisa akan melepas seragam SMA. Dirinya optimis akan lulus dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, kuliah.
               
Beasiswa

Hari berganti hari, bulan berganti bulan..Tanggal 8 april 2005, merupakan batu loncatan pertama untuk mewujudkan cita-cita Annisa menjadi dokter. Ia mengikuti tes kedokteran di kabupaten. Ia berhasil menempati peringkat pertama dari sekian siswa yang akan mengikuti tes selanjutnya di tingkat provinsi..
Tanggal 23-25 mei 2005, merupakan langkah terakhir Annisa dalam memasuki dunia kedokteran. Tes akademik berlangsung selama 2 hari. Hari pertama adalah psikotes. Tes itu dimulai pukul 8 pagi sampai pukul 4 sore, dengan jeda pukul 12-12.30 untuk sholat dan makan siang..tes dilaksanakan di amphiteater FK Untan yang dingin bersuhu 18 derajat C dengan diikuti total 140 siswa dari 14 kabupaten di seluruh kalimantan barat. Tes itu menguji kelayakan psikologis beserta IQ para peserta..

Esokan harinya, dilaksanakan tes akademik yang meilputi 4 mata pelajaran, yaitu fisika, biologi, kimia, dan bahasa inggris. Sore harinya dilakukan pengumuman 3 peserta terbaik dari masing-masing kabupaten yang otomatis  mendapat beasiswa masuk FK Untan dengan dibiayai oleh pemerintah kabupaten masing-masing. Annisa merupakan salah satunya.. spontan ia sujud syukur mewakili rasa trimakasih kepada Allah swt.

 Wajah ayahnya yang kembali hadir ketika ia selesai shalat “Ayah…lihat annisa yah, nisa jadi dokter yah…” air matanya tumpah di wajahnya yang masih berbalut mukena. Annisa pulang ke kampung halaman membawa kabar gembira itu kepada keluarganya, Pukul 03.00 wib annisa berangkat dari Pontianak menggunakan Bus, sepeda motor hasil lomba MTQ itulah yang selalu menemaninya. Kenek bus menaikkan Revo milik Annisa ke atas Bus. Annisa shalat subuh di dalam bus. Keadaan seperti itu mendapat ruksoh (keringanan) dari Allah untuk mengerjakan shalat dalam kendaraan. Gadis yang duduk de sebelah nisa memperhatikan apa yang sedang di lakukannya.

“Maaf kak, kakak barusan shalat ya?”
“Iya dek, kenapa?”
“Mmmm saya mau shalat juga kayak kakak tapi gimana caranya?”

“O gitu, yaudah kakak contohkan ya dek.. Tayamum dulu dek. pertama, letakkan saja tangan adek ke tempat yang menempel debu, di kursi itu juga ada atau di kaca samping adek itu juga bias. Memukulkan kedua telapak tangan ke kursi atau jendela dengan sekali pukulan kemudian meniupnya. Lalu menyapu punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya. Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan semua usapan baik ketika mengusap telapak tangan dan wajah dilakukan sekali usapan saja. Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai pergelangan tangan saja atau dengan kata lain tidak sampai siku seperti pada saat wudhu. Nah.. setelah bertayamum niatkan didalam hati saja jangan dilafazkan kemudian bertakbirratul ihram selayaknya takbirratul disholat sperti biasanya bacaan juga biasa yang dilafazkan sebagaimana kita sholat fardhu kemduain ruku bungkukkan sedikit kepala kita seraya membaca bacaan rukuk kemudian bangun dari ruku seperti biasa nah pada saat sujud letakkan tangan di atas kedua pahamu seraya membungkukkan kepalamu sedikit, begitu seterusnya ya dek…”
“Baiklah kak, terimakasih banyak ya..”
“Iya sama-sama..”
***
 Bus Pontianak-Kartiasa itu melaju membelah jalan beraspal dengan tenang. Jalanan masih tampak sepi. Annisa membuka Alma’surat yang ditulis oleh Hasan Albana. Ia membacanya dalam hati. perasaan bahagia, haru, dan sedih bercampur menjadi satu. Ia sedih karena ayahnya sudah tidak ada untuk menyaksikan dan merasakan kebahagiaan yang telah ia  perjuangkan. Pukul 09.30 Wib Bus yang membawa Annisa dan sepeda motornya sampai di kartiasa. Dari kartiasa ia mengendarai motor. Ia sudah terlebih dulu memberitahukan kepada Ibu dan adik-adiknya bahwa ia akan pulang. Kedatangannya di sambut dengan penuh suka cita. Awalnya ia tak menyangka bahwa ibunya mengadakan syukuran hari itu juga. Rumahnya di penuhi warga setempat. Ia memarkirkan motor tepat di halaman rumahnya. Beras kuning di hamburkan sembari membaca shalawat oleh salah seorang pemuka agama di kampungnya. “Mak…” nisa bergegas mencium tangan ibunya dan memeluknya dengan penuh cinta. “Alhamdulillah nak..akhirnya cita-citamu tercapai juga..” ibunya mengangkat kepala nisa dan mencium keningnya, juga kedua pipinya. Warga yang menyaksikan hari bersejarah itu pun tidak mampu menahan haru. Air mata bahagia membanjiri rumah Annisa.

Annisa masih punya waktu dua bulan di rumah. Menunggu masuk kuliah. Ia habiskan waktunya untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk dunia baru yang akan di jalaninya selama masa perkuliahan. Tak ketinggalan ia juga merancang visi dan misi kedepannya. Dari Ikatan Dinas Kabupaten Sambas menannggung biaya perkuliahan dan  Fasilitas seperti laptop dan buku-buku perkuliahan. Uang kos dan makan sehari-hari tidak ditanggung. Annisa masih harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhannya itu. Sebelum pulang Annisa dan teman barunya sudah mendapatkan rumah kontrakan yang tak jauh dari kampus. 
***

Annisa menjadi buah bibir di kampungnya. Banyak warga yang kagum dengan apa yang telah diraihnya. Bisa dibilang dia adalah bunga desa.  Banyak pemuda di kampungnya menaruh hati padanya. Beberapa pemuda yang tengah berkumpul ria di  beranda rumah. “Eh, ada nisa lewat.” tukas salah seorang dari mereka, “Assalamu’alaikum nisa…” Pemuda-pemuda itu mengucapkan salam pada nisa. “Wa’alaikumsalam” jawab nisa santai, tidak senyum juga tidak bermasam muka. “Annisa itu memang luar biasa ya, siapa sangka dia bias lolos di kedokteran. Padahal secara kasat mata rasanya gak mungkin keluarga sederhana seperti itu mampu.”

“Iya, dia memang cerdas. Kan dapat beasiswa. Jadi di tanggung pemerintah.”
“Aku dengar juga begitu. Dia itu tidak begitu cantik. Biasa saja. Tapi aura dari dalam itu lho yang membuatnya indah di pandang dan menyejukkan. Benar gak?”
“Yup, benar banget. Padahal kulitnya itu sawo matang. Hidungnya pesek bibirnya juga biasa saja, Matanya aja yang bagus.”
“Ahh kamu ni, semuanya di bahas.”
“Eh tapi benar lho, kalo saja aku yang jadi suaminya..uuuuuuuhh beruntung dahh. Orangnya baik pula.”
“hmmmm ngarep!”
“Biarin. Welk. “
“Eh kau ini aku juga mau kali, udah baik, sholeha pula, pandai ngaji. Complit dah. Coba aj kalian lihat cara berpakaiannya itu. Rapi. Tertutup semua meski sederhana lebih enak di lihat. Dari pada cewek-cewek yang lain tuh. Pakaian aja pinjem punya adek alias kekecilan. Panas liatnya. Bikin hati ga tenang. Benar ga bro?”
“Bettooolll banget.”
***
Minggu pagi yang cerah menambah keindahan alam, Annisa melempar pandangan ke kiri dan kanan jalan. Tampak hamparan sawah nan hijau, sesekali ia menyapa orang-orang yang sedang menanam padi-padi mereka. “Assalamu’alaikum ma’ngahX “ sapanya, “Waalaikumsalam nisa mau kemana?” jawab ibu-ibu berbadan kurus, “Ke Sambas sebentar ma’ngah..” jelasnya menyungging senyum. Annisa dan Syakila Az-zahra hendak ke pasar sambas membeli bahan untuk membuat pakaian. Sejak kecil annisa tidak pernah membeli pakaian langsung jadi. Ia selalu di bikinkan ibunya dengan mesin jahit. Sekarang ia tidak perlu lagi dibikinkan oleh ibunya. Annisa sudah bias membuat baju, rok dan jilbabnya sendiri, tentu saja ibunda tercinta yang mengajarkannya.

                Nisa dan adiknya syakila sudah sampai rumah. Mereka menenteng belanjaan ke rumah tercinta. Tampak Dare ningsih keluar dari kamar mandi. “Mak..nisa ade malli ikan kerisi, rasenak makan tanak lade mak.”
Wah.. nyaman di to’ e..”
“Yelah mak nisa dengan syakila nak masakkeknye.”
“Iya masaklah nak..”

Setelah membersihkan ikan-ikan kecil dan menyiapkan bahan-bahannya Annisa mengambil celemek, dan berperan sebagai koki.
“Syakila… sudah cocok belum ni..”
“Highighig, mantap long…”
“Siiiip. Along yang masak syakila bantu along memasukkan bahan-bahannya ya adikku yang cantik.”
“Oke..”
“Baiklah para pemirsa dirumah.. kami akan memasak makanan khas sambas..highighig”
“Lanjut long, bentar dulu syakila panggil ngah hakim dulu. Biar tambah seru dia yang jadi kameramennya.”

That’s a good idea…hahay”
“Ngah….cepat kedapur. Kita maen yok…”
“Maen apa dek…?”
“Cepat sini, tu liat along dah jadi koki, angah jadi cameramen ya. Kitakan mau siaran langsung. Hahay”
“Hahahahahaha. Mantaplah kita ni. Ayok lah..”
“Kameraaaanya keren nih pake siku tangan. Hahay. Kita mulai ya.. kameraaa action!”
“Assalamu’alaikum permirsa sekalian kali ini saya Annisa dan si cantik sebelah saya…”
“Syakila azzahra.”

“Ya, kami akan memasak tanak lade masakan khas sambas…sebelum dimulai perlu kami jelaskan apa itu tanak lade, pasti pemirsa dirumah belum tahukaaaan. Tolong dijelaskan syakila!”
“Baiklah pemirsa, saya akan jelaskan sedikit mengenai masakan ini. Apa itu tanak lade?  Tanak bisa diartikan masakan, memasak. Sedangkan lade, adalah rempah yang kita sering sebut lada. Namun untuk keperluan ini kita menggunakan lada hitam, lada yang berwarna hitam karena berasal dari lada hijau yang dikeringkan sehingga menjadi hitam. “

“Iyyak, selanjutnya pemirsa kita akan mulai ritual memasak dikesempatan kali ini. Ini bahan dan rempah yang akan kita gunakan : Adalada hitam (kira-kira segenggam) tadi dihaluskan terlebih dahulu, kemudian ditambah bumbu lain seperti bawang merah (2 siung), bawang putih (2 siung), jahe (seiris), kunyit (satu centi), lengkuas (seibu jari), garam (secukupnya) dan bumbu penyedap secukupnya, kemudian dihaluskan lagi. Siapkan penggorengan. Syakila..pengggorengannya sayang?”
 “Siap.”

“Nah,  masukkan sedikit minyak goreng. Setelah agak panas masukkan bumbu yang telah dihaluskan tadi sambil diaduk pelan sampai tercium bau harum, lalu masukkan sebatang serei yang telah dimemarkan dan ikan kerisi yang telah dibersihkan. Kemudian tambahkan sedikit air.  Tunggu dan sambil diaduk pelan hingga mendidih dan tercium aroma khas tanak lade.”

“Ini dia pemirsa Tanak lade khas Sambas, Masakan ini enak disantap saat masih panas sebagai lauk pauk makan nasi putih pada siang atau malam hari. Masakan ini juga sering dipakai sebagai lauk bagi seorang ibu yang baru melahirkan, namun biasanya tanpa ikan hanya lada hitam dan dibuat sedemikian hingga tampak tanpa air atau kering.”
“Sekian dulu dari kami… Selamat mencoba dirumah..”
“Hahahahahaha mantap....!”
“Heh, pak cameramen jangan lebar-lebar ketawanya nanti dimasuki lalat tau rasa ya!”
“highighighig”
“Ayo, kita makan sama-sama ummak di warung.”
Let’s go…!”
***
Malam semakin larut, Dare Ningsih bersama ke tiga buah hatinya membereskan dan menutup warung. “Ayo anak-anak, kita istirahat..” ajaknya. “Iya mak…” jawab mereka serentak. Ibu dan adiknya Syakila tidur di kamar depan, sedang Hakim tidur di ruang tengah. Annisa masih terjaga. Ia membuka sebuah buku rahasia. Buku dimana ia selalu menuliskan mimpi-mimpinya. Annisa melihat begitu banyak coretan di deretan mimpi-mimpinya. Coretan itu pertanda bahwa apa yang telah di impikannya sudah tercapai. Ia selalu ingat pesan gurunya “Tuliskanlah mimpi-mimpimu secara nyata. Jangan kau tulis dalam ingatan saja. Karena pasti kamu akan lupa!” Annisa mengindahkan perkataan itu, hingga akhirnya dia benar-benar membuktikan semua mimpi-mimpi yang telah terealisasi. Tidak lupa ia menuliskan mimpi-mimpi selanjutnya dalan buku rahasia itu.

Azan magrib berkumandang, menyeru alam sekalian untuk melaksanakan titah Tuhannya yang menghidupkan dan mematikan. Shalat magrib telah usai di laksanakan. Annisa sudah menyiapkan barang-barangnya. Besok pagi ia sudah harus kembali ke Pontianak, berjuang demi masa depan. Ia memohon restu Ibu dan kedua adiknya. Ia berpesan kepada Adik-adiknya untuk belajar dengan giat. “Dek..along titip ummak sama kalian ya dek.., belajar yang giat mudah-mudahan kamu hakim bias lolos kedokteran juga nantinya.”
“Iya long..”
“Mak..kalau ada apa-apa, mak minta tolong Hakim atau syakila seperti biasa untuk menghubungi nisa.”
“Iya nak.. kamu hati-hati disana. Jaga diri baik-baik ya nak…”
“Iya mak, nisa mohon doa mak ya…mak jaga kesehatan…”
“Iya nak, doa mak selalu menyertaimu nak..”
“Dek hakim..along titip mak dan syakila ya sayang..hafalanmu di jaga, begitu juga kamu syakila..hafalanmu di jaga. Along tahu kalian pasti bias mempersembahkan yang terbaik. “
“Iya long..Insya Allah.”
“Jangan lupa doa’akan ayah di setiap sujud panjang kalian ya dek..”
***
Tepat pukul 09.00 pagi annisa berangkat ke kartiasa. Kedua adiknya sudah berangkat ke sekolah. Ia menyalami tangan ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya dengan penuh cinta “Mak…nisa pergi dulu ya” sembari mencium dan memeluknya. “Iya nak, hati-hati di jalan. Kalau sudah sampai kasih kabar ya..”
“Iya mak, Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikumsalam” Dare ningsih melambaikan tangannya. Dalam hati iya berkata “Ya Allah lindungilah anakku nisa, jaga dan peliharalah ia.”

                Seperti biasa, terminal kartiasa di penuhi banyak orang. Ada Bus yang baru datang , ada juga yang menanti kedatangan bus sambil menikmati jajanan di tokoh. “Mau kemana dek?” kenek-kenek berebut penumpang. “Pontianak” jawabnya singkat. Annisa langsung menuju Bus langganannya. Motornya di naikkan ke atas bus dan ia langsung masuk ke dalam. Nisa duduk paling depan, samping supir. Sebentar lagi bus akan meluncur menuju Pontianak. Perjalan jauh akan segera dimulai. 6 jam perjalanan sama sekali tidak membuatnya mengeluh. Ia menikmati indahnya pemandangn di kiri kanan jalan sambil berzikir di dalam hatinya.

                Sesampainya di kontrakan. Annisa memasukkan motor di ruang tamu berukuran 4x4 meter. “Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam…nisa… kok gak ngasih kabar mau dating?”
“Kamu Sin, iya maaf…kan surprise….kamu sendiri kapan datang? yang lain sudah datang semua?”
“Kemarin sore nis, Tiara, Siti dan Dwi sudah datang. Tapi pada keluar semua. Tinggal Dara yang belum datang. Mungkin mala mini.”
“Iya, syukurlah..”
“Banyak bawaanmu nis.”
“Kamu kayak gak tau aja kita kan Maba..”
“Hehehe kamu bias aja nis. Sini aku bantuin.”
“Makasih..”

  Kontrakan itu terdiri dari tiga kamar, masing-masing berukuran 3x4 meter,  ditambah Kamar mandi sekaligus Wc dan dapur . Annisa sendiri yang dari sambas, kelima temannya ada yang dari Sintang, Natuna, Jakarta dan Bangka Belitung. Masa matrikulasi selama 3 minggu.. mulai tanggal 4 agustus sampai tanggal 25 agustus 2005.
2 September 2005, hari pertama puasa sekaligus hari “pembantaian” kampus dimulai...OSPEK..masa-masa yang berat bagi Annisa sudah dimulai..masa dibentak-bentak tak jelas..melakukan apa yang disuruh tanpa tahu manfaatnya..namun untung saja ada senior-senior yang baik dan mengisi kegiatan ospek dengan sesuatu yang bermanfaat.. untunglah masa-masa berat itu hanya berlanjut sampai 2 bulan saja..

Pergulatan Batin Syifa

Adzan Isya berkumandang menggelora jiwa-jiwa manusia yang selalu rindu akan  kedatangan bulan suci Ramadhan. Di bawah cerahnya langit malam, gadis itu melangkahkan kaki menuju mesjid yang tak jauh dari rumahnya. Wajah kuning langsat yang menawan di balut mukena putih bersih. Bagi sesiapapun akan merasa sejuk jika terlihat wajahnya yang teduh. Jika ia tersenyum akan tampaklah telaga madu di pipi kiri dan kanannya. “Kak Syifa…” sapa anak laki-laki berumur 11 tahun yang sedang asyik ngobrol di gorong-gorong jalan dekat mesjid. “Iya..” jawab Syifa dengan tersenyum ramah kepada anak yang memakai sarung dan kopiah di tangankanannya, belum di pakai.

Syifa artinya obat. Sesuai dengan namanya,bagi siapa saja yang merasa sakit apabila berpapasan atau berbicara dengannya akan merasa menghirup udara segar yang mensirkulasi ke rongga dada dan otak, menjadikannya lapang dan tenang. Kelembutan tutur bicaranya, kehalusan budi pekertinya membuat Syifa disenangi dan dikenal banyak orang, khususnya di desa kelahirannya, Sekura.Syifa memang terlahir dari keluarga terhormat di desanya, bahkan di kecamatan hingga kabupaten. Ayahnya adalah Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan Teluk Keramat sedang ibunya seorang Bidan.Sikapnya yang tidak sombong sama sekali membuat orang-orang segan terhadap mereka. Syifa adalah anak tunggal. Walaupun begitu, Ayahnya, Pak Muhammad Joyo menanamkan kesederhanaan kepada Syifa. Itu karena dahulu ia terbiasa hidup prihatin.

“Syifa… kau tahukan nak, semua yang kita punya ini adalah titipan yang nantinya akan di ambil oleh Pemiliknya? Jadikan harta ini adalah sarana untuk menapaki kehidupan di dunia yang fana. Yang terpenting ialah kita gunakan untuk bekal di akhirat kelak. Namun, kita juga harus berhati-hati dalam menggunakan harta nak.. Jangan sampai terperdaya dan tergiur oleh harta, dengan menghalalkan segala cara mendapatkannya, itu sama saja menuhankan harta!

 kita mau mandi, dari mana sabun yang kita dapat? Apakah kita pergi ke toko meminta sabun tanpa harus membayar akan di kasih? Lalu, kita mau shalat.Tempatnya harus bersih, pakai mukena, sarung, kopiah, sajadah. Dengan apa kita bisa dapatkan semua itu nak? Uang kan? Intinya…ibadah juga butuh modal..ummat islam itu sebenarnya harus kaya. Kamu mau bukti? Ayah akan ceritakan tentang para sahabat yang kaya raya namun tetap tawadhu’

Yang petama, Umar ibnul Khattab r.a. Salah satu sahabat dekat Rasulullah SAW dan khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash shiddiq r.a. Beliau termasuk dalam 10 orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW. Dijuluki sebagai Umar Al Faruq (sang pembeda) karena ketegasannya dalam menegakkan kebenaran.Seorang yang keras namun berhati selembut salju, administrator dan peletak landasan manajemen ekonomi negara yang cemerlang.Semenjak menjadi khalifah hidupnya sangat sederhana, meskipun  kaya raya. Beliau hendak memberikan teladan yang baik bagi kaum muslimin tentang  konsep jabatan, harta dan zuhud seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Kekayaan Umar, yang ternyata sebagian besar dipergunakan untuk kemajuan kaum muslimin waktu itu antaralain:Mewariskan 70.000 property (ladang pertanian) seharga Rp. 160.000.000,- (total Rp. 11,2 Trilyun), Cash Flow per bulan dari property mencapai 233 Milyar IDR.1 Dinar = Rp. 1,2 juta IDR (Indonesian Rupiah)

Yang kedua,  Utsman ibn Affan. Khalifah ketiga setelah wafatnya Ummar Al Faruq.Bangsawan dan konglomerat Makkah yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW karena perjuangan dan ketaqwaannya.Seorang pribadi shalih yang jujur, lembut dan pemalu. Jasa beliau untuk  menstandarkan teks Al Quran memberi sumbangsih besar dalam penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia. kekayaanyang beliau miliki antara lain:

Assetnya bernilai 151.000 dinar plus 1000 dirham, Mewariskan property sepanjang ‘Aris dan Khaibar, Memiliki beberapa sumur oasis senilai 200.000 dinar atau 240 Miliar IDR
Namun di akhir masa kekhalifahan dan hidupnya, harta yang dimiliki Utsman r.a hanya tersisa dua ekor unta saja.Semuanya dinafkahkan untuk kesejahteraan ummat. Bahkan beliau pun tidak mau menerima tunjangan (gaji) dari baitul maal
Yang ketiga,  Kekayaan Zubair bin Awwam r.a
                50.000 dinar atau sekitar 60 Milyar IDR
                1000 ekor kuda perang
                1000 orang budak
Ke empat adalah Amru bin Al Ash r.a
                300.000 dinar atau sekitar 360 Milyar IDR
Dan yang kelima, Abdurrahman bin Auf r.a
Sahabat yang satu ini sungguh fenomenal.Milyarder yang sangat ulung berbisnis dan dijamin masuk surga oleh baginda Rasul SAW sendiri. Termasuk generasi Assabiqunal Awwaluun (Orang-orang yang mengikuti jalan Islam di awal-awal) serta pahlawan perang  Badar dan Uhud. Teladan yang luar biasa dalam menafkahkan harta di jalan Allah ta’ala.
  Beliau pernah menginfaq-kan separuh hartanya (+/- 2,4 milyar IDR) untuk keperluan dakwah pada awperkembanga Islam. Saat itu Abdurrahman belumlah “sangat kaya”, total aset kekayaanya baru sekitar 4,8 Milyar. Sehingga Rasulullah dengan lisannya yang mulia mendoakan: “Semoga Allah melimpahkan berkat-Nya padamu, terhadap harta yang engkau berikan. Dan semoga Allah juga memberkati harta yang engkau tinggalkan untuk keluargamu.” Dan terbukti, semenjak itu Abdurrahman bin Auf semakin dan semakin kaya  Ratusan milyar hartanya di Makkah, bahkan mungkin menyentuh angka Trilyun, seluruhnya  ditinggalkan dengan rasa ringan ketika diperintahkan oleh rasulullah SAW untuk berhijrah ke Madinah (Sahih Bukhari book 34)

         Ketika Rasulullah SAW membutuhkan dana untuk membiayai perang Tabuk yang mahal karena medan yang sulit dan jarak yang jauh, ditambah madinah sedang dilanda musim kering, Milyuner mulia ini memelopori sedekah jariyah dengan menyumbangkan dua uqiyahemas (1 uqiyah = 50 dinar). Sampai Umar bin Khattab bergumam “Sepertinya Abdurrahman berdosa dengan keluarganya karena tidak meninggalkan uang belanja sedikitpun untuk keluarganya.” Mendengar ini, Rasulullah SAW bertanya pada Abdurrahman bin Auf apakah ia sudah meninggalkan nafkah untuk istrinya?.“Ya”, jawab Abdurrahman.“Mereka saya tinggali lebih banyak dan lebih baik dari yang saya sumbangkan. “Berapa?” tanya Rasulullah SAW. “Sebanyak rizki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah.”Jawabnya.  Miskinkah ia setelah itu? Demi Allah, Tidak!

        Ketika meninggal dunia pada usia 72 tahun, ia mewariskan kepada empat istri dan anak-anaknya total kurang lebih 2.560.000dinarnatau 3.072 trilyun. Amirul Mukminin saat itu ‘Ali ibn Abi Thalib, berkata kepada jenazah Abdurrahman bin Auf, ”Anda telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan Anda telah berhasil menundukkan kepalsuan dunia.”

***
Gadis manis itu menyungging senyum kepada orang-orang yang berpapasan dengannya. Ia menginjakkan kaki di tangga yang di lapis porselein putih. “Eeee Syifa, kapan datang?” sapa seorang gadis yang duduk di shaf paling belakang dekat tangga. Syifa melempar senyum dan meraih tangan kanan kakak kelasnya waktu SMP dulu sembari mencium pipi kanan dan kirinya “Apa kabar kak? Udah lama kok kak..”
“Baik fa, kamu gimana? Kuliah dimana fa?”
“Syukurlah, alhamdulillah baik..Syifa kuliah di STAIN kak. Fa kedalam dulu ya kak”

Pembicaraan singkat itu berakhir.Syifa mengambil posisi di shaf dalam bersama para orang tua. umumnya yang mau berada di dalam hanyalah para orang tua. Anak-anak dan remaja lebih memilih di shafluar. Maklumlah malam pertama tarawih mesjid penuh sesak. Syifa tersenyum dan menyalami ibu-ibu yang di sebelahnya. Ia berdiri menunaikan shalat sunnah sebelum isya. Ketika sang imam melantunkan takbiratul ihram di ikuti semua jama’ah hati Syifa bergetar. Hatinya basah merasakan kebesaran dan nikmat Sang Pencipta yang begitu besar terhadap dirinya. Lantunan ayat suci imam yang merdu terdengar dari pengeras suara semakin membuatnya ingin menangis sejadi-jadinya. Mengingat masa sulit dalam kehidupannya telah iya lalui.

Sejak SD Syifa meminta kepada orang tuanya untuk di masukkan ke pesantren. Namun ayahnya tidak setuju dengan keinginannya. Ditambah lagi ibunya yang suka bercerita kepada ayahnya bahwa anak teman sekantornya yang juga mengenyam pendidikan di pondok pesantren tidak betah. Banyak aturan. Hukuman pihak pesantren dianggap terlalu berat. Namun Syifa bersikeras untuk dipindahkan ke pondok. Ayahnya hanya berkata “ Kamu itu sudah bagus nak.. yang penting sholat, puasa, ngaji, dengan orang baik-baik sama orang tua juga demikian. Insya Allah selamat dunia akhirat.”Syifa tak bisa berbuat apa-apa lagi, ia hanya bisa menuruti perkataan orang tuanya. 

Tentu saja perasaan bercokol menyeruak dalam hati. Dia pernah mendapat pertanyaan kala ia masih duduk di bangku SMP. “Nanti Syifa mau kuliah dimana?”. “Mau kuliah di STAIN.” Jawabnya mantap. Hingga dia tamat SD, dan ingin melanjutkan SMP di pesantren. Ayahnya juga masih belum mengizinkan. Selain faktor luar Pak Joyo juga mempunyai alasan untuk tidak melepas anaknya. Syifa adalah anak satu-satunya. Pak Joyo tidak sanggup sebelum ia merasa Syifa sudah pantas untuk di lepas. Pak Joyo merasa masih mampu menggembleng dan mendidik anak semata wayangnya. Ditambah lagi keadaan fisik Syifa yang tida begitu kuat. Sejak kecil Syifa terkenapenyakit tipes. Saat awal remaja ia sering kurang darah, sehingga tak jarang membuatnya pingsan. 

Ibunya menjemput ke sekolah jika serangan itu datang saat di sekolah. Penyakit tipesnya sering kali kambuh. Syifa anak yang tidak bisa diam. Hiperaktif. Dirumahnya tidak ada pembantu. Dialah yang mengerjakan pekerjaan rumah di samping belajar dengan giat.Ia sangat marah jika ayahnya meminta mendatangkan seorang pembantu. “Ayah… izinkan Syifa untuk mengerjakan semuanya.Biar Syifa terlatih dan tidak menjadi anak pemalas. ”Mendengar pernyataan anaknya itu ayahnya hanya bisa tersenyum bangga.Syifa mengenyam pendidikan TK selama dua tahun, SD dan SMP di selesaikannya dengan baik dan sangat memuaskan di tanah kelahirannya, Sekura. Ia selalu menjadi buah bibir karena prestasinya yang cemerlang.

                Dalam kondisi sakit-sakitan Syifa tidak pernah mengeluh, ia masih saja bertahan menjadi juara umum. Ketika ia menginjak SMP sungguh perasaan rindunya dengan suasana pondok pesantren sangat menggebu-gebu. Tiga bulan sekolah di SMP Negeri 1 Telukkeramat telah banyak menguras air matanya. Lalu dalam dirinya berkata” Aku tidak boleh begini terus-terusan. Biarlah aku berjuang mati-matian dulu menyelesaikan SMP. Setamatnya dari sini aku harus mondok.”Tekatnya. Tiga tahun berlalu ia tetap menjadi juara umum.

                “Ayah…kali ini izinkan Syifa untuk mondok ya..Syifa mau ke gontor ayah.”
“Baiklah nak jika memang itu yang kamu inginkan, kamu cari informasinya ya.”
 “Benarkah? Alhamdulillah..terimaksih ayah, terimakasih banyak.” Matanya berkaca-kaca seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Setelah ia dapatkan informasi dan sempat menelpon salah satu mahasiswi yang masih mengabdi di gontor. Syifa menyampaikan kepada ayahnya. Namun ayahnya keberatan dengan salah satu pernyataan bahwasanya anak SMP bisa masuk ke pesantren terkenal itu, hanya saja untuk mendapat gelar sarjana paling tidak memakan waktu sembilan tahun.Karena harus mengulang tiga tahun disana untuk penyesuaian.

 Kata ayahnya bijaksana, “Anakku, cobalah kamu pikirkan kembali ya nak ya. Mungkin saat ini..kamu merasa sanggup karena semangatmu yang masih membara. Kita belum tahu nantinya beban psikologis yang akan kau tanggung. Belum lagi melihat teman-teman seangkatanmu sudah bekerja sementara kamu masih saja duduk dibangku kuliah.” Syifa tertunduk lesu. Air matanya jatuh membasahi ibu jari kakinya. Orangtuanya lebih menginginkan Syifa masuk kuliah jurusan kesehatan, minimal Bidan. Hatinya tak tergerak untuk itu.Ia masih teguh dengan keinginannya menimba ilmu agama.

Mau tak mau ia melanjutkan pendidikannya di SMA negeri di Teluk Keramat. Dalam masa itu, ayahnya sering sakit-sakitan. Melihat kondisi ayahnya,Syifamerasa iba. Ia ingin mewujudkan keinginan ayahnya. Sering kali di tengah malam ia terbangun dan melaksanakan sholat tahajud. Ia memohon kepada Allah swt supaya di bukakan hatinya untuk menjadi seorang dokter sesuai dengan keinginan ayahnya. “Ya Allah..jika memang hamba Engkau takdirkan untuk menjadi seorang dokter yang bisa menjadi perantara untuk menyembuhkan penyakit ayah.. maka bukakanlah jalannya untuk hamba ya Rabb.” Ia menangis, mengadu dan memohon kepada Rabbnya yang selalu menjadi tempat curhatnya. 

Wajah ayahnya berkelebat di pelupuk mata. Sudah 4 tahun ayahnya menderita kencing manis dan darah tinggi.
“Ayah, Syifa sudah pikirkan semuanya dan akan mencoba dengan sungguh-sungguh untuk menjadi seorang dokter.”
“Baiklah nak, ayah akan usahakan uangnya untukmu.”
“Tapi ayah juga harus ingat dengan pesan Syifa setahun lalu, jika Syifa harus kuliah/bekerja dengan cara yang tidak halal yaitu sogok menyogok. Lebih baik Syifa ga usah jadi apa-apa ayah.”
“Iya nak akan ayah ingat. Ayah sudah siapkan semuanya untukmu nak. Jika kau siap.Besok juga kamu sudah bisa berangkat ke tempat Pamanmu di Jakarta.”

“Iya ayah, insyaAllah Syifa siap.” Sebenarnya Syifa juga sama seperti Annisa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan beasiswa dari daerah.  Karena waktu tes kedokteran atas rekomendasi kepala sekolahnya.namun ia tidak bersungguh-sunggguh bahkan sengaja berniat tidak lulus di kedokteran. Sedang temannya Annisa sudah resmi menjadi mahasiswi kedokteran.Dia baru memulai pertempuran di medan perang.

Ternyata Allah tidak menakdirkan dia menjadi seorang dokter. Saat tes di Universitas Swasta terkemuka di Jakarta ia tidak lolos. Saat itu ia menderita anemiayang mengakibatkan dirinya di bawa ke Rumah Sakit untuk dirawat beberapa jam karena pingsan sewaktu mengerjakan soal. Ia mencoba lagi tes ke Yogyakarta. Persaingan sangat ketat di Universitas Islam Indonesia membuatnya tidak lolos seleksi sekalipun sudah mengikuti gelombang pertama dan kedua. Mendengar perjuangan dan usaha anaknya pak Joyo merasa butuh orang untuk menjebolkannya ke Universitas Muhammadyah Yogyakarta. Beliau meminta salah satu teman dekatnya untuk mengurus anaknya. Hanya saja temannya itu menggunakan cara yang annisa dan ayahnya tidak inginkan. 

Hingga akhirnya Syifa dikarantina sedang ia sendiri tidak tahu apa tujuan dikarantinanya. Pihak penyelenggara karantina/oknum yang mengurus sekian banyak anak-anak orang kaya untuk masuk kuliah dengan cara yang tidak wajar. Setelah Syifa tahu bahwa saat ia di karantina malah di berikan handphone kepada semua peserta karantina. Di ajarkan trik menjawab soal melalui bocoran.Sungguh Syifa menangis sejadi-jadinya ketika qiyamulail. “Kenapa ayah menggunakan cara seperti ini…ya Allah ampunilah hamba juga ayah hamba..kenapa ayah lupa dengan pesan Syifa. Kalau seperti ini caranya aku tidak akan mengerjakan soal itu dengan sungguh-sungguh.

Sekarang Syifa mengetahui sebagian yang lulus di kedokteran menggunakan cara seperti itu. Dan tidak mau mencoba lagi. Meskipun ia tidak memarahi ayahnya demi menjaga perasaan orang tua juga tidak mau menjadi anak durhaka. Syifa menyimpan rapi-rapi perasaannya dan mengikuti semua arahan ayahnya.Alhasil setelah banyak uang yang telah di keluarkan,

Syifa tidak kunjung lolos di kedokteran.
 Setelah syifa cek kebenarannya, ternyata ayahnya tidak tahu menau masalah karantina itu caranya bagaimana. Ayahnya hanya mengirim sejumlah uang untuk uang makan dan kehidupan nisa di sana. Ayahnya juga berfikiran sama dengan Syifa mengira karantina itu di ajarkan memecahkan soal-soal dengan belajar bersama. Syifa beristghfar karena telah berburuk sangka terhadap ayahnya.
“Anakku..kamu pulang saja ya, ayah izinkan kamu masuk di STAIN yang sesuai dengan keinginanmu.” Suara laki-laki 41 tahun itu melalui telepon genggam.Ada perasaan yang sangat halus menyelusup kedalam hatinya, keinginannya terkabulkan.Membangunkan harapan terbesarnya menimba ilmu agama. “Alhamdulillah, terimakasih banyak ayah..”sahutnya penuh rasa syukur.

Ketika Syifa dinyatakan lulus, ia begitu bahagia. Empat bulan ia berada di STAIN. Sungguh semua yang iaimpikan selama ini ada di depan mata. Ya, Teman-teman yang akrab, terlebih ketika ia bergabung di Lembaga Dakwah Kampus Matimsya.


Suatu malam ia menuliskan bagian dari perjalanan panjangnya hingga sampai ke STAIN, tinta yang menjelma menjadi rangkaian kata indah di sebuah buku pribadinya.
                                                                                  ***

Tanggal 24 juni tepatnya hari Jum’at, Pesawatku mendarat di Bandara Supadio Pontianak. Bersamaan dengan itu pula Ibuku datang ke Bandara untuk menjemputku.  Aku turun dari pesawat sambil mengatakan
“Pontianak...I’m coming again!”
Kuhampiri Ibuku yang baru saja masuk ke tempat pengambilan barang sembari memeluk erat tubuhnya dan menciumi  tangannya. Tidak terasa sang waktu begitu cepat berlalu, 3 minggu silam aku masih menikmati sejuknya  udara Kota Pelajar (Yogyakarta).

                Semenjak Pengumuman Kelulusan 16 mei  aku di nyatakan LULUS, pada tanggal 17 mei aku telah meninggalkan rumah dan keluargaku tercinta demi menyonsong masa depan yang diridhoi oleh Allah swt.Itu adalah pengalaman pertamaku meninggalkan rumah, karena sedari kecil aku selalu bersama orang tuaku, aku adalah santriwati yang tidak kesampaian.Karena  setamatnya aku dari bangku SMP aku ingin sekali mondok di Pesantren.  Namun kedua orang tuaku belum mengizinkanku untuk berpisah dengan mereka.

Kepulanganku dari Yogyakarta memang tidak langsung kembali ke rumah Orangtuaku, karena aku bertekad “Setelah ku dapatkan gelar Mahasiswi aku baru akan pulang”, itulah tekadku.Sehari sebelum aku pulang ke Pontianak aku terlebih dahulu menghubungi temanku yang ada di Pontianak yang tempo hari ku ajak berkenalan sebelum aku berangkat ke Yogyakarta.
Keesokan harinya, Aku menelpon mba Muyas untuk memesan kamr.

“ Hallo, Assalamu’alaikum mba.”
“ Iya, waalaikumsalam fa. Ada apa ya?”
“ Begini mba, Syifa mau pulang ke Pontianak. Di kosan mba ada kamar kosong nggak? Kalau ada tolong pesankan untuk ifa ya Mba..”
“Oh, iya ada, nanti mba bilang sama pemilik kos nya.”
“ Ok, makasih ya mba.”

Aku memang gadis yang mudah bergaul dan mudah dekat dengan orang baru di sekitarku, maka dari itu aku juga cepat akrab dengan teman baruku itu, namanya Siti Muyassarah. Dia berasal dari Natuna, Kepulauan Riau. Dia kuliah di FKIP UNTAN Pontianak.Aku menyebutnya mba Muyas. Sehari setelah kami berkenalan di Mega Mall aku pun langsung memintanya mengajariku matematika untuk persiapan tes. Aku menginap di kosnya. Dari situlah aku merasa nyaman di kosnya. Aku berangan-angan bisa tinggal di kos itu juga karena persediaan air yang cukup dan lingkungannya pun aman.
Aku berjalan menyusuri setiap sudut kos yang sederhana itu sembari berkata,“Mba, kalo nanti Syifa kuliah di Pontianak fa mau tinggal disini sama mba”, Sambil menatap kearahnya. “Iya…”Mba Muyas tersenyum kearah ku.
_ _ _ _
Cuaca begitu cerah menyambut kedatanganku, ibu mencium pipiku sambil menanyakan kabar ku.
“ Kamu sehat nak?” sambil menatapku penuh kasih.
“ Alhamdulillah sehat mak…” aku tersenyum kearah ibu.

Kami pun bergegas keluar mencari taksiuntuk membawa barang-barangku.Ibu membawakan motor untukku dari Rumah, supaya nanti aku di Pontianak punya kendaraan sendiri. Orangtuaku mengizinkan dan mendukung tekadku untuk tidak segera pulang ke rumah.  Ibuku membawakan barang-barangku dengan taksi, sedangkan aku mengendarai sepeda motor sendiri sebagai penunjuk arah menuju kos tempatku. Dan hari itu pula aku sah menjadi anak kos-kosan.  Aku sengaja tidak memberitahukan kepada mba Muyas bahwa aku akan dating. Kuketuk pintu kamarnya sembari mengucapkan salam.

Tok…tok..tok..” Assalamu’alaikum,mba…”
Mba Muyas dan temannya keluar dari kamar dengan memasang wajah kaget. Aku langsung mencium tangannya dan memeluknya. “eh, Syifa datang kok gak ngasi kabar sih..?” tanyanya.
“Mana kamar Syifa mba?” tanya ku sigap.
“Ini kamarnya fa…”sambil mengantar ke kamarku.
Aku pun langsung bergegas mempersilahkan Ibu untuk beristirahat.Pasalnya semalam sebelum ibu berangkat ke Pontianak, ibu merujuk pasien yang melahirkan ke Pemangkat dan tidak tidur semalaman.Ibu pun beristirahat sejenak dan aku sedang asyik merebahkan diri di istana kecilku.Aku tidak memperdulikan rasa lelahku.Ibu tidak lama menemaniku. Setelah shalat isya ibu pun pulang ke Sekura menggunakan taksi.

Rencanaku selanjutnya adalah mendaftar di STAIN Pontianak, aku mendaftar di Jurusan dakwah.Sengaja aku memilih Dakwah untuk melanjutkan perjuangan Baginda Rasulullah SAW.Untuk pertama kalinya juga aku menyambut datangnya bulan suci Ramadhan tidak dengan keluargaku. Tanggal 8 agustus, aku mendaftar ulang dan pulang ke Sekura dengan sepeda motor sendirian. Ini pertama kalinya aku melakukan perjalanan jauh yang normalnya dari Pontianak Sekura memakan waktu 6 jam namun waktu itu aku bisa menumpuhnya dalam waktu 5 jam saja. Sebelum aku pulang, aku menanyakan rute perjalanan kepada teman satu kosku.  Dan Alhamdulillah aku datang dengan selamat ke rumah dan berhasil memberikan surprise kepada kedua orang tuaku. Pasalnya aku tidak memberitahukan keputusanku untuk pulang dan menggunakan motor sendirian.

Pikirku kalau aku bilang mau pulang pastinya mereka akan sibuk dan khawatir sekali kepadaku.  Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa mandiri dan menjadi sosok yang kuat seperti halnya kedua orangtuaku.Ini pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan. Kurang lebih 3 bulan aku baru pulang kerumah.Itu pun hanya 7 hari di rumah karena tanggal 15 Agustus sudah harus ada di kampus untuk mengikuti ospek, dan aku pulang ke Pontianak dengan sepeda motor sendiri lagi.Sampai sekarang aku sudah 4 kali pulang pergi dengan sepeda motor dari Pontianak – Sekura maupun sebaliknya.Tempo hari orangtuaku menelpon untuk memintaku jika pulang lagi nanti menggunakan taksi saja, mereka menghawatirkanku di tengah perjalanan jauh itu. Dan aku akan memenuhi permintaan mereka.

Aku siap mengemban amanah orangtuaku dan mengejar target dalam hidupku. Kesungguhan, kerja keras, keyakinan dan tekad insyaAllah akan membuatku menjadi oaring yang berhasil. Amiin “Seberapapun indahnya rencana kita, jauh lebih indah rencana Allah untuk kita.”...
Setelah menulis, ia buka lembaran sebelumnya pada buku hariannya itu ia baca kembali cerita yang di tulisnya itu.
                                                                                  ***

Senin pagi, semua berkumpul di aula STAIN, mahasiswa yang berjumlah empat ratus lebih memenuhi ruangan aula tersebut. Kakak-kakak panitia Ospek (Opak) sudah berjejer rapi di depan kami semua, satu persatu dari mereka memperkenalkan diri. Suara bang Ian, bang Rahmat dan bang Hanafi memenuhi ruangan aula dengan pengeras suara yang masing-masing ada di tangan mereka. Kami pun di minta mencatat keperluan untuk mengikuti kegiatan esok hari. Hum, belum juga di mulai Opaknya tapi kami sudah merasa di kerjain oleh panitia. Kami di bagi menjadi 21 kelompok. Aku masuk kelompok 14 dengan mentornya bang Ya’kub. Aku dan teman kelompokku banyak di ajak bang Ya’kub sharing. Technical meeting itu berlangsung sampai jam 14.00 wib.

                  Terik matahari tak membuat luntur semangatku, ditambah lagi dengan puasa semakin membuat api dalam dadaku berkobar-kobar. Sepulang dari Kampus aku memutuskan untuk membeli persiapan yang belum aku punya. Setelah apa yang aku pelukan dapat, aku pun langsung pulang ke kos. Aku berbaring sejenak melepas lelahku.Hatiku basah mengenang semua nikmat dan kasih sayang Illah yang begitu besar padaku.Tekadku semakin bulat untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang telah Allah berikan kepadaku. Anggap saja aku adalah santri di STAIN ini, merealisasikan apa yang selama ini aku inginkan “Mondok”.

                  “Allahuakbar Allahuakbar” suara azan berkumandang, aku melafaskan hamdalah lalu berdoa sejenak sebelum berbuka. Bukankah doa saat berbuka puasa sangan makbul, aku tidak ingin melewati kesempatan itu untuk mendoakan kedua orang tua, adik-adikku dan juga diriku sendiri. Aku minum seteguk air yang kusediakan.Hatiku basah.Tak tau, tiba-tiba ada yang menyeruak dalam hatiku.Airmataku mengalir dengan derasnya, teringat wajah ayah, ibu. Namun aku segera beranjak shalat magrib sehingga aku bisa lebih tenang jika sudah bersimpu di hadapan Penggenggam Hatiku Allah Azza Wa Jalla.

                  Aku terjaga dari tidurku yang lelap. Kulihat jam di Hand Phoneku menunjukan pukul  03.00 wib, aku langsung bangkit dari tempat tidurku dan berwudhu menunaikan qiyamulail. Di keheningan malam, dalam sujud panjangku. Aku memohon kepada Illahi Rabbi supaya dijaga dan dipelihara selalu. Aku sadar disini aku sebatang kara, merantau. Berjuang mencari ilmu Allah. Teman-teman kos dan teman-teman baruku lah yang menjadi keluargaku disini. Setelah puas bersua, aku langsung menuju dapur memasak sayuran yang kemarin sore aku beli.Aku sahur bersama teman-teman kosku.Rasanya khidmat sekali, rasa kekeluargaan diantara kami terasa sangat indah.

                  Setelah shalat subuh, aku langsung bersiap ke kampus. Kami di minta paling lambat pukul 05.00 pagi sudah harus kumpul di depan gerbang STAIN. Sepeda motorku dengan kecepatan tertinggi membelah jalan A.yani.Jalanan masih sangat sepi jadi bisa ngebut. Sesampainya di tikungan jalan tepatnya jl. Suprapto aku  diberhentikan oleh panitia, tampak olehku teman-teman yang lain juga banyak yang terburu-buru. Cara maiannya adalah bagi yang membawa sepeda motor di Jl. Suprapto harus diseret motornya sampai ke tempat parkir STAIN. Yang jalan kaki langsung menuju kumpulan teman-teman, berbaris di depan gerbang. Dengan semangat aku setengah berlari menyeret motorku. Hum, belum lagi jika melewati barisan anak laki-lakinya di sorakin sama mereka. Dengan seragam putih hitam, kaos dan sepatu hitam, papan nama dikalungkan dan tas ransel hitam. Namun, tidak sama sekali membuatku malu aku tetap konsentrasi memapah motor kesayanganku itu. Kuparkirkan ia dank u tinggalkan berkumpul bersama teman-teman baruku. Menunggu perintah masuk dari abang-abang panitia  kami bernyanyi bersama dipandu bang Munawir, terlihat dari kejauhan teman yang lain masih ada yang menyeret motor. Ada yang berlari.Setengah dibentak oleh panitia teman yang terlambat membentuk barisan baru.
                  Untuk masuk gerbang juga ada syaratnya lho.Harus hafal password yang diberikan sewaktu technical meeting.Jadi setiap subuh selama 4 hari seperti itulah kegiatan kami.Menyeret motor, bisa saja diantar.Namun aku tidak mau merepotkan teman kosku yang mereka juga punya kesibukan.Jika harus diantar jemput setiap harinya selama ospek rasanya gak enak.Jadi kuputuskan untuk pergi sendiri dengan resiko yah itu tadi menyeret motor.

                  Berbagai aktifitas yang kami lakukan atas perintah panitia, hari pertama aku dan teman-teman di minta berbaris di lapangan upacara. Aku mencari kelompok 14 dengan nama Opu Daeng Man Ambun. Masing-masing berbaris menurut kelompoknya.Dan menampilkan yelyel.Hari sudah mulai terang.Panitia sudah berdatangan semua.Satu persatu panitia melihat perlengkapan kami.Ada yang dipatahkan papan namanya karena tidak memenuhi syarat.Ada juga yang dihukum karena datang terlambat.Seharian penuh kami banyak dilapangan hari pertama itu.Latihan upacara 17 Agustus. Setiap harinya kami pulang jam 17.00 wib. Ia tersenyum sembari menutup bukunya dan bersiap-siap untuk tidur.
_ _ _ _

Semester pertama dilewatinya dengan baik. Organisasi juga dijalaninya baik, bahkan tidak sama sekali mengganggu kuliahnya. Banyak hal yang ia dapatkan. Baginya jika kuliah hanya mengharapkan duduk manis dan mengisi kartu hadir tidak akan bisa menambah skill seorang mahasiswa jika tidak dibarengi dengan kegigihan dan tekad yang bulat. Buktinya Syifa mampu mendapatkan IP dengan nilai sempurna.Empat.

Siang itu cuaca panas.Syifamenunggu hasil USG yang dilakukannya dua hari sebelumnya, di Rumah Sakit Sudarso Pontianak. “Ananda Syifa”, seorang perawat wanita memanggil namanya. “Iya saya bu.”Jawab Syifa yang menghampiri lalu duduk tepat di hadapan si perawat sembari melempar senyum.Wanita yang ada di hadapan Syifa itu seolah menyambar dan melunturkan senyum manis di wajahnya. “Kamu ini kena kista 6 cm, orang tuamu mana?Kalau mau operasi harus ada persetujuan dari pihak orangtuamu ini.”Dengan nada agak kasar, mungkin karena perawat itu kecapean.Mendengar itu wajah Syifa berubah drastis.Syifa tak bisa menyembunyikan rasa takut, khawatir ,cemas, dan kaget, semua menjadi satu. Syifa mencoba bersikap tenang dan menjawab pertanyaan perawat itu. “Orang tua saya di sambas bu. Kalau boleh tanya, kista itu seperti apa ya bu? Berbahaya kah?”Ibu itu melihat wajah Syifa yang raut wajahnya menjadi sedih. “Ya sudah kamu tenang aja dulu ya...nanti langsung tanya sama dokter saja…” kata perawat tadi. Ia yang tadinya kasar berubah menjadi lembut melihat reaksi Syifa.

Syifa duduk kembali sambil menenangkan diri.Tangan kanannya memegang kertas bacaan.Saat itu juga sebenarnya dia harus mengisi taujih mentoring. Sebelumnya ia sudah berpesan kepada kakak mentornya untuk mengganti dengan teman yang lain. Khawatir tidak terkejar waktu. Dan terbukti tidak sempat sama sekali. Sore harinya dia juga harus ikut DM (Daurah Marhalah) karena dia ingin bergabung menjadi anggota KAMMI(Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam Indonesia).Air matanya terus mengalir, seolah tak bisa di stop.Ia sudah berusaha semampunya untuk tidak mengeluarkan air mata. Tetap saja tidak bisa.

“Ananda Syifa”, namanya dipanggil lagi, masuk ke ruang dokter spesialis kandungan. Matanya sembab.Diruangan itu ada dua orang dokter muda yang tengah praktek menjadi asisten dokter spesialis kandungan.“Kamu terkena kista berukuran 6 cm.” mendengar pernyataan itu hatinya bagai tersambar petir.Mulutnya terkunci.Matanya terpaku ke bawah menatap lantai.Setelahdokter mengatakan kalimat yang sama sebanyak tiga kali barulah Syifa sanggup mengangkat wajahnya. “Iya dok” suaranya parau.“Orangtuamu mana? Kamu kesini sama siapa?”
“Orangtua saya di sambas dok, saya kesini sendiri”
“Yasudah, kamu saya kasih resep untuk 3 bulan ini. Setelah itu kamu check up lagi kesini.”
“Iya dok”, sahut Syifa.
Syifa menginginkan kalimat yang menenangkan, paling tidak bisa membuat ia merasa tenang. Namun dokter sudah mempersilahkannya untuk keluar.
***

                      Syifa sungguh tak menyangka bahwa ia terkena kista. Segera ia kabarkan kepada kedua orangtuanya. Alhamdulillah seminggu kemudian ibunya datang menemani Syifa pergi kedokter kandungan di tempat praktek langsung. Dari tiga dokter yang sudah di datangi semuanya sama menyarankan untuk menikah atau operasi. Ayahnya meminta Syifa pulang untuk memusyawarahkan keputusan apa yang akan di ambil. Sebelum pulang Syifa masih ke kampus.Dia memang sakit tapi semangatnya tetap full untuk mencari ilmu. Saat itu sedang ada seleksi duta mahasiswa GenRe (Generasi Berencana). Teman-teman sekelasnya meminta Syifa mewakili kelas Bimbingan Konseling Islam. NamunSyifa tidak terpilih hari itu. 

Syifa pulang bersama ibunya di dalam taksi ibunya membuka pembicaraan, “Mak bangga padamu nak, kau mampu setegar ini menghadapi semuanya.Sejak awal dulu kau memutuskan untuk berjilbab. Ini bukanlah hal yang mudah hingga saat ini kau masih mempertahankan jilbabmu dan membuktikan kepada ayah bahwa kau adalah sosok wanita yang tegar.” Syifa hanya diam, memutar film hitam putih dalam ingatannya.Menyisipkan sebaris senyum kehadapan wajah ibu yang begitu tulus mendampinginya.Bu Ratna melanjutkan pembicaraannya sembari mengelus punggung Syifa.“Mak ingat sekali kala itu kau nekat untuk berjilbab sedang ayahmu belum mengizinkan bahkan meragukanmu.Memang sejak gadis Mak menginginkan anak Mak menjadi wanita yang shalehah, menggunakan jilbab panjang.

Mulai dari berpergian kemana-mana, di susul pergi les kau menggunakan jilbabmu. Tidak perduli orang mau berkata apa, Mak sungguh bangga padamu yang tetap teguh dengan keinginanmu. Hingga pada akhirnya Mak menemukan dan tidak sengaja membaca buku harianmu nak.”Tukas ibunya.Syifa terhenyak mendengar pernyataan ibunya. Keningnya mengerut melihat ibunya mencari buku harian miliknya di dalam tas. Ia tak menyangka ibunya yang menyimpan buku yang selama ini ia cari-cari. Bukunya memang bukan seperti layaknya diary tetapi buku tulis biasa.“Ini bukumu nak, maafkan ibu tidak memberitahumu bahwa ibu menyimpan buku itu selama ini.”

“Alhamdulillah ternyata masih ada buku Syifa mak. Fa seringkali mencar-cari buku ini namun tak kunjung ketemu.” Matanya berbinar dengan bismillah ia membuka lembaran-lembaran buku yang tampak kusan itu namun masih tetap rapi.Ia buka lembaran pertama bukunya, hslsmsn depan terdapat biodata pribadinya, halaman berikutnya tertera. Cerpen 1 di pojok kanan tulisan. Judulnya Biarlah Rasa Sakit Itu Menjadi Penawar Dosaku. Secarik kertas bab itu bertuliskan sebagai berikut.

 “Selama mengenyam pendidikan di SD penyakitku itu tidak terlalu sering kambuh, hanya saja sewaktu duduk di bangku SMP penyakit typusku sering sekali kambuh. Setiap menjelang ulangan semester pasti aku jatuh sakit mungkin karena tenagaku terlalu diporsir. Lucunya meskipun aku sedang tebaring sakit tapi aku tetap saja ingin belajar.Karena aku sadar dengan sakitnya aku pastilah aku banyak sekali ketinggalan mata pelajaran, ditambah lagi aku bukanlah orang yang pintar. Aku bisa karena aku mau belajar dan rajin mengulang pelajaran. Jadi, selama aku sakit bukuku pun pasti ikut denganku. Terkadang kuminta ibuku untuk mengambil buku-bukuku dan mendekatkannya padaku sehingga aku dikelilingi oleh buku-bukuku. Jika merasa aku sanggup untuk membaca aku akan lakukan itu, kubaca dan kupahami materi meskipun hanya sedikit-sedikit. Dan Allah Maha Tahu, tidak pernah tidur. Aku masih bisa mempertahankan juara pertama saat pembagian rapor. Di tambah lagi sakit bulananku yang selalu merajalela yaitu dismenore/senggugut/nyeri haid. Jika haid tiba aku pasti pulang dan dijemput dari sekolahku. Guru-guruku sudah hapal dengan penyakitku sehingga mereka bisa memaklumi keadaanku. Saat itulah aku merasa bahagia, memiliki teman yang baik serta ringan tangan. Teman-temankulah yang selalu bersedia mengantarku pulang kerumah. Berduyun-duyun mereka membawaku pulang dengan sepeda motor. Masih ingatkah mereka, saat merekamenghimpitku di depan dan belakang dalam satu motor agar aku tidak jatuh, dan beberapa teman yang lain membawa motorku? Aku merindukan mereka semua.

Maag kronis yang juga melanda diriku sehingga membuatku tidak boleh makan sembarangan kala itu. Tiada hari tanpa sakit kepala! Itu aku rasakan sejak masuk SMP. Dan tiada hari tanpa minum obat…! Tapi sekarang aku tidak terlalu memusingkan rasa sakitku itu.Aku mencoba menerapkan ilmu yang diajarkan oleh guru bimbelku yang bernama Reza Akbar.Belaiau  memberitahuku tentang buku The Secret yang mengisahkan beberapa orang yang sudah divonis akan meninggal dunia. Namun, orang tersebut selalu berpositif thinking dan dia bergaya hidup layaknya orang yang sehat.Dan hasil akhir menyatakan orang tersebut bersih dari kanker yang mematikan itu.Jadi, maksudnya agar aku selalu berpikiran positif dan beranggapan aku tidak sakit dan berprilaku seperti orang sehat pada umumnya.Alhamdulillah aku berhasil menerapkannya.”
Syifa terbiasa menuangkan tulisannya dalam bentuk cerita pendek, maka dari itu setiap halaman baru dari ceritanya ia cantumkan cerpen ke sekian. Ia buka lagi lembar demi lembar buku yang menjadi teman curhatnya itu.
Masa Remaja
Suaranya memecah keheningan, “Besok saya sudah ditugaskan di Polda Pontianak.”Jelasnya kepada seisi rumah.Ya, sepupuku yang sejak 3 tahun tinggal bersama kami demi mencapai impiannya untuk melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Telukkeramat, maka selama menjalani pendidikan dia belajar dengan tekun sehingga dia selalu menjadi juara. Dan sekarang ia sudah menjadi seorang polisi. Dia sangat rajin dan sosok yang pendiam.Dia lah yang membantu ibuku mengurus dan membersihkan rumah.Malam itu aku memutar otakku, saat itu aku masih duduk di kelas 7 SMP.Selama ini yang banyak membantu ibuku adalah sepupuku itu.Aku berpikir jika dia tidak di rumah lagi siapa yang bantu-bantu ibu dan beres-beres rumah? Aku sadar bahwa aku sudah bisa bekerja bantu ibu mengurus rumah jika aku mau! Mulai saat itu aku membulatkan tekadku untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua.Bukannya selama ini aku tidak berbakti namun sifat pemalas dan kekanak-kanakanku yang membuat aku merasa belum berbakti.

Kutuliskan target dan misi-misiku di sebuah buku. Kutuliskan agendaku dari bangun tidur hingga tidur lagi.Sejak saat itu akulah yang menghandle rumah, mulai dari kebersihan dan kebutuhan di rumahku.Aku sudah berunding dengan kedua orang tuaku supaya mereka tidak mengambil orang yang bantu-bantu di rumah.Aku menyatakan mampu mengerjakan perkerjaan rumah sendiri.Kubagi waktu bekerja dan belajar.Setiap waktu luangku ku gunakan untuk belajar.Mengingat ukuran rumahku yang lumayan panjang dan bertingkat aku harus bekerja   extra cepat supaya waktuku bisa efisien dan hasilnya maksimal. Rumahku yang berukuran panjang 32meter dengan lebar 8meter ditambah lagi tingkat atas yang berukuran 8x8 meter, rumah yang terdiri dari 6 kamar dan 1 kamar mandi serta 2 toilet itu membutuhkan waktu untuk membersihkan dan merapikan setiap harinya. Aku mengatur waktuku sedemikian rupa, aku bangun pagi-pagi sekali. Setelah sholat subuh, kumulai aktivitasku dengan mengeluarkan motor ke halaman depan rumah. Aku menyapu mulai dari ruang tamu yang berukuran 6x8 m yang di samping kanan terdapat kursi dan di pojok kanan kirinya terdapat aquarium yang berisikan ikan-ikan hias.Tak lupa kusapa ikan-ikanku dan memberinya makan, mereka menyambutku dengan hangat.Lalu aku melanjutkan merapikan kamar kerja Ayahku lanjut keruang tunggu pasien.Kuteruskan menyapu halaman rumah,sambil merapikan pekarangan rumahku. Kutatap langit yang masih gelap itu, terkadang tampak olehku sang bulan yang tersenyum padaku.

Aku segera beranjak merapikan ruang keluarga sekaligus menyapunya sampai ke dapur rumah.Setelah semua rapi dan bersih aku mebersihkan kamar mandi dan toilet.Barulah aku mengambil pengepel lantai dan kubasuh pengepel itu dengan pengharum lantai kusulap lantai rumahku menjadi kinclong dan harum.

                Aku menghabiskan waktu setengah jam untuk melakukan pekerjaan rutin itu, untuk lantai atas rumahku aku hanya membersihkannya seminggu sekali pasalnya dilantai atas tidak terlalu mudah kotor. Aku segera berangkat belanja kepasar pagi.Nah, barulah aku membantu ibuku masak di dapur.Setelah masak ku ajak kedua adikku untuk sarapan pagi, barulah aku mandi dan bersiap-siap pergi ke sekolah.Aku biasa jalan kaki jika aku ingin.Tapi pada umumnya aku kesekolah dengan sepeda miniku yang berwarna biru. Pulang sekolah kutemui keadaan rumah sudah berantakan lagi, maklumlah adik-adikku masih dalam usia bermain dan belum mengerti. Jadi bisanya cuma bikin sampah karena keaktifan dan kekreatifan mereka. Hmmm,aku hanya tersenyum melihat keadaan rumah yang seperti kapal pecah itu. Terkadang aku juga marah-marah kepada kedua orang adikku.Kalau sudah begitu aku tidak lagi memikirkan rasa laparku.aku terbiasa makan pagi dan bekal nasi sehingga aku tidak perlu banyak jajan. Dengan sigap kulepas tas dan mengganti seragam sekolahku dengan cepat kubereskan rumahku hingga rapi kembali. Barulah aku makan siang, setelahnya aku istirahat sambil membaca buku.Ya, hobiku adalah membaca terutama buku pelajaran.Aku mengulang kembali pelajaran yang tadi pagiku pelajari di sekolah. Ayahku berhasil menanamkan pesannya padaku “Cintailah rumahmu,  jadikan ia harta berharga dan jangan biarkan ia dalam keadaan kotor apalagi berantakan, usahakan selalu bersih dan rapi. Sehingga ketika kalian keluar meninggalkannya kelak kalian akan merindukan rumah kalian ini”.Begitulah ayahku selalu berpesan mengenai kebersihan rumah “ Ingatlah, Annazhafatu minal iman,kebersihan adalah sebagian dari iman” timpalnya.

                Aku mengindahkan perkataan ayahku itu.Di belakang rumahku terdapat pendopo kecil dan ada jembatan bertingkat di kaki kanan pendopo itu kami menyebutnya jamban. Tapi bukan jamban yang dikenal kakus! Pendopo itulah yang menjadi saksi bisu perjuanganku dan isak tangisku, juga bahagiaku.Aku terbiasa menyendiri kala malam datang.Biasanya sambil membaca disitu jika sudah jenuh dikamar.Jika cuaca cerah atau tidak bekas hujan, jembatan itu bersih dan kering sehingga aku berbaring di jembatan penghubung antara jembatan pendopo dengan jembatan tetanggaku.Sambil menikmati indahnya suasana malam hari yang sunyi itu dengan memandangi bintang-bintang dan bulan, aku bicara pada mereka seolah mereka mendengarkanku. Tapi jangan mengira aku gila ya, aku masih waras! 

Aku tipikal orang yang suka menyendiri dan muhasabah diri.Waktuku kuhabiskan untuk hal-hal yang ku anggap bermanfaat untukku dan masa depanku.Aku jarang sekali berkumpul dengan teman-teman sepermainanku. Bukannya aku tidak mau bergaul, tapi pekerjaan yang lain siap menunggu dan kupikir mengerjakannya dan mingisi waktu luang dengan belajar lebih bermanfaat. Namun sesekali juga aku berkumpul dan bersendagurau dengan teman-temanku. Pernah aku mencoba untuk mengikuti gaya hidup mereka, ada yang mengganjal dalam hatiku. Rasanya aku kurang nyaman dan itu bukan aku. Aku juga merasa lebih nyambung bergaul dengan orang-orang dewasa dibandingkan dengan teman-teman seusiaku masa itu..
                                                                                Dan Aku pun Berjilbab

Aku resmi berjilbab 2 minggu sebelum Ulangan semester kelas VIII naik ke kelas IX, semua berawal dari Ibuku yang selalu mengungkapkan perasaannya mana kala memakai jilbab kepadaku (curhat), namun beliau tidak pernah sama sekali memintaku apalagi sampai menyuruhku berjilbab. Suatu ketika kami liburan ke tempat Nenek, aku dan Ibu sedang berbincang-bincang disebuah kamar petak rumah Nenek, Ibuku sambil merapikan jilbab-jilbabnya yang banyak sekali di atas lantai, lalu ibuku pergi ke dapur dan aku masih duduk di pinggir resbang sambil memandangi jilbab-jilbab milik Ibuku tanpa sadar aku mengambil satu jilbab, aku masih ingat jelas jilbab itu berwarna hijau muda dan pendek hanya sampai menutup leher saja. Lalu kupakai jilbab yang berada ditanganku itu sambil bercermin.Spontan aku melapasnya, dan bergegas menemui Ibu di dapur seketika itu pula aku menyampaikan niatku untuk berjilbab.

Ibu menatapku dengan penuh suka cita sembari menanyaiku,“Apakah kamu yakin, anakku?” Tanya ibuku dengan lembut penuh hati-hati.
Dengan mantap aku menjawab “Yakin bu…along ingin segera berjilbab sebelum keinginan ini hilang.
“Bagaimana dengan bapakmu?” ibu menguji keyakinanku.
“Tidak apa-apa bu, insyaallah along bisa meyakinkan Bapak!” jawab ku serius
“Yasudah kalau begitu maumu, ibu selalu mendoakan mu nak..”
“Bu tolong potongkan baju panjang ya bu untuk sekolah”,bujukku.
“Iya nak, sepulang dari rumah nenek kamu boleh memotong baju ya” jawabnya.
Sungguh aku sangat bahagia.

                Tugasku setiap pagi ialah pergi ke pasar (belanja) sebelum berangkat sekolah, memasak, dan membersihkan rumah. Setelah semua beres barulah aku berangkat ke sekolah. Kebiasaanku juga membawa bekal nasi sejak SD sampai SMA. Aku tidak perduli kalau teman-teman meledekku. Uang jajanku kutabung untuk membeli keperluanku.Sebelum baju panjangku jadi, aku telah menggunakan jilbab terlebih dahulu di luar sekolah. Ketika pergi les, di sekolah dan di rumah aku belum menggunakan jilbab. Aku terhitung gadis yang cuek dengan omongan yang tidak penting namun usil. Contohnya saat temanku meragukanku karena aku belum sepenuhnya berjilbab, dia berkata “Syifa, kamu ini sekali pake jilbab sekali enggak!”. Wah pedas sekali mulutnya, dengan santai dan cueknya aku menjawab “Oooh kamu gak tau ya kalau aku punya kembaran? Yang biasa pake jilbab itu kembaranku!”.kulempar senyuman dan aku berlalu begitu saja tanpa memikirkan perkataannya itu. Aku maklumi saja, dia tidak tahu apa sebab aku belum seutuhnya berjilbab.

Sewaktu SMP masih awal-awal berjilbab, aku masih menggunakan jilbab yang pendek dan masih suka pakai celana.Sejak berjilbab, aku sering membeli buku-buku tentang agama aku suka sekali membacanya itu adalah hiburan bagiku, setelah aku mengetahui bagaimana berpakaian muslimah yang benar.Saat itu uangku masih belum cukup untuk membeli jilbab yang lebar, aku harus menabung dan menunggu sang waktu untuk mencukupkan biaya untuk membeli jilbab yang menutup dada. Sungguh ia merasa malu ketika menggunakan jilbab tidak sampai menjulur ke dada. “Apa yang aku tutupi jika jilbabku seperti ini, bajuku juga yang sudah sempit, celana yang itu-itu saja ku pakai.Ya Allah…tetapkanlah hati hamba di atas agamaMu, berikan hamba kesabaran ya Rabb. Ya Allah saksikanlah air mata hamba sebagai bukti kesungguhan hamba untuk memperdalam agamaMu..” aku sengaja tidak meminta uang kepada ortuku. Jika tidak d beri aku diam. Jika di kasih ku ambil.Namun aku malu jika harus meminta langsung kepada orang tuaku. Bahkan uang SPPku jika aku masih sanggup akan aku usahakan membayarnya dengan uang tabunganku. Sejak masuk SMA aku sudah tidak mau menggunakan celana dan jilbab-jilbab kecil lagi, jilbabku sudah menutup dada dan aku selalu menggunakan rok.

Karena cara berpakaian dan bergaulku yang tidak mau bersentuhan dan bersalaman dengan lawan jenis aku dikatakan fanatik dan terlalu berlebihan oleh teman-temanku. Ada sebagian juga yang mendukungku, aku tidak perduli apa yang orang lain katakan tentang diriku. Aku bahagia dengan apa yang aku yakini kebenarannya.

Pengajian Minggu

                “Long, kamu mau nggak menggantikan Mamak menghadiri arisan pengajian?Soalnya Mamak gak punya waktu untuk menghadirinya. Along tau sendirilah, pulang dari kantor Mamak udah kecapean sorenya bantu bapak ngrus pasien. Nanti kalau along mau bisa pergi bareng sama maklong sebelah. Gimana sayang? Lagian along gak ada kegiatan juga kan hari sabtu siang? Ibu mencoba memaparkan panjang lebar padaku. Aku mendengarkannya dengan seksama dan aku mengangguk tanda setuju sambil berkata, “Oh..boleh lah mak, kalau begitu kapan bisa along mulai?”

                Siang itu pertamakalinya aku menghadiri sekaligus menggantikan ibuku pada arisan pengajian minggu ibu-ibu yang ada di desaku.Aku pergi bersama tetanggaku yang juga salah satu anggota pengajian minggu tersebut. Ya, nama pengajian itu adalah Pengajian Minggu karena diadakan setiap minggu sekali. Kala itu aku masih duduk di bangku SMP kelas VII.Sejak saat itulah aku mengisi kegiatanku dengan mengikuti pengajian ibu-ibu yang hanya aku gadis satu-satunya disitu.Pengajian tersebut tidaklah tetap hari minggu terkadang tergantung keadaan apakah orang yang menerima arisan sempat atau tidaknya. Jika ada kegiatan yang bentrok maka harinya bisa diganti dengan hari yang lain, bisa sabtu, jumat, kamis dan lain-lain. Setiap minggunya aku dan tetanggaku menghadiri pengajian di tempat yang berbeda-beda, jadi aku pernah kerumah setiap anggota pengajian tersebut.Termasuk juga di rumahku yang apabila giliran namaku yang keluar undian, pengajian pun dilaksanakan di rumahku.Sungguh rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang luar biasa.

                Acaranya diisi dengan membaca al-qur’an secara bergantian dan shalat ashar berjamaah.Lalu ditutup dengan membaca yasin dan makan-makan.Seru bukan?Ibu-ibu anggota pengajian minggu sangat sayang padaku, jika aku tidak datang mereka pasti menanyakanku.Sehingga membuatku selalu rindu untuk mengadiri dan berkumpul bersama mereka.Kalau aku sakit mereka datang kerumahku menjenguk keadaanku. Aku aktif sampai kelas XI SMA, setelahnya aku izin istirahat (berhenti) untuk fokus mempersiapkan Ujian Akhir Nasional yang sudah membayangi tahun depan.
Setengah jam berlalu Syifa larut dalam kenangan masa sekolah.Ia lempar pandangan ke arah ibunya yang terlelap. Iamemandangi wajah ibunda dengan penuh cinta dan kasih sayang…
                                                                                                ***

Suasana hening sejenak. Pak Joyo membuka suaranya pelan “Anakku Syifa..ayah sudah memikirkan permasalahanmu, permasalahan kita. Ayah mau tanya apakah kamu siap kuliah sambil menikah?”. Ayahnya mencoba menyelami perasaan anak semata wayang. Syifa tertegun sejenak seolah tak percaya ayahnya bicara demikian. Betapa tidak, selama ini jika Syifa menyebut nama laki-laki saja muka pak Joyo berubah, pertanda tidak suka anaknya mengenal laki-laki (Pacaran) sebelum saatnya tiba. Dan kali ini, beliau langsung yang turun tangan mencarikan jodoh untuk putri tunggalnya itu. Syifa menarik nafas dalam-dalam “Ayah..insya Allah Syifa siap yah…”

“Ayah punya beberapa calon untukmu nak tinggal kamu yang menentukan.”
“Iya ayah, Syifa hanya menginginkan seorang ikhwan yang sudah tarbiyahmenjadi pendamping hidup fa.”
“Ikhwan? Tarbiyah? “
“Iya sebutan untuk seorang laki-laki muslim yang hanif, memahami fitrahnya sehingga cenderung ke arah yang benar.Ikhwan itu yang ikut liqo’ ayah. Liqo’ adalah salah satu sarana tarbiyah yang tujuannya membentuk kepribadian dengan berlandaskan Qur’an dan Sunnah ayah. Realisasinya itu biasa diadakan dalam pertemuan kelompok yang di pimpin seorang Murabbi.”
“Murabbi?Apalagi itu fa?”

“Iya ayah, Murabbi adalah pengasuh atau lebih tepatnya pembina.Murabbi merupakan tokoh utama dalam dunia tarbiyah (Pendidikan). Sama halnya dengan sekolah, sosok Guru yang patut diteladani atau dengan kata lain murabbi adalah guru bagi mereka yang liqo’.”
“Baiklah nak, sekarang ayah paham. Ayah sudah punya beberapa calon untukmu. Anak teman ibumu seorang polisi baru saja magang. Apakah kau mau nak?”

“Ayah..Syifa tidak menginginkan polisi ataupun tentara.”
“Ada juga teman ayah usianya 28 tahun, orangnya ganteng. Kerja di Pemda Sambas. Tapi ayah pikir akan sulit untukmu nak. Karena kau harus tetap kuliah dan ayah inginkan kamu betul-betul dijaga dan diperhatikan oleh suamimu.Nah ada seorang lagi,feeling ayah begitu kuat padanya.Dia sudah bekerja di Pontianak sebagai pemborong.Rumah dan mobilnya ada disana. Dia anak tunggal. Ayah ibunya guru sangat sayang pada anaknya itu. Intinya orangtuanya itu penyayang dan ayah sangat ridho dunia akhirat jika kamu berjodoh dengannya.Agamanya juga baik.Tapi ayah juga belum pasti apakah dia seorang ikhwan seperti yang kamu utrarakan tadi.Nanti akan ayah hubungi orangtuanya dan akan mempertemukan kalian secepatnya.”

“Ayah…bolehkah Syifa meminta ayah untuk menjajaki seorang ikhwan yang telah menggugah hati Syifa.Dia seorang ikhwan ayah.Dia pernah menyatakan ingin melamar Syifa, namun Syifa belum siap kala itu. Jujur Ayah, Syifa menyukainya!”
“Dia kerja apa?”
“Sedang skripsi yah.”
“Sulit nak. Lebih baik jangan!”
“Iya, Syifa ikut ayah saja..”

Hari demi hari Syifa menunggu kepastian apakah laki-laki yang ditawarkan ayahnya itu adalah jodohnya. Setiap malam ia bersimpuh kehadapan Zat Yang Maha Mengetahui, Zat Yang Maha Adil Allah Azza Wa Jalla. Ia berdoa memohon petunjuk dan meminta agar Allah menguatkan akar hatinya. Ia terus menata hati untuk bisa menerima pemuda pilihan ayahnya itu bukan dari hartanya, sekalipun calon suaminya itu berharta maka akan dia peralat supaya hartanya itu dipergunakan di jalan Dakwah.

 Menurut cerita ibunya bahwa laki-laki itu sudah pernah ditolak lamarannya oleh wanita yang pernah di cintainya, mendengar hal tersebut Syifa berniat untuk membahagiakan pemuda itu.“Wahai engkau calon imam dunia akhiratku, aku berjanji jika kelak kau benar-benar menjadi suamiku.Akan kubahagiakan dirimu dengan pengabdian yang tulus dariku, aku akan selalu berusaha membuatmu senang dan nyaman di dekatku.”Gumamnya.Ia terus menata hati agar pernikahannya kelak tidak dilandasi semata-mata untuk menyembuhkan penyakitnya itu. Dalam buku hariannya ia curahkan seluruh perasaannya kala itu.

Senin, 22 April
Bismillah…
Banyak hal yang rasanya ingin kutulis dalam lembar demi lembar isi buku ini. Apa daya terkadang rasa malas untuk menulis yang selalu menghamipriku. Aku menyesal! Ada berbagai banyak kisah di banyak sudut bumi yang belum aku warnai dengan keindahan dan kedalaman hati, sehingga ia terlewat begitu saja tanpa makna. Ibn Al-Jauzi berkata , “jika engkau tidak mampu menangkap hikmah, bukan karena hikmah itu tidak ada, tetapi karena kelemahan daya ingatmu sendiri.”

Jujur, aku tidak pernah berfikir untuk menjadi sosok orang lain, semisal Fatimah r.a, Aisyah r.a. aku yakin semua wanita ingin meraih kesuksesan dunia akhirat seperti halnya yang telah Fatimah dan Aisyah raih. Namun aku tetap harus menjadi diriku sendiri, sekalipun aku banyak belajar dari mereka yang tergambar dari buku-buku islami koleksiku. Aku harus berbeda! Bila perlu lebih baik dari mereka.  Setiap orang punya karakter, kepribadian dan cara pandang yang berbeda.

Terimakasih kepada Akhi Candra yang selama ini telah banyak membantu juga tak pernah bosan untuk memotivasiku menjadi pribadi yang lebih baik, makasih banyak buku-bukunya dan juga mushaf ustmani. Terimakasih kepada Akh Alfath yang juga telah banyak membantu dan memberikan kontribusi guna memperluas link untuk aku bisa bernafas dan leluasanselama berada dalam lingkungan STAIN Pontianak. Terimakasih kepada Akh Jefry yang juga turut memberikan kemudahan fasilitas dan kenang-kenangannya sangat bermanfaat, insya Allah tetap memberikan kesan tersendiri. Bg Ian, Mas Ato,dan lain-lain yang tak bisa ku sebutkan satu-persatu.

Aku mengakui banyak yang telah singgah tentunya memberi warna dalam kehidupanku. Aku jadikan semua itu adalah proses pendewasaan yang berawal dari cinta monyet. Aku menyukai tanpa harus ku jawab karena prinsipku kala itu (tidak mau pacaran). Hingga aku menerima dan pada akhirnya aku jualah yang harus memutuskan seperti apa perjalanan cintaku. Aku sengaja tidak membahas panjang lebar menyangkut masalah perasaan.Cukup Aku dan Allah saja yang tahu. Sekarang ku putuskan untuk menutup rapat bagian dari hatiku yang kelak akan di isi oleh seseorang. Pastinya Hamba Allah yang telah Ia persiapkan untuk menjadi Imamku dunia akhirat. Insya Allah. Aku menyerahkan sepenuhnya masalah jodohku  karena aku yakin dengan janji Allah. ”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”  QS. An-Nur:26

Aku ingin memperbaiki jodoh dengan memperbaiki diriku sendiri. Bahwasanya Puncaknya cinta itu adalah cinta kepada Allah Azza Wa Jalla. Muara dan lembahnya cinta hanyalah cinta kepada Sang Pemilik Cinta. “Hidup bukan hanya untuk memikirkan  cinta dan tak harus selalu memiliki.”  Sekarang aku siap membuka lembaran baru dalam hidupku.Mas Ato, Bang Agus, Uda, dan Alfath. Aku minta maaf jika harus melepas kalian dengan cara membuat kalian semua terluka. Aku juga! Tapi yakinlah aku lakukan semua itu adalah bukti bahwa aku mencintai kalian, singgah di hati kalian hanya semata-mata karena Allah swt.Dan ku azzamkan untuk menutup lembaran tentang kalian.Semua itu juga bukti bahwa aku hanya menginginkan keridhoan Allah dalam setiap nafas kehidupanku.Aku hanya ingin cinta yang halal dimata dunia juga akhirat.
Untukmu Imamku  dunia akhirat…

Aku telah lama menanti kehadiranmu dalam kehidupanku, menyelamatkanku juga keluargaku. Kehadiranmu menyempurnakan  separuh agamaku juga agamamu. (Agama kita)! Maafkan aku jikak dalam penantian telah banyak melanggar aturan agama.Tapi ketahuilah aku terus dan terus berusaha untuk selalu mensucikan diri dan bertaubat kepadaNya.Agar aku tetap terjaga dan terpelihara untukmu duhai imamku yang ku cintai karena Allah…”Hidup matiku hanya untuk Allah!” aku berharap  kehadiranmu sebagai pelengkap hidupku bisa membantuku dalam menjalankan misi Dakwah yang telah menjadi ruhku, juga ruh keluargaku. Untuk menyelamatkan dan mensejahterakan kehidupan ummat!!!
                                                                                                                                                                Istrimu…
                                                                                                                                                                Ananda Syifa
 I  LOVE U BECOUSE OF ALLAH SWT!
ANA UHIBBUKA LILLAHITA’ALA YA HABIBI!!!
ENGKAU ADALAH SURGA/NERAKAKU
AKU PILIH SURGA FIRDAUS ALLAH UNTUK KITA BERTEMU DAN DIPERSATUKAN KEMBALI!!! INSYAALLAH AMIN YA RABB.

MASIH ADA BANYAK HAL YANG INGINKU CAPAI DAN KUPERSEMBAHKANUNTUK ORANG-ORANG YANG AKU CINTAI SERTA UNTUK JALAN DAKWAH INI!!!!
“ILLAHIANTA MAKSUDI WA RIDHO KAMATSLUBI A’TINI MAHABBATTAKA WA MARIFATTAKA!!” 
JALAN DAKWAH INIPUN SEMAKIN TERBUKA LEBAR!!!
“AKU HARUS MENJADI BIDAN YANG BISA MEMBANTU DAN MENDIDIK, MEMBIMBING PARA UMMI”
***

Syifa mendapat kabar bahwasanya laki-laki pilihan ayahnya yang ia belum pernah melihat paras wajahnya itu telah mempunyai pacar. Rasa cintanya kepada laki-laki pilihan ayahnya itu sirna seketika. Ia langsung mengambil sikap dan keputusan bahwa ia akan tetap kuliah dan tetap ikhtiar untuk berobat. Dan menutup hatinya hingga ia merasa jodoh yang tepat datang mengkhitbahnya.

Syifa kembali ke Pontianak . Ia masih tetap ke kampus, sudah terlalu banyak ketinggalan materi kuliah, juga menjadi pikiran Syifa. Tiba-tiba ada kabar bahwa Ananda Syifa anak BKI semester 2 di pilih menjadi duta mahasiswa GenRe tingkat provinsi. Awalnya STAIN hanya mengutus sepasang duta mahasiswa. Namun ada perubahan bahwa Bkkb N memperbolehkan setiap kampus mengirim dua pasang.Syifa mencoba menolak karena dia merasa tidak sanggup untuk mengemban amanah tersebut dengan kondisi yang sangat tidak memungkinkan. Namun apa daya amanah itu tetap harus di jalankannya, tidak ada pilihan lain ia harus berjuang keras. Betapa tidak, selasa pagi iya mendapat amanah dan hari kamis pagi juga sudah harus siap.“Ya Allah, hamba serahkan sepenuhnya kepadaMu.” lirihnya. 

Hari itu juga ia datang bulan. Sebulan lalu ia telah menjalani terapi dengan menyuntikkan hormon tepat di rahimnya dengan biaya dua juta setiap bulannya selama 4 bulan. Padahal dokter menyatakan setelah disuntik maka tidak akan haid selama obat itu bereaksi. Betapa kaget dan paniknya dia mengetahui dan merasakan nyeri yang tak tertahankan meskipun tidak senyeri biasanya yang mengakibatkan dia tidak bisa apa-apa. Beban psikologis yang diderita semakin kuat. Ia langsung menelpon ibunya “Mak, kenapa Syifa masih haid?” tanyanya setengah mendidih. “Kok bisa ya, Syifa yang tenang ya nak ya..yakinlah Allah sedang mengujimu nak..sabar anakku.” Suara di sebalik telpon genggam mencoba menenangkan. “Iya mak…jika mak di posisi Syifa..” ia tak sanggup berkata-kata lagi, kepalanya sengit. Suaranya parau. Airmatanya semakin deras tak terbendung. “Iya nak Mak paham, Mak bisa merasakan apa yang anak Mak rasakan…tenang ya sayang…” mendengar bujukan ibunya hati Syifa mulai sejuk, luapan emosinya sedikit tercurah. Ia menarik nafas panjang sembari menyeka airmata dengan lengan bajunya. “Mak…doakan fa ya… besok fa harus seleksi di Aula BkkbN, sedang persiapan fa masih sangat jauh. Doa Maklah yang selalu fa harapkan…”

“Iya sayang doa Mak selalu menyertaimu… sudah makan kah anak Mak yang cantik ni,…?”
“Hehe, makasih mak.. belum mak td pagi saja makan roti mungkin jam16.30 wib nanti baru sempat. Tadi Syifa mengarahkan teman-teman buat tugas. Ya sudah, Mak off dulu ya, fa harus menyiapkan materi buat tampil besok. Sesi pertama persentasi sekaligus tanya jawab, lalu kesenian. Fa nyanyi lagu daerah besok mak.”
“Iya sayang, sukses anakku.”

Pembicaraan itu ditutup dengan salam. Syifa harus menyiapkan semuanya mulai dari pengiringnya untuk nyanyi  lagu sambas dengan judul  Tanda’ Sambas juga pakaian adat sambas (Baju kebaya). Karena kondisinya yang tidak memungkinkan lagi untuk membuat materi.Syifa langsung mengatakan kepada pihak panitia yang perempuan. Bahwa ia terkena kista dan sekarang nyerinya kambuh. Alhamdulillah mereka simpati kepada Syifa dan membuat materi yang judulnya sudah di pilih oleh Syifa yakni MEMUTUS MATA RANTAI
PEREDARAN DAN PENGGUNA NAPZA DI LINGKUNGAN KAMPUS.


                Malam itu Syifa menunaikan shalat taubat dua raka’at. Ia sungguh memohon ampunan kepada Yang Maha Pengampun. Ia terbiasa mengerjakan shalat taubat sebelum bersaing di acara apapun. Karena ia selalu meluruskan niatnya, apapun yang dilakukannya semata-mata karena Allah swt. memperjuangkan jalan dakwah dan membentangkan sayap selebar mungkin untuk menjaring mangsa tanpa harus memaksa melainkan dengan karya nyata. Syifa selalu ingat pesan dosennya “keberhasilan dakwah terletak pada kesucian lahir dan bathin si pendakwah”. Kalimat itu tertancap kuat di dalam hatinya.

Syifa membuka buku La Tahzan karya Dr. ‘Aidh al-Qarni untuk membantu menenangkan jiwanya, beban psikologis yang dipikulnya. Dibukanya bagian yang berjudul “Bersama Kesulitan Ada Kemudahan”. Dalam bukunya itu Dr. “Aidh al-Qarni mampu menyirami hati Syifa dengan kata-katanya yang begitu indah “Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelah begadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan. Setiap yang hilang pasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam kesulitan ada kemudahan dan setiap kegelapan akan terang benderang.
(Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau suatu keputusan dari sisi-Nya.)QS. Al-Ma’idah:25

Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa Sang Fajar pasti datang mengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah. Kabarkan juga kepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan akan datang secepat kelebatancahaya dan kedipan mata. Kabarkan juga kepada orang yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba.

Saat anda melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas, ketahuilah bahwa di balik kejauhan itu terdapat kebun yang rimbun penuh hijau dedaunan. Ketika anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa tali itu akan segera putus. Setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akan berakhir dengan rasa aman, dan kegelidahan akan sirna oleh kedamaian. Kobaran api tidak akan mampu membakar tubuh Nabi Ibrahim a.s. dan itu karena pertolongan Ilahi membuka “Jendela” seraya berkata:

(Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.)QS. Al-Anbiya:69
Lautan luas tak kuasa menenggelamkan Kalimur Rahman (Musa a.s).itu, tak lain karena suara agung kala itu telah bertitah,
(Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya, Rabb-ku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.)QS. Asy-Syu’ara : 62

Ketika bersembnyi dari kejaran kaum kafir dalam sebuah gua, Nabi Muhammad s.a.w. yang ma’shum mengabarkan kepada Abu Bakar bahwa Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Tinggi ada bersama mereka. Sehingga, rasa aman tenteram dan tenang pun datang menyelimuti Abu Bakar. Mereka yang terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yang (mungkin) sangat kelam, umumnya hanya akan merasa kesusahan, kesengsaraan dan keputusasaan dalam hidup mereka. Itu karena mereka hanya menatap dinding-dinding kamar dan pintu rumah mereka. Padahal mereka seharusnya menembuskan  pandangan sampai kebelakang tabir dan berpikir lebih jauh tentang hal-hal yang berada diluar pagar rumahnya.

Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena setiap keadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahan dengan sabar. Betapapun hari demi hari terus bergulir, tahun demi tahun akan selalu berganti, Malam demi malampun datang silih berganti. Meski demikian, yang gaib akan tetap tersembunyi, dan Sang Maha Bijaksana tetap pada keadaan dan segala sifat-Nya. Dan Allah mungkin akan menciptakan sesuatu yang baru setelah itu semua. Tetapi sesungguhnya, setelah kesulitan itu akan muncul kemudahan.

                Setelah membaca La Tahzan, Syifa merasa lebih tenang dan semakin kuat. “Ya Allah, bantulah hamba dalam menjalankan amanah ini, Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolonganMu ya Rabb. Aku pasti bisa!” tekadnya.  Malam semakin larut. Syifa masih mencari kebaya bersama temannya. Mereka menuju rumah dan kos-kos teman yang di kenal. Alhamdulillah tepat pukul 23.00 wib, Syifa dan teman satu kosnya kembali ke kosan mereka. Setelah sekian banyak usaha menghubungi nomor handphone, akhirnya pertolongan Allah datang. Kakak tingkat Syifa yang baru saja menikah dengan ikhwan Sambas merelakan baju pengantinnya itu dipinjam oleh Syifa. Ia membuka notebooknya dan melihat materi yang tadi sore dikerjakan bersama di kampus. Ia sungguh belum menghafal dan membaca materi itu sejak sore. Ia sibuk mencari teman yang bisa bermain gitar untuk mengiringinya saat tampil di sesi kesenian. Dan pertolongan Allah itupun kembali hadir, ada temannya yang juga seorang ikhwan berdarah sambas bisa bermain gitar. Dia dan ikhwan itu sepakat utk latihan esok harinya sebelum berangkat ke BkkbN.

                Syifa adalah mantan The winner bertahan di acara Pentas Seni Bernyanyi di sekolahnya juga penah mewakili kecamatan bersaing di Kabupaten Festival Lagu daerah Sambas dengan judul lagu “Alon-alon”. Suaranya begitu indah dan merdu membuat bulu roma berdiri. Ia sudah lama sekali tidak bernyanyi di depan orang ramai di karenakan keraguannya terhadap hukum menyanyi bagi seorang muslimah. Sejak menjadi pemenang di ajang pentas seni ketika SMA, ada gurunya yang bisa dikatakan fanatik. Sehingga ia mendapat keritikan secara halus yang menggugah dirinya untuk terus mencari hukum bernyanyi bagi seorang muslimah. Terakhir ia menanyakan hal tersebut kepada seorang dosen Ilmu Hadis maka dosen tersebut menjawabnya dengan perbandingan beberapa hadis karena para ulama telah membahas masalah ini panjang lebar dan pastinya ada perbedaan pendapat yang mengharamkan. Dosen itu menjelaskan dengan panjang lebar dan sangat rinci yang melarang nyanyian dan main musik. yang melarang nyanyian dan main musik

Imam Ibnu Al-Jauzi, Imam Qurthubi, Asy-Syaukani telah mencantumkan berbagai dalil tentang haramnya nyanyian dan penggunaan alat-alat musik, antara lain sebagai berikut:
• QS. Luqman:6
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna (lahw-ul-hadis) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”

• QS. An-Najm:59-61
“Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?. Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?. Sedang kamu melengahkan(nya) (saamiduun) ?”

• Hadis Bukhari yang diriwayatkan dari Abu Malik Al-Asy’ariSesungguhnya akan terdapat di kalangan umatku golongan yang menghalalkan zina, sutra, arak dan alat permainan (musik). Kemudian segolongan (dari kaum Muslimin) akan pergi ke tebing bukit yang tinggi. Lalu para pengembala dengan ternak kambingnya mengunjungi golongan tersebut. Lalu mereka didatangi oleh seorang fakir untuk meminta sesuatu. Ketika itu mereka kemudian berkata: “Datanglah kepada kami esok hari.” Pada malam hari Allah membinasakan mereka, dan menghempaskan bukit itu ke atas mereka. Sisa mereka yang tidak binasa pada malam tersebut ditukar rupanya menjadi monyet dan babi hingga hari kiamat.”
Hadis riwayat Imam Tirmidzi dari Jabir bin Addillah dengan sanad Hasan Shahih
“Pada suatu ketika Rasulullah s.a.w. memegang tangan Abd-ur-Rahman bin Auf. Beliau mengajaknya bersama-sama untuk membesuk (pay visit to patient) Ibrahim (anak beliau) yang sedang sakit. Ketika itu beliau melihat anaknya dalam keadaan sakaratul maut. Lalu Rasulullah s.a.w. mengangkat anaknya dan memangkunya sambil menangis. Melihat hal ini Abd-ur-Rahman bin Auf berkata: Adakah engkau, ya Rasulullah menangis? Padahal engkau melarang kaum Muslimin melakukannya.”
2. yang membolehkan nyanyian dan main musik
Imam Malik, Imam Ja’far, Imam Al-Ghazali, dan Imam Abu Daud Azh-Zhahiri telah mencantumkan berbagai dalil tentang bolehnya nyanyian dan menggunakan alat-alat musik. Alasan-alasan mereka antara lain:
• QS. Luqman:19

وَ اغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الأَصْوَاتِ لَصَوْتِ الْحَمِيْرِ

“….dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah bunyi kelaedai.”
(31:19).
Imam Al-Ghazali mengambil pengertian ayat ini dari mafhum mukhalafah. Allah s.w.t. memuji suara yang baik. Dengan demikian dibolehkan mendengarkan nyanyian yang baik.

• Hadis Buhkari, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan lain-lain dari Rubayyi’ binti Mu’awwiz ‘Afra.
Rubayyi’ berkata bahwa Rasulullah s.a.w. datang ke rumah pada pesta pernikahannya (Pesta yang dimaksud di sini adalah pesta pernikahan yang didalamnya ada lelaki dan perempuan, tetapi dipisahkan jaraknya. Di dalam Islam ada tiga pesta, yakni (1) pesta pertunangan, (2) pesta pernikahan, (3) pesta percampuran. Lalu Nabi s.a.w. duduk di atas.tikar. Tak lama kemudian beberapa orang dari jariah (wanita budak)nya segera memukul rebana sambil memuji-muji (dengan menyenandungkan) untuk orang tuanya yang syahid di medan perang Badar. Tiba-tiba salah seorang dari jariah itu berkata: “Di antara kita ini ada Nabi s.a.w. yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada esok hari.” Tetapi Rasulullah s.a.w. segera bersabda
لاَ تَقُوْلِي هكَذَا وَ قُوْلِيْ كَمَا كُنْتِ تَقُوْلِيْنَ
“Tinggalkanlah omongan itu. Teruskanlah apa yang kamu (nyanyikan) tadi.
• Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah r.a.
“Pada suatu hari Rasulullah masuk ke tempatku. Ketika itu disampingku ada dua gadis perempuan budak yang sedang mendendangkan nyanyian (tentang hari Bu’ats) (Bu’ats adalah nama salah satu benteng untuk Al-Aws yang jaraknya kira-kira dua hari perjalanan dari Madinah. Di sana pernah terjadi perang dahsyat antara kabilah Aus dan Khazraj tepat 3 tahun sebelum hijrah.) Kulihat Rasulullah s.a.w. berbaring tetapi dengan memalingkan mukanya. Pada saat itulah Abu Bakar masuk dan ia marah kepadaku. Katanya: “Di tempat / rumah Nabi ada seruling setan?”. Mendengar seruan itu Nabi lalu menghadapkan mukanya kepada Abu Bakar seraya berkata:

دَعْهُمَا يَا أَبَا بَكْرٍ
“Biarkanlah keduanya, hai Abu Bakar.”
Tatkala Abu Bakar tidak memperhatikan lagi maka aku suruh kedua budak perempuan itu keluar. Waktu itu adalah hari raya di mana orang-orang Sudan sedang menari dengan memainkan alat-alat penangkis dan senjata perangnya (di dalam masjid).”
Dari penjelasan saya tadi dapat disimpulkan bahwa hukum bernyanyi /syair baik menggunakan alat musik maupun sebaliknya. Hal itu terkait ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu berdasarkan konten (isi), waktu, dan tempat. Hukumnya boleh jika kontennya berisi tentang memotivasi, hal-hal mubah yang tidak bertentangan dengan akidah, sedangkan berdasarkan waktu dan tempat seperti acara pernikanhan, mendapatkan rezeki (syukuran), tidak menggangu orang lain, tidak melalaikan / menyita waktu ibadah. Wallahua’lam bissawab.
***
Pagi yang cerah. Syifa tadi malam tidur pukul 01.00 wib karena merombak kembali materi presentasi. Nyeri haidnya kambuh, ia mengirim SMS kepada orang tuanya memohon doa restu dari jauh demi kelancaran urusannya. Pagi itu Syifa berhasil menyiapkan segala sesuatunya meskipun dia belum terlalu menguasai materi. Ia masih ingat dengan materi NAPZA ketika SMP mewakili sekolahnya bersaing di kabupaten. Persaingan sengit di mulai. Syifa tidak lepas dari wudhu, sebelum tampil persentasi ia berwudhu dan memohon kemudahan pada Allah swt. Sesi pertama ia lewati dengan sangat baik. Para juri mengakui keberanian dan kecerdasannya. Begitu juga sesi kesenian suara tepuk tangan yang menggelegar menyorakinya.
Seleksi Duta Mahasiswa GenRe usai. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar dan Syifa mendapat juara ke II (Runer Up I) dalam kompetisi. Syifa mendapat kabar dari orangtuanya bahwa acara Pemilihan Duta Mahasiswa GenRe Tingkat Provinsi itu dimuat dalam koran lokal. Syifa kembali di minta ayahnya untuk pulang ke kampung. Sejak saat itu Syifa tidak pernah masuk mata kuliah lagi. Karena orang tuanya meminta dan membujuknya untuk masuk di kebidanan. Syifa tak bisa berkutik apa-apa lagi karena ayahnya yang sangat diplomatis itu membujuk dengan logika seperti apa yang Syifa inginkan. Alhamdulillah Ananda Syifa lulus PMDK (Tanpa tes) dengan nilai rapor di atas rata-rata di kebidanan.
***
Shalat Isya, tarawih dan witir telah usai, Syifa kembali kerumah mengambil mushaf kesayangannya. Masih dibalut mukena, ia membuka dan membaca dengan tartil kalimah dari Allah swt itu. Selepas mengaji ia kembali ke kamarnya dan membuka lembar demi lembar buku hariannya untuk muhasabah diri.
Senin 16 Juli
1.               Ketika Aku sanggup memberikan kebahagiaan kepada orang tua dan keluargaku, itulah kebahagiaanku yang sesungguhnya.
2.              Ketika memandangi wajah Ayah dan Ibuku dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang lalu, aku mampu membuat mereka menangis haru dengan karya nyataku. Itu juga bagian dari kebahagiaanku.
3.               Dan ketika aku sanggup memberikan hidupku, keseluruhan jiwa dan ragaku di jalan Allah (Dakwah). Bermanfaat bagi ummat itu adalah mimpi terbesarku!!!
Sekalipun nanti aku telah tiada…berharap, namaku akan selalu hidup di hati dan sanubari setiap insan yang telah mengenalku. Tanpa terkecuali! Amiin ya Rabb.
Swasembada

Ramadhan kali ini Asyifa mendapat amanah dari ayahnya untuk menjaga dan merawat neneknya. Nenek dari pihak ayahnya yang selama ini tinggal di desa kelahiran ayahnya. Namun setelah saudara pertama ayahnya meninggal. Nenek merasa kesepian, sehingga ayahnya memutuskan untuk membawa nenek tinggal bersama mereka. Pak joyo yang menjadi tulang punggung keluarga besarnya baik dari pihak pribadi juga dari pihak istrinya wajar jika ia selama ini bekerja mati-matian untuk menghidupi keluarga besarnya itu. dan tidak heran juga jika ia meminta anak tunggalnya itu kerja di kesehatan supaya bisa meneruskan perjuangannya untuk menggantikan posisinya menghandle keluarga besarnya. Ditambah pak joyo yang sudah sakit-sakitan membuatnya perlu tangan untuk menyelamatkan apa yang sudah ia rintis selama ini. Dan insyaAllah kedua neneknya, dari pihak ayah dan ibunya akan menunaikan ibadah haji tiga tahun mendatang. Syifa sudah tidak memiliki kakek lagi, karena sejak ia lahir kakeknya sudah meninggal. Sejak ayahnya mendaftarkan neneknya untuk pergi Haji. Ananda syifa yang selalu menuntun neneknya dari pihak ayah untuk memperbaiki ibadah neneknya yang masih belum sempurna.

Dug..dug..dug. Allahuakbar Allahuakbar..suara bedug dan azan telah bergema. Pertanda buka puasa tiba. Ananda syifa bduduk di samping kanan nenek, sebelah kiri syifa ayahnya disusul ibunya. Mereka duduk melingkar beralaskan tikar. Di tengah-tengah hidangan berbuka puasa yang mengundang selera. Bubur pedas khas Sambas yang menjadi menu utamanya.

“Alhamdulillah…” seru pak joyo. Semuanya menengadahkan tangah seraya berdoa. Pak joyo, nenek dan ibunya mengambil kurma seperti yang di sunnahkan oleh Rasulullah. “Syifa baru saja selesai berdo’a lalu memakan sebiji kurma juga. “Syifa kok lama sekali berdo’anya?” Tanya ibunya heran. “Iya mak.. syifa tidak mau menyia-nyiakan kesempatan berharga untuk berdo’a  untuk keselamatan dan kesehatan keluarga kita, anak-anak yatim dan anak-anak jalanan, juga orang-orang yang sudah berbuat baik kepada keluarga kita sebelum berbuka puasa. Do’anya mustajab mak.” Jelasnya. Kebiasaan dalam keluarga syifa adalah shalat berjama’ah di waktu magrib. “Nek, ayo kita berwudhu.” Ajak nisa, sambil memapah neneknya. Nenek syifa memang sudah lama menderita Diabetes Melitus. Memebuat badannya tidak sehat. Nisa sudah lama memperhatikan cara berwudhu neneknya yang tidak karu-karuan. Padahal ia sudah sering mengajarkannya.

 Namun belum juga neneknya mengindahkan apa yang di ajarkan nisa kepadanya. Sampai pada akhirnya nisa bersikap tegas untuk membimbing neneknya. Neneknya itu memang agak keras kepala itulah yang menyulitkannya. Namun kali ini dia benar-benar akan menampar secara halus neneknya itu tentunya dengan mencontohkan dan menyentuh hati neneknya itu. “Nek..wudhunya masih belum pas tu.” Neneknya membasuh kakinya, tangan dan wajah lalu telinga. Sudah selesai. “Gimana lagi. Seperti ini lah yang benar!” wajah neneknya berubah masam. “Nek..kalau wudhunya belum pas nanti sholatnya gak sah lho!” syifa agak menekan penjelasannya. Memang terbesit rasa tidak nyaman dihati nisa, tapi ia harus meluruskan. “Coba nenek ulang lagi, nisa tuntun ya. 

Baca bismilah dulu nek setelah itu nenek cuci kedua tangan nenek, setelah itu berkumur-kumur dan memasukkan air kedalam hidung sebanyak tiga kali kemudian mengeluarkannya nek ya.. setelah itu mencuci wajah sebanyak tiga kali. Lalu mencuci tangan kanan sampai siku sebanyak tiga kali, yang kiri juga nek.. Menyapu seluruh kepala dengan cara mengusap dari depan ditarik ke belakang, lalu ditarik lagi ke depan, dilakukan sebanyak 1 kali.  Dilanjutkan menyapu bagian luar dan dalam telinga sebanyak 1 kali. Membasuh kaki kanan hingga mata kaki bersamaan dengan menyela-nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri nek..”

wudhu merupakan syarat sah sholat yang mana jika syarat tidak terpenuhi maka tidak akan teranggap/terlaksana apa yang kita inginkan dari syarat tersebut. Sebagaimana sabda Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam,
 “Tidak diterima sholat orang yang berhadats sampai ia berwudhu”
Demikian juga dalam juga Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada kita dalam KitabNya,
 “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”. (QS Al Maidah [5] : 6).
Ke esokan harinya, asyifa sedang mengaji di ruang tamu. Neneknya menghampiri dan meminta di ajarkan surah-surah pendek. Asyifa bahagia sekali. Sejak sa’at itu asyifa membimbing neneknya sampai benar-benar hafal. Asyifa mengecek dari awal. Mulai dari pelafasan kalimat syahadat, berwudhu, baca’an dalam shalat.
***
Pak joyo merupakan seorang pensiunan Dinas Kabupaten. Ketika masih aktif pegawai, beliau adalah pegawai yang memegang jabatan di kabupaten sehingga pengaruhnya masih kuat. Jaringan kerja samanya juga masih terjalin dengan baik.
 Pak Joyo dan Pak Camat sudah lama bersahabat. Pak camat sangat menghormati beliau. Ketika pak joyo datang ke kantornya. Pak Camat menyambut dengan sangat baik. Pak joyo datang untuk bersilaturahmi di samping ia juga ingin menyampaikan gagasan yang sudah lama ingin di relisasikan saat masih pegawai dulu. Namun, belum kuncung terlaksana karena sesuatu dan lain hal.

“Pak Camat.. saya ini merasa prihatin dengan nasib sebagian warga kita yang hidupnya kurang beruntung. Saya punya gagasan.. bagaimana kalau setiap menjelang musim kemarau, lahan-lahan tidur kita garap dengan tanaman-tanaman pangan. Yang penggarapnya itu siapa saja yang mau menggarap, dan tanah siapa saja. Tentunya disini harus ada kebijakan dari bapak selaku camat..”

“O kalau begitu pak, saya harus mengundang para kepala desa untuk membahas masalah ini.”
“Kira-kira kapan pak? Saya juga akan datang dalam pertemuan itu untuk mengemukakan gagasan kita.”
“O jelas bapak wajib datang. Nanti kira-kira awal bulan depan akan saya kumpulkan kepala desa juga kepala sekolah SMK untuk mendiskusikan hal ini.”
***
Seluruh perangkat desa  sudah berkumpul di Gedung Serba Guna. Pak camat memberikan kalimat pembukaan, dan selanjutnya masalah utama di serahkan kepada pak Joyo untuk melontarkan gagasan. Sehingga pada pertemuan itu terjadi dialog yang memakan waktu cukup lama. Banyak pertanyaan-pertanyaan dari kepala desa yang di sampaikan kepada pak Joyo. Hal itu disebabkan masih banyak yang bingung. Siapa yang jadi pengarahnya di lapangan? Dan lain sebagainya.  Maka disini pak joyo akan berkolaborasi dengan dinas kabupaten. Tetapi menunggu kesediaan dari masyarakat agar beliau bisa mempertanggung jawabkan gagasannya tersebut.

                Dinas Pertanian Kabupaten memberikan respon yang sangat baik terhadap kecamatan, dengan memberikan surat penugasan para PPL yang bertugas di desa-desa yang ada di kecamatan. Sehingga pak camat mengadakan pertemuan kedua untuk membahas kembali masalah tersebut dengan membawa surat penugasan PPL yang siap membina.

                Kepala sekolah SMK mengajukan sumbangsi dengan masyarakat dengan meminjamkan lahan SMK untuk di garap. “Pak saya melowongkan lahan tidur di SMK untuk di garap, bila perlu nanti kami akan mengadakan program untuk siswa-siswa kami untuk terjun sebagai penggarap. Seprti jaman pak harto dulu kita bagi kelompok tani Capir ( Kelompok pendengar, pembaca dan pemirsa) para petani yang di bina oleh dinas pertanian dan aplikasi ilmu pertanian. Anggotanya kelompok tani tua. Dan TARUNA tani (para petani remaja) adanya koprasi pertanian cara menanam biaya. Itu bisa kita kembangkan kembali pak. Saya sangat antusias sekali dengan gagasan ini. Apalagi dinas pertanian kabupaten sudah memberikan perintah kepada PPL desa. Saya sangat optimis masyarakat juga akan semangat menjalankannya karena ini menyangkut kepentingan bersama juga demi masa depan kita nantinya.”

                Kepala desa telukkeramatpun ikut bersuara. “Benar sekali pak, dulu kita punya PGM (Pabrik Gula Manis) bagaimana kalau PGM itu kembali kita aktifkan dengan mengganti/ memperbaiki mesin-mesin gula yang sudah rusak. Tentunya kita harus mengajukan hal ini kembali kepada dinas pertanian kabupaten untuk merekomendasikan ke pusat. Jika hal ini bisa kita jebol maka akan baik sekali kedepannya pak. Mengambil kebijakan PEMDA tiap-tiap daerah menonjolkan produk unggulan. Coba kita lihat kekayaan daerah kita yang tanpa kita sadari itu sangat berharga jika kita kelola dengan sebaik mungkin. Di telukkeramat pasti menjadikan tebu sebagai produk unggulan dengan PGM tadi maka akan melahirkan gula tebu. Es tebu yang sudah menjamur juga semakin meningkat kualitasnya jika benar-benar di patenkan. Kalau di desa simpang empat itu lebih menonjol Kedelai mungkin nanti kita juga bisa mengusulkan pabrik Tahu atau Tempe. Kacang Hijau juga berpotensi besar untuk berkembang di desa simpang empat. Seperti halnya kepala SMK saya selaku kepala desa telukkeramat menyatakan optimis dengan gagasan ini pak.”

Seluruh undangan spontan berdiri dan bertepuk tangan menandakan semangat 
yang menggebu-gebu. Antusiame yang tampak semakin membara. Melihat respon tersebut pak joyo mengucapkan rasa terimaksihnya dan pak camat langsung mengambil langkah yang sangat cepat untuk merealisasikan gagasan tersebut.
***

Aktivis Dakwah Kampus
Sudah pukul 15.30 wib. Pontianak masih panas. Annisa berjalan kaki ke warung langganannya untuk membeli sayur. Tiba-tiba dalam perjalanan ia bertemu dengan seorang gadis yang tidak asing baginya.
“Assalamu’alaikum, Nisa?”
“Wa’alaikumsalam, iya. Kak Nana?”
“Iya nis, subhanallah…apakabar?”
“Alhamdulillah baik kak..kak sendiri gimana?”
“Syukurlah kalau begitu, Alhamdulillah kak sehat kok nis. Mau kemana?”
“Iya ni kak, nisa mau beli sayur buat makan malam nanti..kakak sendiri mau kemana?”
“Kakak mau ngajar dulu nis. Masih pake nomer yang kemarinkan?
“Oh iya kak hati-hati.. Alhamdulillah masih kak..”
“Sip lah, nanti kakak sms ya. Assalamu’alaikum”
“Oke…wa’alaikumsalam..”

                Nana adalah kakak tingkat nisa di Fakultas Kedokteran. Mereka berkenalan dan saling tukar nomor handphone sa’at annisa Ospek. Gadis manis pemilik nama lengkap Nadya Kumalasari yang akrab di sapa “Nana” adalah salah satu pengurus di salah satu unit kegiatan mahasiswa tepatnya bidang keagamaan yang di sebut Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran yang bernama  Ibnu Sina. Nana adalah  Ketua Bidang Kemuslimahan di LDF FKMI IBNU SINA. Sejak awal pertemuan Nana sering mengirim sms Taujih kepada nisa, sehingga membuat annisa merasakan kedekatan ukhuwah yang semakin erat.
                Ba’da isya annisa membuka Handphonenya, ada pesan dari Kak Nana

“Assalamu’alaikum dek nisa, lagi apa ni? O ya dek sempat-sempat main ke kos kakak ya, kalau adek butuh bantuan atau mau nanya apa-apa silahkan ya dek.. jangan sungkan-sungkan. Anggap saja kakak ini layaknya saudaramu sendiri. Kalau mau share atau apapun silahkan ya dek, insya Allah kakak siap bantu adek.”

Annisa sungguh tak percaya gadis yang baru ia kenal itu begitu baiknya padanya, “ternyata masih ada orang sebaik dia di ibu kota ini.” Gumamnya. Annisa teringat dengan percakapannya tadi sore. Ia juga ingin mengajar untuk biaya hidupnya di kota metropolitan.
“wa’alaikumsalam kak, baru selesai tilawah..subhanallah, makasih banyak ya kak untuk semuanya. Nisa setengah tidak percaya ternyata masih ada orang sebaik kakak di kota besar ini. Iya kak, kebetulan adek mau ngajar seperti kakak untuk biaya hidup disini kak. O ya kakak tinggal dimana?”

“Iya dek..selayaknya ummat muslim adalah bersaudara, kakak hanya menjalankan apa yang rasulullah ajarkan kepada kita untuk memperbanyak silaturahim, dan tolong menolong dengan sesama. Benar adek mau? Kebetulan tadi sore ada yang meminta kakak mengajar anaknya yang kelas 5 SD, Cuma kakak belum kasih kepastian karena jadwal kakak juga sudah lumayan padat nis. Kalau kamu mau besok kita bisa kesana sama-sama. Kakak tinggal di sepakat 2 gg. Mawar kos putri Akasia nis.”
“Iya kak…alhamdulillah kalau begitu kak.. nisa mau kak, biar nisa yang ketempat kakak besok. Jam berapa?”
“oke.. Ba’da ashar y anis. Kakak tunggu.”
“Yup, Insya Allah.”
***
                Kesepakatan antara orangtua murid dan annisa sudah ada. Orantuanya pun mengenalkan annisa kepada anaknya yang akan di bombing annisa. Annisa sebagai guru tutor artinya semua mata pelajaran annisa yang mengajarkan.
“Bela…turun sebentaar.”
“Iya pa..”
“Nah ini guru privatenya Bela ya..nanti Bela belajar sama bu guru Annisa”
“Iya papa, Bu nisa kenalin nama saya Bela..”
“Iya Bela, nama Panggil saja Kak Nisa.”
“Oke de kak..”
“O ya nisa, apa kamu bisa mengajar ngaji?”
“Insya Allah bisa pak”
“Nanti tolong kamu sekalian merangkap jadi guru ngajinya Bela ya nis. Biar uang bulanannya bapak tambah.”
“Alhamdulillah, iya pak insya Allah saya akan usahakan semampu saya pak.”

“Kami hanya punya dua orang anak nis, yang pertama laki-laki, dia sering pulang malam. Sa’at ini dia kuliah di fakultas Tekhnik semester 10.  Ibunya juga sibuk dengan bisnisnya di luar rumah, sedang saya sendiri juga jarang-jarang pulang karena harus menjalankan tugas dari kantor keluar kota. Biasanya bela di antar jemput ke sekolah oleh mahasiswa yang menawarkan jasanya untuk antar jemput anak sekolah. Selebihnya dia bermain di kamarnya. Main game, nonton kartun, main boneka, kadang teman-temannya yang datang kerumah untuk bermain bersama bela. Setiap paginya ibunya hanya bisa menyediakan menu makan pagi dan membekalkan bela makanan utk di sekolah, sampai malam baru ibunya pulang.”

Annisa terdiam mendengarkan cerita papanya bela. Sepertinya papa bela berharap penuh kepadanya untuk memperhatikan bela dengan baik.
“Iya pak, saya akan berusaha untuk membimbing bela sebaik mungkin. Insya Allah.”
Annisa sangat bersyukur dia telah mendapat kerjaan. Gadis kecil itu pintar sekali, membuat annisa semakin semangat untuk membimbingnya belajar.
***

Mentari pagi perlahan memancarkan sinarnya. Bunga-bunga tersenyum menyambut kedatangan sang surya. Langit biru tersipu malu menilik di sebalik awan putih. Seorang gadis berjalan menuju mushola berukuran 6x6 meter di fakultas kedokteran. Tampak beberapa mahasiswa berlalu lalang. Ada yang berjalan bergandengan tangan, ada yang terburu-buru menuju ruangan praktek, tampak seorang ikhwan yang baru selesai berwudhu memasuki mushola. Annisa melepaskan alaskakinya tepat di depan pintu masuk mushala, tampak tirai berwarna biru gelap sebagai hijab antara saff laki-laki dengan saff perempuan. Mushola itulah yang sekaligun menjadi suangan sekretariat LDF FKMI IBNU SINAs.  Annisa melaksanakan shalat duha dan membaca mushaff kesayangannya. Ia menanti kedatangan seseorang.

“Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam..alhamdulillah akhirnya yang ditunggu datang juga.”
“Iya..maaf y anis, kakak telat. Tadi ada urusan mendadak.”
“Iya taka pa kak.”
“Kakak duha sebentar ya nis.”
“Iya silahkan kak”
Selepas duha nana menyambung pembicaraannya dengan nisa,
“O y anis, gimana kabar muridmu?”
“Alhamdulillah baik kak, dia anak yang cerdas jadi nisa gak terlalu sulit mengajarnya.”
“Syukurlah kalau begitu, kemarin nisa mau nanya apa sama kakak? Sepertinya penting sekali?”
“Iya kak, annisa mau menanyakan tentang Lembaga Dakwah Fakultas Ibnu Sina. jujur nisa tertarik untuk menjadi bagian dari aktivis dakwah kampus, seperti halnya kakak.”
Mendengar pernyataan itu Nana tersenyum bahagia
“Alhamdulillah kalau begitu nis, sebelum kakak menjawab pertanyaanmu itu nis, kakak akan terlebih dulu menjelaskan kepadamu tentang Dakwah. Berkembangnya era globalisasi dan modernisasi telah merubah tatanan dan nilai-nilai agama Islam yang ada pada masyarakat saat ini. Bukan hanya itu, lajunya perkembangan era ini juga menimbulkan dampak negatif yang harus dinetralisir dengan ajaran-ajaran agama. Ary Ginanjar Agustian mengatakan bahwa, bahaya yang paling besar yang akan dihadapi manusia pada zaman ini bukanlah bom atom. Akan tetapi perubahan fitrah. Yaitu, kehancuran unsur kemanusiaan yang ada dalam dirinya yang sedemikian cepat. sehingga muncullah mesin-mesin yang berbentuk manusia yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan kehendak fitrah manusia (Ary Ginanjar, 2002: xiii).

Jika dilihat fakta yang ada, memang benar bahwa banyak masyarakat sekarang yang sudah semakin jauh dari ajaran Islam yang baik dan benar. Pergaulan bebas dan hilangnya budaya malu, juga telah membuat orang seperti tak ada batasnya untuk berbuat kesalahan dan kemunkaran.

Untuk mengentaskan dan menghalangi agar perilaku tersebut tidak terus berkemang biak, maka diperlukanlah agama. Karena tanpa agama, manusia akan terombang-ambing dan tak punya tujuan hidup. Dalam Alquran surah Ali Imran ayat 110 Allah menjelaskan bahwa, umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, untuk menyuruh manusia berbuat yang makruf, mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah. Dan dalam surah Al ‘Ashr ayat 3 dijelaskan pula tentang saling menasehatilah dalam kebenaran dan saling menasehatilah dalam kesabaran. Itu artinya manusia membutuhkan Islam dan orang yang mampu menyeru dalam kebaikan dan kesabaran.

Merujuk pada kebutuhan terhadap agama, maka dakwah sangatlah berperan dalam memenuhi kebutuhan spiritual tersebut. Dakwah adalah suatu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menyeru, mengajak untuk berbuat yang ma’ruf, mencegah yang munkar serta beriman kepada Allah SWT. Dalam menyampaikan ajaran-ajaran agama itu, dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode. Yang terpenting dari dakwah adalah dapat diterimanya pesan yang disampaikan dan memberikan dampak yang positif bagi penerimanya. Baik itu anak-anak, remaja, dewasa ataupun orangtua.

Sedangkan kita tahu Keberhasilan suatu bangsa atau kaum tergantung dari bagaimana keadaan generasinya. Allah berfirman, “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang buruk) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan”. (QS. Maryam ayat : 56). Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa ada dua karakter utama dari generasi yang buruk yaitu adla’ush-shalah (menyia-nyiakan shalat) dan ‘wattaba’usy-syahwat (memperturutkan hawa nafsu). Apabila generasi yang berkarakter seperti yang dikatakan oleh Allah dalam Alquran itu terjadi, berkembang bahkan menjadi karakter yang ada pada generasi saat ini. Maka, pembentukan generasi yang berkarakter religius Islam sudah menjadi sesuatu yang mutlak dan tidak bisa dibantah lagi.

Kita langsung masuk ke pertanyaanmu nis. LDF  adalah Sebuah Lembaga dakwah yang ranah kerjanya itu di Fakultas. sedangkan LDK itu tingkat universitas tapi ada hierarki antara LDK dan LDF dari segi kebijakan. Lembaga Dakwah Kampus (LDK) adalah salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) intra kampus yang terdapat di tiap-tiap perguruan tinggi Indonesia. Organisasi ini bergerak dengan Islam sebagai asasnya. Nama LDK di tiap-tiap perguruan tinggi biasanya berbeda-beda. Kalau kita namanya Badan Kerohanian Mahasiswa Islam Universitas Tanjungpura (BKMI UNTAN).  Sedangkan BKMI itu sendiri merupakan Pusat Komunikasi Daerah (Puskomda) di wilayah Kalimantan barat. 

Puskomda ini adalah Lembaga Dakwah Kampus yang menjadi coordinator Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) di daerah yang berada di wilayah kerja Badan Pekerja (BP) Puskomnas, dipilih dan ditetapkan dalam musyawarah FSLDK Daerah untuk masa kerja tertentu. BP Puskomda LDK yang ditunjuk oleh Puskomda yang tugasnya untuk membantu kerja puskomda di daerahnya. Dakwah kampus adalah dakwah yang sifatnya terbuka, berorientasi pada rekrutmen dakwah dikalangan civitas akademika secara umum dan aktivitasnya dapat dirasakan oleh civitas akademika. Civitas akademika yang dimaksud disini adalah para mahasiswa dan dosen perguruan tinggi.

 Civitas akademika merupakan bagian dari masyarakat kampus yang hidup dengan peraturan. Seperti peraturan kampus (rektorat), amawa, dan lain sebagainya. Maka untuk mengejewantahkan dakwah ammah harokatudz dzahirah tersebut maka, prinsip “Legal”, “Formal” dan “Wajar” dalam kaca mata civitas akademika menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh Dakwah Kampus. Salah satu dari derivasi dari hal ini maka biasanya sebuah lembaga dakwah kampus perlu membuat Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) sebagai bagian dari bentuk legalisasi organisasi dakwah kampus di sebuah perguruan tinggi. Untuk menjalankan roda dakwah kampus maka dibutuhkan personil-personil yaitu Aktivis Dakwah Kampus (ADK). 

ADK adalah kader dakwah dan Tarbiyah yang memiliki peran dalam dakwah kampus. Peran yang dilakukan bisa berupa sebagai pengurus, Murobbi dakwah kampus, dan sebagainya. Peran ADK ini bisa dijalankan oleh kader dakwah yang bertitel Mahasiswa atau Dosen atau kader dakwah lainnya yang bersinggungan langsung dengan dakwah kampus. Mereka harus dapat bergerak bersama-sama dalam koridor strategi dakwah kampus yang bersangkutan.”


Nana menjelaskan panjang lebar begitu semangatnya. Ia ingin annisa benar-benar faham. “Seperti yang kakak jelaskan barusan, dalam pergerakannya dakwah kampus memiliki medan tersendiri nis. Medan dakwah kampus yaitu lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap dakwah kampus meliputi manusia-manusianya (para civitas akademika, pejabat dan pegawai kampus serta alumninya), sarana-sarananya (Lembaga kemahasiswaan, Institusi perguruan tinggi, Institusi pemerintah terkait, Institusi kerjasama antar perguruan tinggi) dan aturan main yang berlaku (Peraturan perundangan terkait kurikulum dan system administrasi perguruan tinggi) serta sarana dan prasarana kampus.”

“Lalu Tujuannya kak?”
“Nah, Tujuan utama dari dakwah kampus adalah adanya suplai alumni yang berafiliasi kepada Islam dan optimalisasi peran kampus dalam upaya mentransformasi masyarakat menuju masyarakat Islami. Derivasi dari hal ini maka peran Tarbiyah kampus yang berkesinambungan untuk menghasilkan alumni-alumni yang berafiliasi kepada Islam menjadi sangat penting. Derivasi lainnya, lembaga dakwah kampus perlu secara bertahap menjadi lembaga dakwah kampus yang matang agar dapat memainkan perannya di perguruan tinggi yang bersangkutan agar dapat mengusung perubahan. Mengenai tahapan dakwah kampus ini perlu kajian tersendiri. Sedangkan untuk mencapai tujuan di atas ada beberapa sasaran yang harus di capai terlebih dahulu, Antara lain: terbentuknya bi’ah (lingkungan) yang kondusif bagi kehidupan Islami di kampus, baik dalam sisi moral, intelektual maupun tanggung jawab social. Kita tahu bahwa kampus adalah lingkungan yang heterogen. Ketika berinteraksi di dalamnya maka butuh kekuatan untuk menjaga idealism dengan tetap memperhatikan realitas. 

Hal ini berarti dakwah kampus memerlukan sebuah lingkungan kecil yang senantiasa dapat terus men-charge ruhiyah para ADK ditengah-tengah aktivitasnya di kampus. Sarana untuk mewujudkan itu adalah Tarbiyah yang berkesinambungan untuk para ADK dan yang didakwahkannya. Terbentuknya opini ketinggian Islam dikalangan kampus. Oleh karena itu syi’ar dalam mengkampanyekan kemuliaan Islam harus terus dilakukan secara rutin. Sarana-sarana syi’ar untuk ini cukup banyak misalnya, Majalah, Perpustakaan, Peringatan Hari Besar Islam, Tabligh Akbar dan sebagainya. Nanti juga akan bisa kita diskusikan mengenai hal ini dalam kajian tersendiri nis. 

Lalu terbentuknya kesinambungan barisan pendukung dakwah. Untuk itu tarbiyah yang berkesinambungan di setiap angkatan mahasiswa harus dipastikan berjalan. Ini membutuhkan sebuah lajnah yang dapat mengawasi itu dalam jangka panjang. Terbentuknya hubungan timbal balik yang sinergis antara dakwah amah dengan pengkaderan. Artinya, semua rekrutmen-rekrutmen dakwah diupayakan dapat dilanjutkan dengan proses dakwah secara khusus terhadap orang-orang yang direkrut tersebut. Annisa… nanti kalau perkuliahan sudah normal..Ibnu Sina akan mengadakan perekrutan anggota baru atau kader baru. Annisa baru akan resmi menjadi salah satu kader Aktivis Dakwah Kampus (ADK) ketika annisa sudah mengikuti Pelatihan Menejemen Dakwah Kampus (PMDK 1) yang di adakan dua kali di semester pertama. terkait PMDK itu akan diadakan oleh LDK BKMI yang nantinya pesertanya dari semua LDF di Untan.”


”Begini nisa, nanti nisa bisa gabung di awal untuk magang terlebih dahulu. Nisa bisa isi form nah disitu annisa bisa pilih mau magang di bidang apa. Kalau di Ibnu Sina kita ada :
Bidang Kaderisasi
Tujuannya Merekrut, membina dan meningkatkan kemampuan anggota agar memiliki keterikatan dengan nilai-nilai Islam dan memberdayakannya dengan kegiatan - kegiatan ke - Islaman sesuai dengan tujuan pengembangan dan demi kesinambungan organisasi. Sasarannya Seluruh mahasiswa Islam Universitas Tanjungpura. Prinsip Pembinaan Anggota Menyentuh aspek ruh, akal, dan jasad sehingga mampu melahirkan cendekia muda muslim yang beriman, berilmu, dan beramal sholeh Harus memperhatikan prinsip keseimbangan dan kesinambungan, serta sesuai Materi dan Ruang Lingkup Kerja dengan alur atau tahapan yang ada.

 Syiar dan Pelayanan Kampus
Tujuannya Membangun citra positif LDK yang mengakar di lingkungan kampus sehingga  menjadikan LDK sebagai leader opinion di kampus dan menjadikan kampus sebagai pendukung dakwah islam. Sasaran Civitas Akademika dan Masyarakat sekitar lingkungan kampus
Prinsip Syiar: Melakukan gerakan penyadaran keislaman secara kontinyu, Mengangkat tema – tema aktual sesuai dengan kebutuhan masyarakat kampus dan tetap terarah dalam penyampaian syumuliatul islam, Mengaplikasikan konsep pemasaran terhadap produk – produk syiar, Mengembangkan inovasi dan keatifitas dalam merancang dan mengemas produk – produk syiar Materi dan Ruang Lingkup Kerja: Dunia Islam kontemporer, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN). Media dakwah kampus : Penerimaan mahasiswa baru. Alternatif  Bentuk Kegiatan : Seminar, talkshow, expo, konser nasyid, bedah buku, buletin, mading, spanduk, baliho, kajian umum, diklat.

Jaringan
Tujuannya Meraih simpati dan dukungan masyarakat dengan melakukan koordinasi dan kooperasi pada ormas-ormas Islam, serta membentuk image dan citra positif organisasi pada masyarakat. Sasarannya Civitas Akademika dan Masyarakat Umum
Kemuslimahan
Tujuannya Membina dan memberdayakan potensi muslimah, serta menyikapi segala persoalan yang dihadapi muslimah. Sasarannya Muslimah pada umumnya, khususnya mahasiswi Islam UNTAN. Prinsip Kemuslimatan : Membentuk aspek ruh, akal, dan jasad dalam kepribadian muslimah. Materi dan Ruang Lingkup Kerja Pengembangan dan pemberdayaan potensi muslimah UNTAN Peningkatan ukhuwah Islamiyah sesama muslimah. Peningkatan wawasan ke - Islaman muslimah. Menyikapi isu – isu kemuslimatan. Alternatif Bentuk Kegiatan : Daurah, perlombaan, dialog, kajian rutin, bela diri, dan silaturrahim.”
”Penjelasan kakak begitu rinci, insya Allah nisa faham kak. Makasih banyak ya kak..”
”Iya nisa.. sama-sama.”
***

PMDK 1 telah annisa lewati bersama teman-teman baru, ia banyak mengenal dari berbagai fakultas. Mereka adalah orang-orang yang setia kawan..yang mau berkorban untuk kepentingan bersama..mau menolong di saat kesusahan.. terlebih mereka aktif berorganisasi..mereka maju bersama-sama,, menyelesaikan masalah dalam angkatannya bersama-sama..Hal itulah yang mendorong Annisa aktif berorganisasi, terutama di Lembaga Dakwah Kampus. Pada akhir tahun pertama perkuliahan, ia sudah ditunjuk menjadi Ketua Bidang Kemuslimahan di LDFnya atas rekomendasi Kabid sebelumnya yaitu Nana. Saat sidang MUSTA(Musyawarah Tahunan) tidak hanya Nana yang menyatakan Annisa layak menjadi Kabid, hampir semua pengurus yang sering kali membidik keaktifan regenerasi mereka menilai Annisa memang kader yang aktif. Menejemen dirinya sangat kuat. Sehingga membuatnya tidak kecolongan dalam membagi waktu antara kuliah, bekerja dan organisasi.

Ia memegang amanah itu selama setahun, lalu dilanjutkan menjadi anggota bidang selama setahun. Selama ia menempati posisi di LDF ia banyak menggali sumber panduan organisasi terutama dari buku2 GAMAIS ITB.. dengan bantuan dari Aisyah, temannya dari Jakarta..yang usianya lebih tua dari Annisa dan lebih berpengalaman dalam organisasi. Bisa dikatakan annisa sangat sedikit sekali mendapat koreksi. Bidangnya sangat kreatif dalam menargetkan program, nyaris semua yang dia dan staf-stafnya programkan terlaksana dengan baik.

Sahabat
Selama ini Annisa dan syifa sudah jarang komunikasi. Di tambah lagi syifa yang diminta ayahnya untuk menghilangkan jejak sementara waktu. Terakhir mereka bertemu ketika acara Kemuslimahan. Selama ini syifa memendam semua yang di alaminya. Ingin bercerita pada Annisa, belum juga ia menemukan waktu yang pas. Hatinya berbunga-bunga hari ini. Betapa tidak, sekian lama menghilang dari hadapan saudara seimannya ianya muncul dengan tiba-tiba. Surprise! Penghuni rumah kontrakan itu sungguh kaget dibalut rasa tak percaya melihat sosok yang mreka rindukan tiba-tiba muncul. Perasaan haru biru begitu kental malam itu. pelukan demi pelukan datang mendekap hangat tubuhnya satu persatu sembari  bersalaman. Kerinduan itu sangat berbekas. Padahal sebelum gadis bertubuh pejal itu memutuskan untuk lepas dari sangkarnya, ada perasaan yang sungguh tak menentu. Takut. Khawatir. Namun kerinduan yang tiada tara itu telah memuntahkan hasratnya untuk bersua dengan saudara-saudara yang begitu ia cintai. Syifa memang sering mabit di tempat Annisa ketika masih kuliah di STAIN. Syifa sangat akrab dengan penghuni kontrakan itu.

Malam itu dengan menenteng sebungkus kue bakar gadis yang memiliki wajah bulat nan manis itu memberanikan diri untuk bersilaturahim ke rumah kontrakan yang di huni oleh teman seangkatan sewaktu iya masih menyandang gelar mahasiswi Dakwah. Ada banyak hal yang nyaris tak mampu iya bagi kepada teman-temannya. Hatinya menjerit. Ingin sekali untuk berbagi cerita namun apalah daya semuanya secret. 

Keceriaan dan canda tawa memenuhi ruangan 4x4 meter itu. Hatinya basah ketika mereka melaksanakan shalat berjamaah. Ada bulir-bulir lembut menggelinding di pipinya keetika takbir itu di kumandangkan salah seorang temannya yang menjadi imam sholat kala itu. ukhuwah yang terjalin diantara mereka begitu erat. Sangat erat, selalu terbayang dalam ingatannya ketika mereka sedang bersama-sama. Lantunan doa dalam sujud panjang selalu memohon untuk keselamatan dan kebahagiaan satu sama lain. Harapan terbesar mereka ketika suatu saat nanti akan di pertemukan kembali dalam jannah firdausNya. Amin.

Ketika air mata yang menjadi saksi kerinduan itu maka dekapan ukhuwah yang terjalin  terasa begitu  indah. Syifa  adalah sosok gadis yang tegar, kuat, ceria, energik dan percaya diri di mata teman-temannya. Dianya mampu menabur benih cinta di antara sesama. Sosok yang selalu di rindukan oleh orang-orang terdekatnya. Perkataannya selalu memberikan arti dan harapan baru. Ramah, mudah bergaul dan tidak pamrih. Kebahagiaannya terletak pada kebahagiaan oranglain. Ketika orang-orang yang di cintainya tersenyum dan menangis bahagia melihat kesuksesannya maka itulah kebahagiaan yang sesungguhnya bagi seorang gadis yang berjiwa besar itu.

Bukanlah seorang Syifa yang apabila menapaki kehidupan tanpa mimpi. Ya, ianya adalah seorang pemimpi. Di usianya yang menginjak 19 tahun itu sudah banyak mimpi-mimpinya yang tereaalisasi tentunya dengan aksi.  syifa kecil teramat sangat senang berimajinasi tentang masa depannya. Entah mengapa kala itu banyak sekali mimpi-mimpi yang bermunculan di fikirannya. Dianya juga terbiasa menuliskan mimpi-mimpi nya kedalam sebuah buku rahasia miliknya. Gadis itu dulunya sangat ambisius. Jika ia ingin menjadi juara maka ia akan memutar otak berpikir keras dan belajar lebih ekstra untuk mendapatkan nilai terbaik. Apabila keinginannya untuk menjadi juara kelas tidak tercapai misalnya. Dia akan merasa terpukul sekali. Namun sekarang ianya tidak lagi seperti itu… gadis itu semakin dewasa semakin pandai mengendalikan emosinya dan mengerem egonya, aya bukanlah gadis remaja yang ambisius lagi melainkan ianya akan selalu berupaya sekuat dan semampunya untuk melakukan yang terbaik yang ia bisa, serta mempersembahkan yang terbaik yang ia punya dalam hal kebaikan tentunya.

Keyakinan dan semangat yang kuatlah sehingga menjadikan dia sosok yang berbeda. Gadis yang memiliki telaga madu di pipinya itu memang tidak suka apabila ada yang menyama-nyamakan dia dengan orang lain. Benar, Syifa adalah sosok yang berbeda. Muhasabah dan menegemen diri telah mendarah daging dalam dirinya dengan harapan bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Ianya selalu menganggap dunia ini adalah tempatnya manusia untuk di Uji, maka dari itu kesabaran dan keikhlasan yang ia jadikan senjata ampuh meraih kemenangan.

“Nis…mala mini aku tidur disini ya..”
“Iya fa.. sudah malam juga, mari kau tidur dikamarku kebetulan Siti nginap di tempat keluarganya.”
“Alhamdulillah kalo begitu nis, aku benar-benar merindukanmu nis. Banyak hal yang inginku bagi denganmu.”
“Iya fa, aku juga rindu padamu..biasanyha ketika aku sms kamu ga pernah gab alas smsku tapi kamu sekarang ga pernah balas smsku fa. Ada apadenganmu fa?”
“Nis… aku akan ceritakan semuanya padamu mala mini, sungguh aku sudah ga mampu memendam semua ni sendiri..”

Ayifa menceritakan semua pergulatan batin yang di alaminya selama ini, hingga kepindahan kuliahnya.. ”Aku Dilema nis..Sudah lama aku memendam perasaan ini…tak mampu lidah ini berkata kepada mereka (orang tua syifa). Khawatir malah menambah kesusahan dan kerutan di dahi yang menampakkan beban berat kehidupan! Perih! Sekeping hati ini serasa hancur menjadi serpihan-serpihan luka dalam. Tersayat berdarah-darah. Tak sanggup aku melihat dan merasakan penderitaan, pengorbanan dan beban yang begitu berat dari sorot mata, bahasa tubuh hingga keluh kesahnya yang terlontar dari lisan Ayah! Sungguh mulia perjuangannya nis..aku anaknya belum membantu mringankan beban dipundaknya itu nis.. aku hanya bisa berdo’a dan memohon kepada Zat Yang Maha Kaya agar ayah bisa dimasukkan ke dalam barisan para syuhada. Sungguh nis aku mencintainya karena Allah. 

seluruh hidupnya telah ia korbankan demi anak istri dan keluarga. Jujur… aku ingin menikah! Menyempurnakan separuh agamaku! Menjaga kehormatanku! Melahirkan keturunan yang soleh-soleha..aku seharusnya sudah menikah dan menggendong buah hati! sekarang aku tak tahu apakah nanti Allah akan mengaruniaku keturunan…?! Semakin hari nis..banyak sekali berita datang ketelingaku, mengenai wanita yang sudah menikah belum juga dikaruniai seorang anak  kerena Kista! Fikirku menikah juga belum tentu! Tapi setidaknya sudah diupayakan. Ikhtiar. Yang aku tahu nis.. ketika aku melihat seorang ibu yang sedang asyik bercengkrama dengan buah hati mereka. Hatiku seolah gersang tanpa air yang menyejukkan. Sesak! Terhempas. Pecah bagai gelas yang menjelma beling-beling. Pedih! Lalu bagaimana dengan aku? Apakah kelak aku akan menimang darah dagingku sendiri? Itulah pertanyaan yang selalu memenuhi ruang di otakku yang gamang nis. Rongga dada menyempit! Tak sedikitpun celah untuk udara masuk. Hancur perasaan ini nis…batinku menjerit! Merana! Menanti adakah yang datang untuk menikahiku, lalu memberiku keturunan..tapi itu tak mudah! Bila melihat keadaan untuk aku bisa menikah dalam waktu dekat ini  sangat mustahil nis. Sama artinya aku menghancurkan harapan dan kebahagiaan yang baru saja ku turih di hati-hati kedua orangtuaku..Aku tak sanggup! Sakkiit nis..   Aku iri mendengar Ayah dan Ibuku yang kamarnya berdampingan dengan kamarku. Setiap malam ayah dijaga dan dirawat oleh ibuku nis. Kerap kali aku menjerit dalam hati. aku iri! Aku juga ingin meluapkan perasaan pada imamku di setiap malamnya! Sps dsys! Aku hanya bisa memendam semua kepahitan ini seorang diri…aku harus selalu tampak bahagia, ceria, kuat di hadapan semua orang. 

Terutama orangtuaku nis. Tak ada tempat mengadu kecuali Rabbi, Allah! Aku memohon semoga Allah menguatkan akar hatiku…dengan menulis! Aku berharap beban ini tercurahkan dan dapat mengurangi perih hatiku yang lara ini. Empat bulan therapy. Kenapa dokter ga bilang dari awal aku menikah saja! Belasan juta uang yang keluar untuk berobat. Aku tak mampu membendung luka melihat ayah terhungus, tertatih menjerit untuk mengusahakan semuanya nis… aku masuk Akbid! Berpa banyak uang yang sudah ayah usahakan dalam keadaan sakit-sakitan nis. Biarlah..aku menahan semua ini untuk membalas pengorbanan ayah. 

Meski aku tahu tak akan sanggup aku membalasnya.. TAPROS Leuprorelin acetate 3,75 mg. Hormon jenis itu yang disuntikkan kedalam rahimku nis. Dari 6 cm terakhir 4,6 cm! kista ini..belum juga menghilang nis..dokter selalu memintaku untuk menikah, hamil! Menikah??Aku mau nis, mau..!  kalau aku mengikuti ego! Aku lebih memilih tetap kuliah di STAIN, menikah dan punya anak! Tapi aku tidak boleh begitu nis.. Ayah dan keluargaku membutuhkanku! Satu tahun perkuliahan di Akbid belum boleh menikah. Aku lolos PMDK nis. 

Orang tuaku sungguh bangga! Akupun bahagia.. sekalipun terlipat diselembar hatiku rasa yang sangat pahit! Aku harus menelannya demi Ayah, Ibu, keluarga juga demi ummat nis!  Ini juga demi masa depanku kan nis..? aku yakin kepada Allah nis apapun itu pasti yang Terbaik. Kun fa yakun kan nis…” matanya bengkak berlinang air mata, begitu juga dengan Annisa yang duduk di hadapannya tak mampu membendung air matanya. Annisa hanya diam karena dia tahu dalam kondisi seperti itu syifa hanya butuh pendengar yang baik. Sejenak suara tangis mereka mengalun di keheningan malam. Keduanya saling merangkul sama lain untuk memberikan kekuatan..
***
Sebelum pulang, syifa memeberikan kado kepada annisa. “Nis..makasih banyak untuk semuanya ya..ini untukmu. Saling mendoakan ya nis.” Annisa mengkerutkan dahinya “apalagi ini fa…?” tanyanya heran. “Sudah terima saja ya nis..aku pulang dulu..Assalamu’alaikum” menyungging senyum. “Iya maksih ya, hati-hati di jalan..Wa’alaikumsalam.” annisa melambaikan tangannya.

Annisa membuka kado tersebut perlahan-lahan, ternyata syifa memberikan pass foto yang berisi gambar Annisa dan Syifa ketika MTQ. Lalu di selipkan secarik kertas yang berisikan puisi.. Sahabat …..
Sebuah kata yang memiliki makna yang sangat dalam bagiku
Sahabat….
Bukanlah kata yang terucap hanya dibibir saja
Sahabat….
Tak pernah lelah menghibur jiwa yang lara
Dia yang selalu ada dalam tangis dan tawa
Menyejukkan jiwa yang dahaga
Menebar cinta dalam sahaja
Sahabat…
Dianya yang mampu menguatkan hati yang tersakiti
Setia dalam janji suci
Sampai akhir nanti
Sahabat…
Dia datang tanpa pernah permisi
singgah direlung hati yang suci
Takkan  pernah ternodai oleh rasa benci
Sahabat…
Menabur benih cinta dengan kebersamaan
Menyatu dalam perbedaan
Saling menguatkan
Dan takkan pernah terpisahkan
Sahabat…
Bagaikan mawar yang sedang mekar
Menebarkan harum semerbak yang segar
Pada jiwa-jiwa yang tegar
Sahabat…
Bukanlah dia yang selalu dekat raganya
Bukan juga dia yang bersama untuk hura-hura
Namun sahabat…
Adalah dia yang selalu ada dalam suka dan duka
Dan….
Selalu dekat meskipun jarak memisahkannya



Konflik
Sudah empat hari syakila azzahra demam panas. Dare sudah memberinya penurun panas tradisional daun sirih yang di tumbuk dan kopreskan hingga obat warung juga belum turun-turun panasnya, malah semakin tinggi.
“Mak…mak.. Adek muntah-muntah” hakim berteriak memanggil ibunya yang sedang melayani pelanggan di warung. “Ibu..ibu ma’af ya saya harus masuk ke dalam. Syakila sudah hamper satu minggu demam panas ga turun-turun.” Wajahnya cemas, dengan terburu-buru ia masuk ke rumah. “Ya Allah syakila..kenapa kamu nak..” ternyata-ibu-ibu yang di warung tadi ikut masuk melihat keadaan anak bungsu dare ningsih. “Bu, bagaimana kalau kita bawa ke rumah sakit saja, ini sudah parah sekali bu. Biar saya yang antar pakai motor.” Tukas bu Herni yang merupakan Ibu dari teman Annisa, Sisi.

                Sesampainya di rumah sakit Syakila langsung di bawa ke ruang IGD, hasil pemeriksaan syakila dinyatakan terkena Demam Berdarah. Dokter menyarankan supaya syakila dirawat inap untuk sementara waktu hingga keadaannya membaik. “Hakim, tolong jangan kau kasih tahu keadaan ini sama kaklong ya nak, mak khawatir malah akan menambah bebannya di sana.” Pinta Dare kepada Hakim. “Iya mak..” patuhnya.

                Sejak hari itu dare hanya menjaga anaknya syakila. Warungnya tutup untuk sementara waktu. Sedangkan hakim harus pulang pergi ke sekolah dari rumah sakit dengan sepeda milik annisa dulu. Untungnya Bu Herni, tetangga Mamat beserta Ibunya yang selalu setia menjenguk ketika di rumah sakit, terkadang membawakan sarapan untuk Dare.

Berita masuknya anak Dare Ningsih ke rumah sakit sampai ketelinga rentenir kaya yang selama ini selalu datang untuk menawarkan pinjaman uang kepadanya. Memang setahun terakhir dare tidak pernah tergugah untuk meminjam uang pada rentenir itu. “Ini adalah momen yang pas untuk menawarkan pinjaman kepada Dare. Aku harus kerumah sakit dan membujuknya untuk meminjam uang padaku.” Gumam rentenir yang terkenal suka memaksa penduduk setempat untuk meminjam uang padanya dengan bunga yang tidak sedikit.
***

Kamar petak dengan satu kamar mandi yang di huni oleh 4 orang pasien itu tampak ramai. Syakila terbaring di atas tempat tidur. Disampingnya berdiri tiang infus. Tangannya masih di balut plaster untuk menahan jarum infuse yang di tusukkan di tangan kanannya. Dare menatap lekat wajah putrid bungsunya itu. “Hakim.. sudah seminggu kita di sini. Belum juga adikmu membaik.”
“Mak..yang sabar ya..apa perlu kita kabari along mak?”
“Jangan nak, mak ndak mau nanti malah menyusahkannya.”
“Mak.. Persiapan uang kita ga banyak. Untuk biaya rumah sakit saja belum tentu cukup.”
“Tenang ya nak..mudah-mudahan cukup..makan saja harus kita irit lagi ya nak. Yang penting syakila sembuh.”
“Iya mak..”
“Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam..oh kamu Mar.”
“Iya ngah, gimana keadaan syakila?”
“Begitulah mar belum juga membaik keada’annya.”
Percakapan malam itu berlanjut. Sampai pada akhirnya Marni berhasil menghutangi Dare dengan jumlah uang sebesar lima jutas


***
Annisa pulang larut malam kali ini. Karena sepulang dari mengajar ada temannya yang minta di jemput. Annisa harus mengantar temannya terlebih dulu. Enatah kenapa malam itu  annisa pulang melewati jalan pintas yang sepi itu. padahal biasanya dia melewati fakultas pertanian. Betapa kagetnya ia melihat seorang pemuda yang sudah babak belur terdampar merintih di pinggir jalan yang dilewatinya. Jalanan sepi. Dia bingung harus bagaimana. Keadaan laki-laki itu sudah sangat kritis dengan pisau tertancap di perutnya. Tanpa fikir panjang annisa menstandarkan sepeda motornya, memapah laki-laki itu dan membawanya kerumah sakit terdekat. Annisa tidak memungkinkan untuk pulang dalam kondisi seperti itu. Tidak  ada identitas apapun untuk mengenali siapa pemuda yang telah ditolongnya. Baju annisa berlumuran darah.



1 komentar: