Kisah Si Pembeli Kopiah
Oleh:
Nurhani Gusrini
"Ana udah pegang kopiah yang sangat ana inginkan. sesuai dengan
kriteria ana, sangat indah menurut ana. Tapi, ana belum tahu kapan ana bisa
membeli dan memiliki kopiah itu. pada saat yang bersamaan datang seorang
laki-laki yang sangat ana kenal dan ana percaya. Laki-laki itu menawarkan
kopiah yang ana bisa beli saat itu juga. Kopiahnya tidak dibawa, karena masih
tersimpan rapi dalam kotaknya. Ana belum tahu bagaimana bentuknya, apa sebagus
kopiah yang sedang ana pegang ini atau bahkan lebih bagus atau lebih sederhana.
"
Seorang pemuda yang terkenal dengan
kecerdasannya, kaya akan ilmu pengetahuan. seorang aktivis yang sangat dikagumi
banyak pemudi di kalangannya bahkan semua staff dan kader di daerah sangat
mengenal sosoknya. Empati, ringan tangan, lembut dan sangat supel. Kuliahnya
tak kunjung selesai karena harus banting tulang memeras keringat demi
menyambung hidup. kesungguhannya untuk merubah nasib tidak diragukan lagi.
Suatu ketika pemuda berkulit hitam manis yang hatinya masih terkunci, merasakan
sesuatu yang dulu pernah dirasakannya sebelum “hijrah”. Hatinya bergetar hebat
dihadapkan dengan kenyataan yang tidak pernah disangka-sangka. Seorang gadis
sederhana yang sangat menjaga diri dan diennya telah mampu mengetuk pemuda itu.
Tanpa ragu ia menyampaikan
keinginannya untuk melamar wanita yang telah mengetuk hatinya. wanita sederhana
yang sangat istimewa di matanya. Istimewa karena keanggunan budi pekertinya.
mereka tidak pacaran. bahkan memutuskan untuk tidak berkomunikasi sampai pada
waktu dimana pemuda itu datang menjemputnya dengan mahar. Permata yang
dicarinya itu ternyata sungguh berharga, dan tidak mudah untuk meraihnya. Pemuda
itu harus benar-benar siap lahir batin jika hendak menjemput bidadari impiannya.
Dalam perjalanan... ada seorang
laki-laki yang memiliki anak gadis. soleha, aktivis juga. Sedang menyelesaikan
studinya di luar kota. anak gadisnya itu minta dicarikan jodoh secepatnya. Karena
kondisinya sebagai seorang aktivis yang sangat rentan dengan interaksi lawan
jenis memang muslimah itu berkecimpung di lembaga perhubungan. Demi menjaga
dirinya, anak kesayangan bapak itu ingin segera di raih oleh seorang mujahid
yang tawadhu', pintanya.
Suatu subuh, seorang laki-laki
menepuk pelan bahu pemuda kurus yang soleh itu. Dan menyampaikan hajatnya
"Nak, bapak ada seorang anak gadis. solehah insya Allah. Dia meminta bapak
mencarikan calon suami untuknya. Bapak condong sama kamu nak." Seketika, hati
pemuda itu bergetar sangat hebat. Dia berusaha memaparkan keadaannya yang saat
itu masih sangat minim. Harus menyelesaikan studinya juga membiayai pendidikan
adik-adiknya. Disamping dia juga sudah punya pilihan.
Bukan pertama kalinya...bahkan ini
yang kesekian kali pemuda bermata indah itu dimintai menikah dengan anak ustaz.
Namun, kali ini berat baginya untuk langsung menolak atau menerima. "Bapak
paham keadaanmu nak, tapi yakinlah bapak akan berupaya maksimal dalam hal ini.
Bapak akan bantu kalian sampai kalian benar-benar matang." Laki-laki yang
sangat dikenalnya dan dekat sekali dengannya itu terus meyakinkan. Hatinya
gamang. 1 minggu ia meminta waktu untuk memberikan jawaban.
Hal yang memberatkannya hanya satu,
permata yang sudah dijanjikan untuk diambil! Gadis manis yang telah mengusik
hatinya. Malam itu, pemuda itu memutar otak, berpikir keras. “Rabb...bantu
hambaMu yang lemah ini,” lirihnya. Keesokan harinya dia langsung membicarakan
hal tersebut kepada pihak keluarganya di kampung. Semua keluarga sudah
menyerahkan padanya. akhirnya...dia kembali mengabari gadis yang telah mengetuk
hatinya itu apa yang sedang terjadi dengan dirinya. "Jika memang ini yang
terbaik, maka lanjutkan istikharah antum itu akh. Ana tsiqah dengan keputusan
Allah. Tulang rusuk itu tidak mungkin ketukar. Jadi yakinlah. Minta sama Allah
yang terbaik. Ana siap, apapun keputusannya." Sangat bijak wanita
berhati kaca itu.
Seminggu berlalu...Ta'aruf sudah dilaksanakan.
Hasil istikharah dan diskusi dengan orang-orang soleh disekitarnya telah
mencondongkan hati pemuda itu untuk menerima tawaran dari Pak Mahrus. Dua
minggu kemudian, Pak Mahrus meminta pemuda yang biasa di sapanya dengan
panggilan Aris itu datang silaturahim kerumahnya, membicarakan kelanjutan hasil
ta’aruf tempo hari. Pihak laki-laki (keluarga Aris) memutuskan untuk
mengkhitbah putri sulung pak Mahrus minggu depannya.
Enam bulan kemudian...
Tepat hari dimana Syifa (gadis yang
pernah sangat dicintai oleh Aris) lahir, Aris dan Ria (putri pak Mahrus)
melangsungkan akad nikah. Aris sangat berharap kedatangan Syifa diacara resepsi
pernikahannya, tapi sayang Syifa sedang berada dikampung halaman (liburan)
sehingga tidak dapat menyaksikan hari bersejarah itu. Sekadar melihat foto
nikah Aris dan Ria di jejaring sosial.
"Barakallahulaka, wabaraka ‘alaika, wa
jama’abaynakuma fi khair. Semoga Allah dapat memberi berkah dan
mengumpulkan kamu dalam kebajikan." bisiknya dalam hati, tersenyum
bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar