Senin, 18 November 2013

Tujuh

 TUJUH
Wajah ayu yang selalu menyungging senyum manis, kini tampak pudar. mungkin untuk beberapa waktu saja kecerahannya meredup. wanita berusia 32 tahun sedang berbincang dengan seorang gadis di ruang kerjanya. sesekali terdengar suara petugas kesehatan memberikan konseling kepada kliennya. Ada juga yang sedang asyik memamerkan tas bermerk Kw,baru dibeli. Tetap saja senior dan junior itu fokus dengan pembicaraan mereka. " Jangan win, jangan kau ulangi lagi apa yang sudah kakak lakukan. kasian kamunya nanti. kakak sekarang memang tidak bisa lagi mengelak karena semua sudah terjadi." ibu dari dua anak itu tidak rela juniornya mengulangi kesalahan yang sama.
Diusianya yang sangat muda Rani menikah dengan laki-laki yang saat itu tidak dicintainya. entah karena apa, ayahnya yang mendominasi dalam setiap keputusan hidupny. sekarang ayahnya sudah meninggal, lima bulan lalu tepatnya. "kakak menikah karena jiwa kakak terancam win. 19 tahun usia kakak waktu itu. syukurlah ada suami kakak sekarang yang mau mendampingi kala itu. padahal, kakak mencintai laki-laki lain. 10 tahun pernikahan kami didebur ujian, sakit win menikah dengan orang yang kita tidak cintai sedang kita mencintai pria lain. nikah sirih (diam-diam) itu sudah kakak jalani. jangan kamu ulangi. kakak mulai bisa menerima suami kakak, itu karena suami kakak sakit, kakak sedang hamil besar, operasi jantung."

Beberapa tahun setelah pernikahan, suami Rani terdeteksi mengalami penyempitan jantung. kasusnya memang dari faktor genetik. operasinyang dilakukan juga bikan dengan ring (cincin) lagi, melainkan by pass. by pass memanfaatkan pembuluh darah yang ada di kaki lalu dihubungkan dengan pembuluh jantung yang ada.


 "Win, sampai bingung kak, apakah setelah ini akan melanjutkan pendidkan lagi atau menikah dulu, dengan kondisi win yang memang tidak seperti wanita lain. sekalipun win yakin Tuhan akan memberikan win keturunan nantinya. insyaAllah. maksud win tu, terlanjur basah ya basah sekalian gitu kakak, sekolah dulu tinggi-tinggi baru menikah." Rani tersenyum dengan keterangan windy."Sayang..jangan mematok waktu. kamu menentang Tuhan. kemarahamu terhadap Tuhan jelas terlihat, memang untuk ikhlas itu tidak mudah. masalah reseki itu, pendidikan itu juga termasuk rezeki ya sayang. kakak, ketika lulus dulu belum bisa kuliah. udah daftar,uang udah ada ditanvan. tapi Allah berkata lain, suami kakak sakit membutuhkan uang. kakak urunhkan niat unfuk kuliah. karena kita ikhlas.. Allah ganti sekarang, kakak lolos PNS tanpa tes. saat ini mungkin Tuhan membanting stir kehidupanmu tapi yakinlah Dia sudah mempersiapkan rencana yang lebih baik untukmu."


Windy yang sejak tadi menatap lekat mata wanita yanv dipanggilnya dengan sebutan kakak itu, meneteskan air mata. "Win juga gak mau kak, karena saking banyaknyaide-ide untuk keluar dari masalah ini, hingga cara seperti itupun terlintas. win udah berusaha untuk tetap bertahan menjaga amanah ini dengansebaik-baiknya. win gak mau bapak kecewa, cuma satu pinta bapak saat ini...win harus selesaikan pendidikan dulu, setelah itu terserah. win juga gak bisa kakak, kalau nyawa orang tua yang jadi taruhannya saat ini. bukan karena win menyerah, tapi karena memang gak bisa dipaksakan kondisinya saat ini." mata win semakin memerah menahan pilu.
 Windy anak yang solehah, terbukti dari pengakuannya menunda menikah demi mewujudkan harapan orangtuanya, disamping juga terus berusaha menahan egonya. Sekarang kondisi bapaknya semakin menurun, jantungnya sudah lemah. Diusianya yang masih belia, windy termasuk gadis yang cukup dewasa dan bijak. menkah siri memang tidak diharamakan, tapi sedikit banyak pihak wanita yang dirugikan, mengingat zaman sekarang sulit menemukan laki-laki yang bertanggung jawab dan setia. kekhawatirannya melanggar aturan keyakinan yang dianutnya, membuat windy tertekan. menjaga kesucian lahir batin itu tidaklah mudah, wajar saja sebagai wanita biasa yanb memiliki naluri windy terpikir untuk menikah siri sekalipun logikanya sangat menentang. "kak, kalo sampai win nikah siri, itu adalah pilihan terbodoh dalam hidup win."

wajah laki-laki yang pertama kali menyentuh kulitnya, selalu hadir dalam ingatan. guratan halus di pipi dan dahi sang Bapak membuatnya ingin terbanb pulang ke kampung halaman. kabar libur tak kunjung datang menghampiri telinga, hanya bisa menelan ludah kerinduan. sejak kecil windy terbiasa memanggil orang tua laki-lakinya dengan sebutan bapak. Pria gagah kelahiran Juli itu yang senantiasa menjadi pahlawannya.

perbincangan yang menguras hati masih saja berlanjut, Rani berupaya untuk memberikan pandangan melalui cerita hidupnya. ya, wanita yang lebih tua dan lebih banyak makan asam garam kehidupanseperti Rani memang enak diajak sharing. "Tidak semua win , bisa kakak kasihkan omongan seperti ini. kakak paham agama tapi memang sampai saat ini kakak belum  bisa menggunakan pakaian yang sesuai dalam Alquran. kakak bisa bicara seperti ini pun, karena kakak sudah mengalaminya, dan kakak baca buku. kita gak bisa sembarang cerita sama orang, belum tentu dia sama sifatnya dengan kita, atau bisa menjaga rahasia. apalagi perempuan yang mulutnya agak sulit digembok. kalo kakak lagi banyak masalah, kakak datang ke gramedia, beli buku yang sesuai dengan suasana hati kakak, latahzan misalnya, atau Rob'atul adawiyah. kakak lebihmemilih tiduran dikamarsmbil baca buku, atau menangis, lalu tertidur. kalo lagi sholat kakak tahajud win, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.." diam-diam Rani mengagumi sosok junior yangada dihadapannya, "kakak bisa terbuka sama kamu, karena dari awal kakak lihat kamh memang beda win. cara berpakaian dan pembawaanmu membuat kakak berpikir "ini anak beda ni" tapi kakak diam saja dan terbukti sekarang Allah menggerakkan kita untuk bisa bicara empag mata, dari hati ke hati." mendengar pernyataan dari seniornya, windy tertunduk,menghela nafaspanjang sedikit menyunging senyum. tersipu malu.

memang, sejak SMA windy terbiasa menggunaka  rok dan jilbab menutup dada, dia juga tipe anak yang mudah bergaul. windy dan Rani memiliki banyak kesamaan, salah satunya sama-sama suka angka 7.

sambil menekan tombol handphone untuk tukaran nomor, "kakak suka angka 7 ya?"

"bangeeet win, itulah kemarin waktu beli kartu sengaja cari yang ujungnya triple 7. cantikkan?"
 "Iya kak, win juga suka banget angka 7. Bapak lahir bulan 7 lho kak, adek win yanv laki-laki juga lahir bulan 7 ntar mau nyari suami yang lahirnya bulan 7 juga ni kak, hehe"

"Wah, pas banget, emang ya win, kakak tu suka angka 7 karna Allah sering menyebut angka 7,coba deh kamu lihat di Alqur'an"

"Iya benar kak, langit aja 7 lapis, ..."

keduanya cekikikan sambil mengucapkan "subhanallah"

Siang itu memang memberikan ketenangan bagi keduanya, Rani yanvsejatinya juga masih belajar memahami suaminya namun sanggup berpesan dan menguatkan juniornya, "jangan pernah minta cerai sama suami jika nannti kamu jadi istri... tetaplah bertahan, bagaimanapu  keadaannya. Allah lebih tau yang terbaik untuk kita, cintailahsepenuh hati suamimu, jagalah dirimu sebaik mungkin sayang. sepertihalnya angka 7 yang Tuhan sebutkan, semoga engkau juga menjadi hamba yang dicintai olehNya, yang doamu sampai kelangit keTUJUH."

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar