Langit malam
menangis pilu. Disebuah Kamar petak berukuran 4 x 4 meter , ada dua orang
sahabat yang sedang menumpahkan kerinduan satu sama lain. Di bawah cahaya
jingga remang, hanya ada cahaya pelita yang menerangi, mati lampu.
“Lama aku tak melihat tulisan diblogmu, dek.”
“Ntahlah kak,
semakin kesini. Aku terlena, hatiku gamang. Keinginanku untuk menulis, sungguh
tak sebanding dengan luka hati yang bernanah ini.”
Mata indahnya tak mampu membendung terjangan
air bening yang membanjiri pipi. Gadis 20 tahun yang wajahnya selalu tampak
teduh, senantiasa membuat Karin merindu. Rindu menatap kehangatan sorot matanya,
rindu mendengar kata-kata yang menyejukkan dari bibir manis Za. Za yang
membangunkan semangat Karin untuk kembali menulis. Ya, keduanya memang sangat
menyukai dunia tulis menulis. Hanya saja menulis belum menjadi rutinitas
yang mereka butuhkan. Sekadar untuk
menyalurkan keinginan menulis, juga meluapkan perasaan. Bisa dikatakan menulis
bagi mereka adalah untuk berbagi suka dan duka, melampiaskan keluh kesah,
jeritan hati. “Biasanya, dalam keadaan sangat jatuh, terpuruk. Saat itu pula
semangat menulisku meningkat. Cepat aku mengambil pena dan buku, atau notebook.
Tapi tidak untuk kali ini. Aku tak sanggup menuliskannya!” Mata indah Za terus
meneteskan air mata kepedihan.
Pemiliki nama
lengkap Ananda Zara, yang kerap disapa “Za” memang memiliki banyak kelebihan. Kekurangannya
seolah tak tampak karena ia selalu menutupi kekurangan yang ada pada dirinya
dengan mengeksplor potensi yang dimilikinya. Gadis manis yang semangatnya
selalu berkobar-kobar, membuat orang-orang yang ada disekelilingnya sangat
menyayanginya. Sifatnya yang anggun memancarkan kecantikan lahir dan batin. Kesolehannya
kerap kali membuat remaja putri “Iri” dengan sosok yang sangat peduli dan
penyayang itu. Prestasi yang terus diukir membuatnya disegani dan selalu
diandalkan. Tidak sedikit yang mengagumi Za, bukan hanya dikalangan remaja
putri , Zara juga menjadi pusat perhatian yang selalu diperbincangkan oleh
laki-laki yang mengenalnya.
Hanya
orang-orang tertentu saja yang mengetahui sejuta kekurangan yang dimiliki
bidadari itu. Tidak mudah baginya untuk terbuka tentang masalah pribadinya,
memang Za tipe gadis yang suple, ramah, santun dan sangat disiplin. Bukan berarti
dia dengan mudah membongkar isi hati yang sebenarnya. Proses kematangannya.
Banyak teman , maupun orang yang mungkin baru mengenalnya ingin mengetahui
proses panjang perjalanan hidupnya. Bagaimana dia begitu tenang dalam kondisi
apapun? Bagaimana ia bisa begitu rapi menggunakan hijab yang sesuai dengan
tuntunan syara’? Bagaimana dia bisa mengatur waktu anatara belajar dan
berorganisasi? Bagaimana sangat banyak mempunyai relasi diluar kampus dan
dikenal oleh beberapa orang besar dikalangan mahasiswa?
Ya, tidak selalu
begitu. Semakin banyak kita melihat kelebihan pada seseorang ternyata kita juga
akan menemukan lebih banyak kekurangannya. Sering pula ia meluapkan heritan hatinya
dengan berbagai ekspresi. Terutama menangis sejadi-jadinya dalam sujud panjang
ketika bermunajat kepada Sang Pemilik Kehidupan, ataupun bercerita kepada sahabat
dekatnya.
“Kak, aku tak
mengerti kenapa namanya yang mendominasi? Kenapa begitu sulit mengalahkan
prasaan dan keinginan ini? Aku bahkan tidak tahu kenapa Tuhan begitu asyik
menguji hambaNya dari semua kelemahan yang ditakdirkan pula olehNya. Aku yang
sejak dua tahun terakhir dihantui oleh keinginan untuk Menikah, yang kau
tahu... aku sebelumnya tak pernah berpikir untuk menikah dini. Oleh karena
keadaan yang mengharuskanku, siap tidak siap, mau tidak mau harus bisa menikah
saat itu. Sampai detik ini Tuhan belum jua meridhoiku untuk menyempurnakan
separuh Dien. Stimulus dua tahun lalu itu telah merubah psikologisku sampai
sekarang aku kesulitan menepis keinginan yang awalnya aku tidak pernah
pikirkan, dan aku gak mau... dan sekarang Ketika ditanya, aku bahakan mantap
menjawab alasan dari keinginanku itu, apa daya... tak ada celah sedikitpun
untuk mewujudkannya saat ini. Aku merasa ikhtiarku sudah cukup komplit, dari
cara yang dihalalkan bahkan diharamkan sekalipun, apatah Tuhan marah padaku?
Akku sungguh bingung. Sekuat tenaga logikaku bermain tapi masih saja dikalahkan
oleh perasaanku. Kau tahu, Orang yang paling aku benci di dunia ini adalah
diriku sendiri! Aku benci, kenapa akau belum bisa lepas dan membebaskan diri
untuk berdiri lebih tegak, menatap lebih tajam berjalan hingga berlari lebih
kencang menerobos semak kehidupan ini. Aku bahkan tidak peduli kak, orang
bahkan kakak sendiripun mau menilaiku seperti apa. Kembali lagi, biar
bagaimanapun aku tetap orang lain yang menilai.”
Karin yang sejak
tadi hanya diam menyimak keluh kesah sahabat yang usianya terpaut dua tahun itu
mengusap lembut wajah Za. “Aku iri padamu kak...iri sama kalian semua yang
sudah menyempurnakan dien, menjaga kesucian lahir batin, dan menemukan belahan
jiwa.. aku sungguh iri kak.. sedang aku yang sejak 2 tahun terakhir mati-matian
memperjuangkan kehalalan itu belum juga bisa..” Tangis Za memecah keheningan
malam. Zara tersedu-sedu dalam pelukan Karin.
Karin memang
sudah menikah satu setang tahun lalu, dengan cara yang sangat syar’i. Ta’aruf.
Karin yang juga seorang qiyadah (Ketua) di Lembaga Dakwah Kampusnya di usia
yang sangat belia 22 tahun mengikat janji setia dengan belahan jiwanya. Jodoh
yang telah Tuhan titipkan lebih dulu kepadanya.
Bersambung...
Assalamu'alaikum blogger walking.. :) Subhanallah banyak sekali prestasinya..
BalasHapusOala... ini kak nurhijria kan? Blog hani ni kak... sejak 2013 rupanya di sapa..tapi sayang lupa password blog yg ini... bikin lagi kmarin :)
BalasHapusOala... ini kak nurhijria kan? Blog hani ni kak... sejak 2013 rupanya di sapa..tapi sayang lupa password blog yg ini... bikin lagi kmarin :)
BalasHapus