Sentuhan Rindu Untuk Bapak dan Ibuku Tercinta
Jam menunjukan
pukul 15.00 wib, ku lihat dari jendela kamarku pepohonan nan rindang
sedang asyik menari diiringi nyanyian
merdu sang angin. Ku pandangi
dengan seksama keindahan alam yang menyejukan mata dan menentramkan hati,
aku teringat akan sosok yang lembut dan sangat halus hatinya. Yang apabila ia
bicara selalu menentramkan jiwa , belaian lembut tangannya yang menyejukan hati
, pelukan hangat yang menyuburkan rasa cintaku kepadanya, ia nya selalu
inginkan yang terbaik untuk malikat-malaikat kecilnya.
Dia adalah seorang wanita yang tegar dan tabah dalam setiap ujian kehidupan yang menimpanya. Dari rahimnyalah aku dilahirkan, dengan kasih sayangnya lah aku di rawat dan dibesarkan dengan penuh cinta. Ya, beliau adalah Ibuku. Namanya Nuryani yang berprofesi sebagai seorang Bidan. Ibuku selalu ingin melakukan yang terbaik untuk anak dan suaminya tercinta, ditengah kesibukannya ia selalu berusaha untuk membagi waktunya, antara kesibukan kantor dan amanahnya sebagai seorang Ibu dan Istri di rumah. Ibuku adalah seorang wanita shalehah, yang ta’at akan Titah Tuhannya (Allah SWT) cinta dengan Rasulnya dan patuh kepada suaminya.
Dia adalah seorang wanita yang tegar dan tabah dalam setiap ujian kehidupan yang menimpanya. Dari rahimnyalah aku dilahirkan, dengan kasih sayangnya lah aku di rawat dan dibesarkan dengan penuh cinta. Ya, beliau adalah Ibuku. Namanya Nuryani yang berprofesi sebagai seorang Bidan. Ibuku selalu ingin melakukan yang terbaik untuk anak dan suaminya tercinta, ditengah kesibukannya ia selalu berusaha untuk membagi waktunya, antara kesibukan kantor dan amanahnya sebagai seorang Ibu dan Istri di rumah. Ibuku adalah seorang wanita shalehah, yang ta’at akan Titah Tuhannya (Allah SWT) cinta dengan Rasulnya dan patuh kepada suaminya.
Sayup-sayup
terdengar bisikan angin sembari membelai
lembut jilbab ku. Aku menatap birunya
langit sambil membayangkan wajah
laki-laki yang ber umur 40 tahun,
guratan halus di dahinya sangat jelas dalam ingatanku. Aroma tubuhnya yang khas
seolah-olah tercium olehku. Rambutnya
yang ikal yang setiap harinya ku elus dan ku kecup keningnya begitu jelas dalam fikiranku, ketika ia lelah
dengan kesibukannya, ketika ia bersandar dan menghela nafas yang terdengar sangat berat olehku, saat itu jualah aku
selalu berusaha menyejukkan hati dan raganya yang lelah, setelah seharian
melayani pasien-pasiennya, ku raih kedua kakinya ku coba untuk memijit-mijitnya
sembari mengajaknya berbincang-bincang, sesekali tertawalah kami berdua dengan
lelucon-lelucon kecilku. Lelaki itu
adalah Ayahku tercinta yang bernama Hanizan, beliau berprofesi sebagai seorang
perawat. Ya, beliau adalah sosok yang penuh tanggung jawab dan berwibawa,
seperti orangtua lainnya, Bapakku teramat sangat menyayangi dan mencintai
anak-anaknya. Bapak tidak pernah mendahulukan kepentingannya sendiri, beliau
selalu mendahulukan kepentingan orang lain. Jiwa kepemimpinannya sangat kuat,
karakternya yang tegas dan penuh dengan perjuangan keras yang ditempunya, telah
menjadikan beliau sosok yang sangat aku kagumi dan ku hormati. Pernah aku
ditanya
“ Siapakah sosok
yang paling engkau kagumi di dunia ini?”
“ Allah dan
RasulNya.” Jawabku
“ Bukan, bukan
itu maksudku. Terlepas dari jawabanmu tadi”
“ Oh.. tentu
saja Bapak ku tercinta!”
Jawabku bangga
dengan senyum lebar
Seperti halnya
anak-anak yang lain, aku sangat mencintai kedua orang tua ku. Aku tahu persis
bagaimana perjuangan mereka untuk mendidik kami menjadi anak-anak yang soleh
dan solehah,insyaallah. Amin
Bapak Hanizan dan Ibu Nuryani
mempunyai 3 orang anak. Anak pertama mereka bernama Nurhani Gusrini,yang kedua Wally akbar Al-hafiz dan yang ke tiga
bernama Sohib Bus Sobri. Sekarang anak pertama mereka sedang menempuh
pendidikan di Perguruan Tinggi STAIN Pontianak ( saya sendiri). Anak
kedua mereka sedang mengenyam pendidikan di MTS Ushuluddin Singkawang, dan si
bungsu masih Belajar di MI SDIT Sekura. Bapak
dilahirkan di Desa Kubangga Kabupaten Sambas pada tanggal 2 juli 1971 sedangkan
Ibu dilahirkan di Pemangkat Kabupaten Sambas pada tanggal 30 oktober 1971.
Perjalanan karir mereka di bidang
Kesehatan ber awal dari keluarnya SK
pertama di daerah merah nun jauh di
sana, Sintang, Suak Medang selama 3,5
tahun yang saat itu Bapak dan Ibu saya sudah menikah tepatnya akhir tahun 1992.
Di lanjutkan ke pesisir pantai Empura 3,5 tahun juga. Karir mereka memuncak
sewaktu di Empura. Pada tahun 1998 Bapak
dan Ibu pindah ke RSUD Sambas, 1 tahun kemudian pindah lagi ke Satai Kabupaten
Sambas selama 2 tahun, lalu di pindahkan lagi ke Puskesmas Sekura.
Alhamdulillah sampai hari ini
Orang Tua ku masih mengais rezeki di Sekura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar