Selasa, 05 Februari 2013

Chemistry!



“Siapa yang bisa mengerjakan ini, ayo maju…atau ---”
Suara yang sangat aku kenal itu perlahan memudar. Jauh, sangat jauh. Menghilang.                                      
Aku tak mampu lagi masuk dalam adonan suasana kelas saat itu. Entah mengapa… aku pun tak mengerti. Aku seolah diseret paksa kealam yang jauh di belakangku. Seringkali, bahkan setiap kali forum itu. Rongga dadaku terhimpit, Seakan tak mengizinkan O2 masuk sedikitpun untuk mensuirkulasi. Saraf impulsku tak bergeming. panas. Ngilu sekali. Kepalaku seakan membesar,rangsangan dari pembuluh darah semakin menjadi-jadi. “Aaaaah, astaghfirullah….”


Tubuhku gemetar hebat, aku berusaha mengimpitkan kedua kaki ke tangga kursi. Kudekap erat tubuh ini. menggenggam dan mengatupkan kedua tangan. Memaksa menyembunyikan wajah. Energi itu pudar. Sekujur tubuhku serasa tergigit-gigit. Sangat ngilu. Kedua tanganku dingin, kakiku juga. Detak jantungku semakin cepat,sangat cepat seakan izin berhenti bertasbih dalam sistemnya. “ooh, Astghfirullah..” kata itu yang selalu menghiasi bibir ini. Berharap…Sang Pemilik Jiwa merangkul dengan belas kasih.

“Allah…..” aku merintih menahan rasa sakit yang menjalar. Akhirnya..
Tes! Setitik bulir jernih jatuh di atas meja putih. “Allah…Ya Rabb…Astghfirullah”
Sekuat tenaga aku melawan semua itu, aku tidak mau menumpahkannya di hadapan makhluk. Perlahan tapi pasti, aku mengumpulkan bias cahaya yang memudar, mengembalikan seluruh energiku. Menerobos dengan paksa untuk masuk ke dalam ruang dan waktu yang sesungguhnya.

Ruang dimana aku sedang berada, waktu ketika aku harus menimba ilmu pengetahuan. Aku berhasil! Aku bisa bernafas lega meski bibir ini terus melafaskan istghfar… duhai jiwaku…aku mohon kembalilah…kembalilah denganku mengikhlaskan keadaan ini. Alhamdulillah, Aku masih mampu tersenyum… memperhatikan dan menyimak kalimat terakhir ini.
“Sebelum saya tutup, terimakasih atas perhatiannya Assalamu’alaykum wr.wb.  Selamat siang.”

Hari itu, adalah puncak dimana aku harus memendam dan menutup rapat seluruh jiwaku yang tertinggal. Selama ini aku terus berjuang untuk tetap tegar dideru ombak ujian-Nya yang bertubi-tubi. Satu hal yang menguatkanku. Allah said that He is always be there. Ya, Allah akan selalu ada. Memang, Dia yang 24 jam kepadaku. Dia yang selalu ada ketika yang lain pergi, bahkan saat dimana seorangpun tak mau berpihak kepadaku. Dialah Dzat Yang menghidupkan dan mematikan. Yang Maha Rahman dan Rahim. Rabb yang hati kita dalam genggaman-Nya. Dia yang memberikan ujian, kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Sebagai bukti cinta-Nya… Diajarinya kita dengan berbagai persoalan. Disadarkan kembali bahwa tiada kekuatan melainkan dari-Nya semata.

Sembilan bulan lamanya aku juga orangtua berusaha maksimal untuk keselamatanku. Keselamatan dunia dan akhiratku. Semua penuh onak dan duri, Alhamdulillah semua terlampaui dengan sangat khidmat, meski harus menempuh proses yang sangat panjang. Allah bilang dalam surat cintanya “Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan” dua kali Allah mengulang kalimat tersebut untuk meyakinkan hamba-hamba-Nya, bahwa Dia sedang mengajariku juga keluarga dengan cara yang dikehendaki-Nya. Ya, seorang mukmin memang tidak pantas menyebut dirinya beriman sebelum ia mendapatkan ujian dari Sang Sutradara Kehidupan. Keimanan itu..bukan hanya dibibir saja. Keimanan itu..tak sekedar ucapan. Melainkan seberapa yakin kita terhadap kebesaran-Nya.

Malam itu... 31 januari tepatnya, aku mendengar suara yang lembut untuk pertama kalinya. “Assalamu’alaykum…” betapa senangnya aku ternyata dia juga seorang muslimah. Dia menjawab salamku dengan sangat baik. Lengkap. Menurut sumber yang aku dapat dia sosok wanita cerdas terbukti dari tulisan antologi cerpennya yang pernah diterbitkan. Idolanya Djenar Maesa Ayu, William Kumbawa, Dewi Lestari. Nama-nama itu sangat asing bagiku. Belum pernah kudengar sebelumnya. Percakapan malam itu sangat bermakna. Dalam, sangat dalam. Kami, aku dan dia yang belum pernah bertemu. Aku merasa menemukan teman lama yang telah lama menghilang, kembali hadir mengusap lembut hatiku yang lara.
“Kak…adek sungguh mencintaimu karena Allah, sungguh mencintaimu karena Allah kak…” kalimat yang kerapkali kulontarkan kepada saudari seiman yang lebih dulu aku temukan. Mereka yang telah mewarnai kehidupanku. Juga aku lontarkan padanya. Seluruh jiwa dan ragaku mengharuskan bahkan memaksaku untuk memecahkan Kristal pergulatan batin ini. Aku ceritakan semuanya, tanpa ada cekatan di leher. Seperti yang terjadi ketika aku dan sahabatku mencoba untuk mendapatkan titik temu permasalahan ini.

“Mba bukannya ga bisa cerita dek, tapi mba ga bisa. Ga mau keluar. Tertahan. Ingin rasanya mba meluapkan padamu… ini benar-benar di luar kuasa mba dek.”
“Iya mba..dek ngerti ko..mba yang kuat ya.” Aku memang tipekal orang yang sangat terbuka. Tapi ada hal tertentu yang aku juga tidak bisa mengutarakannya kepada orang yang dalam konterks ini tidak senasib dan sepenangggungan. Artinya dia yang mengerti dan mampu masuk ke dalam permasalahanku minimal memahami dan mendamaikan serta mengarahkan.

Aku dapatkan nomor telpon wanita yang hatinya sangat tertata itu dari temannya yang aku kenal. Tepat! Aku dapat chemistry-nya! Kami berbincang hingga larut malam. Saling bercerita dan memotivasi. “Menulis itu hiburan dek. Jadi jangan sampai kamu menyakiti dirimu sendiri. Untuk masalahmu itu, cobalah berjabat dengan takdir. Aku yakin kamu bisa. Setiap penulis punya kiblatnya masing-masing. Aku juga dengan sahabatku berbeda.aku lebih ke arah barat. Aku suka baca novel terjemahan. Sahabatku itu lebih kearah kebaikan dan tidak mau mencampur adukkan anatara kebaikan dan kejahatan. Kita bebas menentukan mana yang ingin kita tulis. Kita sama-sama pemula jadi tingkatkanlah kemampuan menulis kita, masalah komersil itu belakangan. Ketika kita mampu dan mempunyai karakter dalam tulisan dan arah kiblat kita jelas,konsisten. Maka tidak ada yang sulit dek.”

Menurut pemaparannya…aku tahu dia sosok yang cerdas dan bijak. Meski dia juga mengakui “Aku kadang bijak kadang ambruk, yah tapi itulah aku.” Dia banyak sekali bercerita tentang apa yang belakangan ini dia alami. Sehingga aku dapat meraba dan mengatakan padanya “Ia meskipun diluarnya ancur menurut kakak tapi dalamnya sangat tertata menurut adek.” Dulunya dia tidak berjilbab hingga pada suatu episode kehidupannnya dia akhirnya memutuskan utk berjilbab, sampai saat ini. Meskipun dia menyadari masih sangat ambruk style yang dikenakannya.

“ Persis!” sepakatnya. “Sehancur-hancurnya aku dek, aku tidak pernah membelakangi Tuhan. Meskipun aku sering melakukan dosa. Aku tidak pernah meninggalkan sholat. Terkadang manusia melihat itu Cuma dari luarnya saja. don't judge a book from the cover ” Panjang sekali kami sharing masalah pribadi satu sama lain.sehingga kami, aku dan dia semakin dekat. Tapi disini fokus kami tetap pada masalahku. Menulis, yang selalu merong-rong jiwaku. Seolah memaksaku untuk menyisakan waktu menuangkan semua imajinasi dan seluruh ide yang berserakan di benak juga pikiranku. Di smaping aku harus focus kuliah. Aku kuliah dari 07.30- 17.10 wib senin-sabtu. Malam belajar dan mengerjakan tugas. Aku juga sedang berusaha untuk menghapal Al-Qur’an untuk persembahan kepada kedua orangtuaku di akhirat kelak. Mahkota karamah yang tidak ada duanya dengan penghargaan di dunia!
Sejujurnya aku tahu apa yang aku harus lakukan dalam permasalahanku. Aku selalu berserah diri kepada Dzat Yang Menghidupkan dan Mematikan. Dia Yang Maha Mengetahui segala isi hati. Aku butuh sosok yang mampu memberiku pandangan dalam hal ini, menulis. Memahami dan memaknai hakikat menulis itu sendiri serta menyikapinya. Setiap sa’at dalam sujud aku memohon petunjuk-Nya. Aku tidak mau gegabah dan tergesa-gesa. Aku mau semuanya terarah dan bermakna, tidak sia-sia. Yang paling sulit itu..mengarahkan, menata hati ini supaya tidak liar dan tidak sabaran.

Yup, dia wanita yang cerdas menurutku. Kecerdasannya terbukti bahwa dia peraih sarjana paling muda seangkatannya dan tercepat. Supel. Asyiklah. Dia merekomendasikan berbagai buku padaku salah satunya karya Khaled Hosaeni, The Kite Runner dan Thousand Splendid Suns ( menceritakan perjuangan seorang wanita yang bernama Layla di Afganistan).

“Kak..adek mau kasih kak kado. Kak dengerin ya.. baru adek hapal 2 hari ini.” Aku melantunka surah arrahman. Aku sangat suka surah itu. aku pernah membaca artikel islami katanya surah arrahman itu pengantinnya al-qur’an.
“Makasih dek, kakak suka kadonya.” Dia meneteskan air mata…
“Sungguh aku mencintaimu karena Allah kak…nanti kita ketemuan ya kak kalau ada kesempatan”
 sungguh begitu indah ukhuwah yang terjalin dan mengharap ridho-Nya. seperti yang telah Allah katakan dalam surah Al-Hujurat ayat 10 "Sesungguhnya mukmin itu bersaudara". dan didipertegas lagi dalam hadis riwayat Bukhari " Tidak beriman seorang muslim itu hingga dia mencintai saudaranya sepertimana dia mencintai dirinya sendiri."

Yup, Menulis itu hiburan. 
So, don't overworked and under pressure.
 Serious but still fun. ^_^
Modalnya...
Ketekunan, kesabaran dan konsisten :)
Belajar adalah Nafasku, coz i'm a student!
Beribadah adalah Rohku
Berdakwah adalah Darahku
Menulis....panggilan jiwaku.
dan...
Kembali kutuliskan mimpi-mimpiku. Fighting!!! :D

"Seseorang dengan tujuan yang jelas, akan membuat kemajuan walaupun melewati jalan yang sulit. seseorang yang tanpa tujuan tidak akan membuat kemajuan, walaupun ia berada di jalan yang mulus."(Thomas Charlyle)

Jangan pernah takut bermimpi sobat!!
Kenyataan hari ini adalah mimpi dihari kemarin, dan mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari. bukankah semua berawal dari mimpi...? ^_^
AKU ADALAH SEORANG PEMIMPI!!! BUKAN MIMPI TANPA MENIFESTASI TAPI MIMPI YANG HARUS DIREALISASI DENGAN AKSI!!! 

ALLAHUAKBAR ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar