“Siapa
yang bisa mengerjakan ini, ayo maju…atau ---”
Suara
yang sangat aku kenal itu perlahan memudar. Jauh, sangat jauh. Menghilang.
Aku
tak mampu lagi masuk dalam adonan suasana kelas saat itu. Entah mengapa… aku
pun tak mengerti. Aku seolah diseret paksa kealam yang jauh di belakangku.
Seringkali, bahkan setiap kali forum itu. Rongga dadaku terhimpit, Seakan tak
mengizinkan O2 masuk sedikitpun untuk mensuirkulasi. Saraf impulsku tak
bergeming. panas. Ngilu sekali. Kepalaku seakan membesar,rangsangan dari
pembuluh darah semakin menjadi-jadi. “Aaaaah, astaghfirullah….”
Tubuhku
gemetar hebat, aku berusaha mengimpitkan kedua kaki ke tangga kursi. Kudekap erat
tubuh ini. menggenggam dan mengatupkan kedua tangan. Memaksa menyembunyikan
wajah. Energi itu pudar. Sekujur tubuhku serasa tergigit-gigit. Sangat ngilu. Kedua
tanganku dingin, kakiku juga. Detak jantungku semakin cepat,sangat cepat seakan
izin berhenti bertasbih dalam sistemnya. “ooh, Astghfirullah..” kata itu yang selalu
menghiasi bibir ini. Berharap…Sang Pemilik Jiwa merangkul dengan belas kasih.
“Allah…..”
aku merintih menahan rasa sakit yang menjalar. Akhirnya..
Tes!
Setitik bulir jernih jatuh di atas meja putih. “Allah…Ya Rabb…Astghfirullah”
Sekuat
tenaga aku melawan semua itu, aku tidak mau menumpahkannya di hadapan makhluk. Perlahan
tapi pasti, aku mengumpulkan bias cahaya yang memudar, mengembalikan seluruh
energiku. Menerobos dengan paksa untuk masuk ke dalam ruang dan waktu yang
sesungguhnya.
Ruang
dimana aku sedang berada, waktu ketika aku harus menimba ilmu pengetahuan. Aku
berhasil! Aku bisa bernafas lega meski bibir ini terus melafaskan istghfar… duhai
jiwaku…aku mohon kembalilah…kembalilah denganku mengikhlaskan keadaan ini.
Alhamdulillah, Aku masih mampu tersenyum… memperhatikan dan menyimak kalimat
terakhir ini.
“Sebelum
saya tutup, terimakasih atas perhatiannya Assalamu’alaykum wr.wb. Selamat siang.”
Hari
itu, adalah puncak dimana aku harus memendam dan menutup rapat seluruh jiwaku
yang tertinggal. Selama ini aku terus berjuang untuk tetap tegar dideru ombak
ujian-Nya yang bertubi-tubi. Satu hal yang menguatkanku. Allah said that He is
always be there. Ya, Allah akan selalu ada. Memang, Dia yang 24 jam kepadaku. Dia
yang selalu ada ketika yang lain pergi, bahkan saat dimana seorangpun tak mau
berpihak kepadaku. Dialah Dzat Yang menghidupkan dan mematikan. Yang Maha
Rahman dan Rahim. Rabb yang hati kita dalam genggaman-Nya. Dia yang memberikan
ujian, kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Sebagai bukti cinta-Nya…
Diajarinya kita dengan berbagai persoalan. Disadarkan kembali bahwa tiada
kekuatan melainkan dari-Nya semata.
Sembilan
bulan lamanya aku juga orangtua berusaha maksimal untuk keselamatanku.
Keselamatan dunia dan akhiratku. Semua penuh onak dan duri, Alhamdulillah semua
terlampaui dengan sangat khidmat, meski harus menempuh proses yang sangat
panjang. Allah bilang dalam surat cintanya “Sesungguhnya setelah kesulitan itu
ada kemudahan” dua kali Allah mengulang kalimat tersebut untuk meyakinkan
hamba-hamba-Nya, bahwa Dia sedang mengajariku juga keluarga dengan cara yang
dikehendaki-Nya. Ya, seorang mukmin memang tidak pantas menyebut dirinya
beriman sebelum ia mendapatkan ujian dari Sang Sutradara Kehidupan. Keimanan
itu..bukan hanya dibibir saja. Keimanan itu..tak sekedar ucapan. Melainkan seberapa
yakin kita terhadap kebesaran-Nya.
Malam
itu... 31 januari tepatnya, aku mendengar suara yang lembut untuk pertama
kalinya. “Assalamu’alaykum…” betapa senangnya aku ternyata dia juga seorang
muslimah. Dia menjawab salamku dengan sangat baik. Lengkap. Menurut sumber yang
aku dapat dia sosok wanita cerdas terbukti dari tulisan antologi cerpennya yang
pernah diterbitkan. Idolanya Djenar Maesa Ayu, William Kumbawa, Dewi Lestari.
Nama-nama itu sangat asing bagiku. Belum pernah kudengar sebelumnya. Percakapan
malam itu sangat bermakna. Dalam, sangat dalam. Kami, aku dan dia yang belum
pernah bertemu. Aku merasa menemukan teman lama yang telah lama menghilang,
kembali hadir mengusap lembut hatiku yang lara.
“Kak…adek
sungguh mencintaimu karena Allah, sungguh mencintaimu karena Allah kak…”
kalimat yang kerapkali kulontarkan kepada saudari seiman yang lebih dulu aku
temukan. Mereka yang telah mewarnai kehidupanku. Juga aku lontarkan padanya. Seluruh
jiwa dan ragaku mengharuskan bahkan memaksaku untuk memecahkan Kristal pergulatan
batin ini. Aku ceritakan semuanya, tanpa ada cekatan di leher. Seperti yang
terjadi ketika aku dan sahabatku mencoba untuk mendapatkan titik temu
permasalahan ini.
“Mba
bukannya ga bisa cerita dek, tapi mba ga bisa. Ga mau keluar. Tertahan. Ingin rasanya
mba meluapkan padamu… ini benar-benar di luar kuasa mba dek.”
“Iya
mba..dek ngerti ko..mba yang kuat ya.” Aku memang tipekal orang yang sangat
terbuka. Tapi ada hal tertentu yang aku juga tidak bisa mengutarakannya kepada
orang yang dalam konterks ini tidak senasib dan sepenangggungan. Artinya dia
yang mengerti dan mampu masuk ke dalam permasalahanku minimal memahami dan
mendamaikan serta mengarahkan.
Aku
dapatkan nomor telpon wanita yang hatinya sangat tertata itu dari temannya yang
aku kenal. Tepat! Aku dapat chemistry-nya! Kami berbincang hingga larut malam. Saling
bercerita dan memotivasi. “Menulis itu hiburan dek. Jadi jangan sampai kamu
menyakiti dirimu sendiri. Untuk masalahmu itu, cobalah berjabat dengan takdir. Aku
yakin kamu bisa. Setiap penulis punya kiblatnya masing-masing. Aku juga dengan
sahabatku berbeda.aku lebih ke arah barat. Aku suka baca novel terjemahan. Sahabatku
itu lebih kearah kebaikan dan tidak mau mencampur adukkan anatara kebaikan dan
kejahatan. Kita bebas menentukan mana yang ingin kita tulis. Kita sama-sama
pemula jadi tingkatkanlah kemampuan menulis kita, masalah komersil itu
belakangan. Ketika kita mampu dan mempunyai karakter dalam tulisan dan arah
kiblat kita jelas,konsisten. Maka tidak ada yang sulit dek.”
Menurut
pemaparannya…aku tahu dia sosok yang cerdas dan bijak. Meski dia juga mengakui “Aku
kadang bijak kadang ambruk, yah tapi itulah aku.” Dia banyak sekali bercerita
tentang apa yang belakangan ini dia alami. Sehingga aku dapat meraba dan
mengatakan padanya “Ia meskipun diluarnya ancur menurut kakak tapi dalamnya
sangat tertata menurut adek.” Dulunya dia tidak berjilbab hingga pada suatu
episode kehidupannnya dia akhirnya memutuskan utk berjilbab, sampai saat ini. Meskipun
dia menyadari masih sangat ambruk style yang dikenakannya.
“
Persis!” sepakatnya. “Sehancur-hancurnya aku dek, aku tidak pernah membelakangi
Tuhan. Meskipun aku sering melakukan dosa. Aku tidak pernah meninggalkan
sholat. Terkadang manusia melihat itu Cuma dari luarnya saja. don't judge a book from the cover
” Panjang sekali kami sharing masalah pribadi satu sama lain.sehingga kami, aku
dan dia semakin dekat. Tapi disini fokus kami tetap pada masalahku. Menulis,
yang selalu merong-rong jiwaku. Seolah memaksaku untuk menyisakan waktu menuangkan
semua imajinasi dan seluruh ide yang berserakan di benak juga pikiranku. Di smaping
aku harus focus kuliah. Aku kuliah dari 07.30- 17.10 wib senin-sabtu. Malam belajar
dan mengerjakan tugas. Aku juga sedang berusaha untuk menghapal Al-Qur’an untuk
persembahan kepada kedua orangtuaku di akhirat kelak. Mahkota karamah yang
tidak ada duanya dengan penghargaan di dunia!
Sejujurnya
aku tahu apa yang aku harus lakukan dalam permasalahanku. Aku selalu berserah
diri kepada Dzat Yang Menghidupkan dan Mematikan. Dia Yang Maha Mengetahui
segala isi hati. Aku butuh sosok yang mampu memberiku pandangan dalam hal ini,
menulis. Memahami dan memaknai hakikat menulis itu sendiri serta menyikapinya. Setiap
sa’at dalam sujud aku memohon petunjuk-Nya. Aku tidak mau gegabah dan
tergesa-gesa. Aku mau semuanya terarah dan bermakna, tidak sia-sia. Yang paling
sulit itu..mengarahkan, menata hati ini supaya tidak liar dan tidak sabaran.
Yup,
dia wanita yang cerdas menurutku. Kecerdasannya terbukti bahwa dia peraih
sarjana paling muda seangkatannya dan tercepat. Supel. Asyiklah. Dia merekomendasikan
berbagai buku padaku salah satunya karya Khaled Hosaeni, The Kite Runner dan
Thousand Splendid Suns ( menceritakan perjuangan seorang wanita yang bernama Layla di Afganistan).
“Kak..adek
mau kasih kak kado. Kak dengerin ya.. baru adek hapal 2 hari ini.” Aku
melantunka surah arrahman. Aku sangat suka surah itu. aku pernah membaca
artikel islami katanya surah arrahman itu pengantinnya al-qur’an.
“Makasih
dek, kakak suka kadonya.” Dia meneteskan air mata…
“Sungguh
aku mencintaimu karena Allah kak…nanti kita ketemuan ya kak kalau ada
kesempatan”
sungguh begitu indah ukhuwah yang terjalin dan mengharap ridho-Nya. seperti yang telah Allah katakan dalam surah Al-Hujurat ayat 10 "Sesungguhnya mukmin itu bersaudara". dan didipertegas lagi dalam hadis riwayat Bukhari " Tidak beriman seorang muslim itu hingga dia mencintai saudaranya sepertimana dia mencintai dirinya sendiri."
Yup, Menulis itu hiburan.
So, don't overworked and under pressure.
Serious but still fun. ^_^
Modalnya...
Ketekunan, kesabaran dan konsisten :)
Belajar adalah Nafasku, coz i'm a student!
Beribadah adalah Rohku
Berdakwah adalah Darahku
Menulis....panggilan jiwaku.
dan...
Kembali kutuliskan mimpi-mimpiku. Fighting!!! :D
"Seseorang dengan tujuan yang jelas, akan membuat kemajuan walaupun melewati jalan yang sulit. seseorang yang tanpa tujuan tidak akan membuat kemajuan, walaupun ia berada di jalan yang mulus."(Thomas Charlyle)
Jangan pernah takut bermimpi sobat!!
Kenyataan hari ini adalah mimpi dihari kemarin, dan mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari. bukankah semua berawal dari mimpi...? ^_^
AKU ADALAH SEORANG PEMIMPI!!! BUKAN MIMPI TANPA MENIFESTASI TAPI MIMPI YANG HARUS DIREALISASI DENGAN AKSI!!!
ALLAHUAKBAR ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar