Aku
bahkan tak mengenalmu sama sekali kala itu. kau hadir menyapaku, bahkan
mengikutiku. Waktu matahari sepenggalah naik menjadi saksi bisu jejak kita. Kau
mendekatiku, masih dengan mushaf ungu
kesayanganku. Aku lupa surah apa yang sedangku baca saat itu. kau
membenarkan bacaanku yang kurang fasih. Dengan senang hati aku memintamu untuk
tetap menyimak dan membenarkan bacaanku.
Hari
ini aku mencoba mengingat semua tentang kita, Aku dan kamu. Karena aku sangat
merindukanmu!
Siang
itu, perkuliahan telah usai. Kita shalat berjamaah di mesjid kampus. Rumah
Allah yang telah menyatukan hati kita. “Kamu kenapa han?” kau tampak cemas
melihat keadaanku yang merintih menahan sakit. “Maag hani kambuh sus. Kepala
hani juga pusing sekali.”
“Wajahmu
pucat sekali han, kamu mau susi belikan makan?” sungguh kau begitu perhatian
denganku. Aku bersyukur Allah telah mengirimmu, menolongku.
Suasana
kelas gaduh. Betapa tidak, setiap mata kuliah yang dua kali pertemuan seminggu
itu telah membuat panik seluruh mahasiswa bimbingan konseling islam. Kami harus
membawa karya setiap kali pertemuan. Sangat berat bagi teman-temanku termasuk
dirimu kak, untuk menulis. “Kalau yang seperti ini sudah bisa menghasilkan uang
sendiri.” Pengampu bahasa Indonesia memegang kertas yang berisi tulisanku
sebanyak 4 lembar kertas A4.
Hei,
kau ingat ketika siang yang sendu itu membuat perutku lapar karena tak sempat
sarapan pagi?. “Sus, ada kegiatan lagi gak?” tanyaku diparkiran depan kelas. “Gak
ada han,kenapa?” Kau tersenyum padaku diatas miomu itu. “Yok, temankan hani
makan.”
“Boleh,
dimana?”
“Dimana
aja, biasanya susi makan dimana?”
“Kalau
kantin depan gimana?”
“Ayok”
Tempat
makan yang berada diluar kampus itu tampak ramai dikunjungi pelanggan. Seingatku,
kamu pesan menu bakwaan dikuahin. Hei aku belum pernah makan bakwaan dikuahin. “Iya
aku mau coba.” Sahutku semangat. “O ya Han, jujur susi kagum sama hani. Kok bisa
nulis sebanyak itu?” hatiku berdecak tahu gak? Tapi aku sembunyikan. Aku hanya
menjawab dengan senyum mengembang. “Han, sebenarnya susi mau minta diajarkan
nulis sama hani?” heih! Hatiku basah tahu gak sih. Hmmm lagi-lagi aku menjawab
dengan senyum sambil melahap bakwan kuah yang laziiz. :D
“Sebenarnya
sus…bentar dulu. Umur susi berapa?lahiran tahun berapa?”
“19
tahun. 1992 han. Hani?”
“Nah…hani
panggil susi kakak ya. Hani lahiran 1993.”
“Boleeh”
“Oke,
gini kak…kemarin itu hani iseng-iseng nulis karena jemu di kamar terus. Belum masuk
kuliah jugakan, jadi masih banyak waktu senggang. Hani duduk di depan notebook
4 jam selesai.” Aku tersenyum bangga lho. Hehe tapi tetap aja… aku merasa tidak
ada apa-apanya. Baru menulis segitu saja udah mau sombong. Na’udzubillah
“Oh
ya kak, mau ikut ke kos gak?”
“Boleh
han, dimana?”
“Ayo
ikut sajaa.”
Hmmm
aku masih ingat jelas aroma kesejukan dihari itu . Hiruk pikuk ibu kota
menyadarkanku bahwa aku tidak sedang bermimpi!. Kita beriringan dengan motor
masing-masing. Aku bawa kamu lewat jalan kecil yang menyegarkaan. Jalan kehutanan
untan J
aku suka sekali melintasi jalan nan sejuk itu. masih banyak pohon. “Adek lewat
sini setiap hari lho.” Kau melempar senyum sumringah. Manis sekali.
Tampak
di samping kiri kanan jalan berjejer rumah makan, warung sembako dan ruko-ruko
yang berdiri tegap. Banyak mahasiswa yang hilir mudik. Ada yang masih
mengenakan almamater, ada juga yang nongkrong di warung sambil
berbincang-bincang. Sesekali aku dan kamu beradu pandang, saling melempar
senyum. Gang. Mawar tepatnya di kos akasia kamar A3. Itulah kamar petak
tempatku berteduh. Sederhana. Teras luar biasa tempat aku dan teman-teman kos
memarkirkan mtor disiang hari. Pojok kanan tempat mencuci pakaian dan peralatan
dapur. Biasanya air di kamar mandi dan wastapel tidak mengalir. Jadi anak kos
akasia harus berkemul dipojok teras. Tampak dari luar, kamar yang saling
berhadapan. Ada 11 kamar. Kamar paling ujung berhadapan dengan dapur. Selasar yang
berukuran setengah meter cukup untuk memarkir motor malam hari. Kamar mandi dan
2 wc yang harus membuat kami bangun pagi anti mandi. Suka duka bersama penghuni
kos akasia J
“Nah
ini lah sus tempat aku melepas lelah, silahkan masuk. Duduklah di tempat tidur
itu.” yah, kamarku seperti yang kamu lihat. Selalu dalam keadaan rapi ya kan? Hayo
ngaku gak! Aku tahu kamu pasti merindukan nuansa kamarku, kamar kita! “Kamar ni
kalau lagi rapi ya rapi emang kak, adek ga betah kalau berantakan. Apa boleh
buat kalau memang lagi gak sempat.” Kamu juga tahukan kalo kamar yang di huni
oleh Bunga (nama panggilanku) itudalam keadaan berantakkan. Memaksa jemarimu
bermain ikut mengemasnya. Terutama musim penghujan yang memaksa menjemur di
atas tirai jendela. Itulah awal pertama kedekatan kita…
Masih
ingatkah ketika kita duduk bersama di selasar mesjid. “Kakak belum bisa seperti
kakak-kakak akhwat itu. berjilbab rapi pakaian longgar, kaos kaki. Engkel tangan.
Sangat tertutup indah sekali. Ingin sekali.” Kamu malah ngomongin sekumpulan
akhwat itu, gak sadar ya yang disamping kamu juga akhwat.hehe aku paham…sampai akhirnya
kamu memintaku mengajirimu menggunakan jilbab paris dua lapis itu. “Neng
ajarkan kakak pake jilbab dua lapis ya.”
“Oke
sip, datang aja ya ke kos.”
Ya,
hari itu aku bahagia sekali, dulunya aku yang dengan agresif minta diajarkan
sama mba muyas. Sekarang aku yang mengajarkan/ berbagi ilmu denganmu. Nikmat
Allah yang sangaat indah. Ukhuwah Islamiyah!
Ingatkah
kamu ketika aku mengajakmu untuk ikut LDK(Lembaga Dakwah Kampus)? Ingatkah saat
itu kita berjuang bersama untuk hadir dalam agenda DGR( Daurah Genersi Rabbani)
gelombang 1, langkah awal menjadi kader/anggota LDK. Saat itu bertepatan dengan
malam minggu bulan pertama kita matrikulasi sebagai mahasiswa baru.? Ingatkah kita
harus mengulang ikut di DGR gelombang 2 untuk mengesahkan ke anggotaan kita? Ingatkah
ketika bersama berjalan ke mesjid untuk shalat duha setiap harinya? Ingatkah dikamar
petak milikku kita shalat berjama’ah? Ingatkah ketika kita bertempur dalam 1
group Lomba Bahasa? Aku dapat Harapan 1 story teling. Kamu Juara pertama Speech
contes! Luar biasa sobat! Dan kita juara 3 debate. Ingatkah ketika kita makan
sepiring berdua? Ingatkah ketika IP kita 4? Ingatkah ketika kita menangis
bersama di hari perpisahan malam itu…
Aku
mencintaimu karena Allah! Masih ingatkah kamu dengan peresmian persahabatan
kita diatas motor,,,? “Kak, mau gak jadi sahabat kedua adek..? yang pertama ada
di Sekura.”
Sungguh
aku mencintaimu karena Allah Susanti!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar