Kamis, 29 November 2012

Ternyata Bukan Yogyakarta


Ternyata Bukan Yogyakarta
Tak pernah ku bayangkan aku bisa benar-benar menginjak kota pelajar  yang begitu indah dan memesona. Malam itu tepat pukul 21.00 WIB. Pesawat yang kunaiki  mendarat di bandara Adjisucipto. Ternyata Om dan keluarganya telah menanti kedatanganku, karena di rumahnya lah kelak aku akan menginap. Aku turun dari pesawat untuk yang pertama kalinya sepanjang perjalanan hidupku, sungguh rahmat dan kasih sayang Sang Pencipta (Allah SWT) begitu besar kepadaku.
“Bismillah...” aku menginjak kota Jogja
“Subhanallah...” belum lama setelah ku nyalakan handPhoneku
“Hallo Om.”
“Bunga, kami sudah ada di dekat pengambilan barang. Kamu jalan lurus saja ke dalam ya!”
“Iya Om.”
Aku bergegas masuk ke dalam dan mengambil barang-barangku, lalu ku datangi Om dan keluarganya. Sungguh, aku merasakan sesuatu yang berbeda dari sambutan hangat keluarga Om. Subhanallah walhamdulillah walaailaaha Illallaah Allahuakbar, puji syukur yang tak henti-hentinya terucap dari bibirku.
Om mempunyai istri yang sangat ayu. Aku memanggilnya dengan sebutan Tante. Beliau adalah seorang muslimah, tentu saja keramahannya terpancar dari  ke tiga anak-anaknya Nabil, Abit dan Dila si bungsu yang baru berumur 2 tahun itu terlihat sangat cantik di balut jilbab mungil yang membungkus kulit putihnya itu, menyapa dan menyalamiku dengan penuh kasih sayang.
Bunga! Itu adalah panggilan kesayangan nenek untukku. Begitulah orang-orang menyebut namaku. Om dan keluarganya pun memanggilku dengan sebutan yang sama...
 “Bunga, ayo masuk mobilnya!”
 “Oh iya ,trimakasih Tante.” Sembari menyungging senyum, aku segera masuk ke dalam mobil. Aku duduk bersama Nabil dan Abit di kursi bagian tengah. Tampak olehku bantal, guling dan kasur yang masih terbungkus di kursi paling belakang. Tante tahu aku terperangah melihat barang-barang itu.
 “Om sengaja mempersiapkan itu untukmu Bunga...” jelas tante padaku.
Aku hanya tersenyum dan bersyukur dalam hati, aku tak menyangka mereka akan memperlakukanku seistimewa itu. Mobil om pun meluncur menuju rumahnya.
Malam pertama yang sangat indah itu memancarkan kekagumanku terhadap kota pelajar yang memesona. Aku hanya terdiam sambil berdoa dan bersyukur dalam hati, mataku menoleh ke kiri dan ke kanan setiap sudut kota Jogja. Om dan keluarganya juga mengontrak disana, karena mereka bukan asli penduduk Jogja. Rumah kontrakan dan kesederhanaan mereka sangat menyentuh qalbuku untuk selalu bersyukur dan bersyukur. Semangatku untuk meraih cita-cita sebagai seorang Dokter pun semakin menggebu-gebu.
Ya, programku ke Jogja adalah untuk mengikuti tes kedokteran di UII dan UMY, menjadi Dokter adalah cita-citaku dari kecil. Pada hari ke-3 di sana, aku pun mulai mengikuti tes.Tes pertama di UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA ( UII ). Aku pergi bersama Om dengan mengendarai mobil, kurang lebih setengah jam perjalanan untuk sampai di gedung nan megah dan bersih itu. Subhanallah, di sana aku bertemu teman-teman baru dari berbagai daerah, itu lah negeriku yang kaya akan suku dan keramah tamahan yang menjadi ciri khas INDONESIAku tercinta.
Setelah beberapa selang waktu pengumuman pun tiba. Ternyata, aku belum berhasil jebol menjadi salah satu mahasiswi kedokteran di UII. kegagalan itu tidak mematahkan semangatku untuk tetap berusaha dan mencoba lagi.
Yup SEMANGAT!!!! Itulah semboyan ku ^_^
Minggu ke dua aku pun mengikuti tes di UNIVERSITAS MUHAMMADYAH YOGYAKARTA
 ( UMY ) .Waktu itu memilih tes jalur Computer Based Test ( CBT ) dan Paper Based Test ( PBT ). Dua kali aku mengikuti tes CBT namun belum berhasil juga, sampai pada akhirnya aku di karantina sebelum mengikuti tes PBT sehari sebelumnya.
Aku di jemput oleh panitia yang mengadakan kegiatan karantina yang berlokasi di jalan solo tepatnya di Wisma Prambanan2. Aku di ajak ke kamarku yang sudah di pesan, ku lihat seorang gadis cantik yang membuka pintu kamar dan dia lah yang akan menemaniku selama karantina berlangsung, namanya Nida dia calon dokter gigi sedangkan aku calon dokter umum. Ku masuki kamar kami dengan mata berkaca dan rasa syukur yang luar biasa, tanpa pikir panjang aku pun langsung menelpon Bapakku yang ada di rumah. Aku tinggal di Desa Sekura Kec. Telukkeramat Kab. Sambas.
“Assalamu’alaykum pak..”
“Wa’alaykumasalam..gimana keadaanmu nak..?”
“Alhamdulillah baik pak... pak, Makasih banyak ya pak atas semua usaha dan kerja keras Bapak, ketulusan dan kasih sayang bapak... saya sangat bahagia dan terharu dengan semua ini... kamarnya besar dan mewah sekali pak..subhanallah fasilitas apapun ada, mulai dari TV, kamar mandi ala hotel di kota besar, tempat tidur yang empuk, lemari mewah,tempat masak, masya Allah semua ada pak..makasih ya pak..saya sayang bapak”
“Iya..sama-sama anakku... jaga diri ya...”
Begitulah percakapan singkatku dengan bapakku tercinta, karena usaha dan keja keras beliaulah  aku bisa sampai ke Jogja. Dan atas izin-Nya juga aku bisa menikmatinya. Semua yang terjadi di bumi ini adalah maunya Allah swt. Laailaahaillallaah
 Aku punya banyak kenalan baru dalam kegiatan itu, mereka ramah dan baik sekali pada ku, mereka memanggilku dengan sebutan BUNDA mungkin karena karakterku yang keibuan dan postur tubuhku yang besar di tambah lagi wajahku yang sudah seprti gadis berumur 25 tahun padahal aku belum 18 tahun, Agustus 2011 aku baru 18 tahun,hehe
Sakit bulanan ku kambuh
Tibalah saat yang mendebarkan dimana aku harus berjuang supaya bisa menang dalam peperangan. Hari minggu tepatnya di gedung UMY lantai 3 bagian tekhnik itu ruangan UJIANku. Dengan semangat dan optimis, aku yakin sekali bisa lolos tapi Allah berkata lain, di hari yang sama aku datang bulan dan memang kalau setiap haid aku selalu kesakitan bahkan pingsan di kamar mandi pun pernah karena sakit yang luar biasa. Sejak pertama menstruasi hingga sekarang aku memang seperti itu, disminore.
Waktu mengerjakan soal menunjukan 20 menit terakhir, tiba-tiba kepalaku pusing sekali, perutku sudah nyeri tak tertahankan, keringatku mulai bercucuran, rasanya penglihatanku sudah samar-samar tapi aku masih memaksakan diri untuk tetap bertahan sampai selesai tapi tidak sama sekali aku langsung mengangkat tangan kepada dosen pengawas lalu mereka menghampiriku. Seketika aku merintih kesakitan dan pensilpun jatuh dari tanganku dengan sendirinya. Pengawas telah panik dengan keadaanku,
“Kamu kenapa nak? Mukamu pucat sekali, bisa di papah?”
“Saya ga kuat lagi pak, tolong saya pak saya ga bisa bergerak lagi rasanya sakit sekali pak...”
Teman sebelahku meminta melepas jilbabku, maksudnya supaya tidak panas. Aku terhenyak dengan kata-katanya.
“Buka saja jilbabnya”
Seketika aku menjawab dengan teriakan kecil.
“Saya tidak mau di buka jilbab saya, saya malu... jangan buka dan jangan sentuh saya!”. Terangku pada pengawas laki-laki bertubuh sedang itu.
“Kalau ada yang perempuan biarkan mereka yang membawa saya.” pintaku dengan mata terpejam tapi masih bisa bicara.
Kondisiku semakin parah, datang dosen perempuan ingin membuka sedikit bagian jilbabku
“Saya tidak mau Bu.. jangan apa-apakan hijab saya ini,..”
“Supaya tidak lemas nak.. yang mana yang sakit nak..?”
“Saya tidak mau! Yang sakit bukan ini tapi rahim saya yang sakiit.” dengan nada sedikit marah. Aku nyaris pingsan. Tapi aku masih tetap bertahan. Dosen laki-laki menggendongku beramai-ramai di karenakan berat badanku yang tidak mampu di gendong sendiri oleh mereka yang kurang besar. Pak Satpam pun tiba dan aku di gendong satpam itu layaknya bayi yang baru lahir. Dengan mata terpejam aku tak kuat lagi menahan rasa sakit yang sangat hebat itu. Berbagai asma Allah dan doa-doa keluar dari bibirku yang bergetar...sebelum keluar dari ruangan
“Tolong ambilkan tas saya yang talinya kuning, ambil HP saya lalu hubungi Om saya pak....”pintaku merintih menahan sakit yang tak bisa di gambarkan dengan kata-kata
“Pak saya mohon isikan lembar jawaban saya yang masih kosong meskipun asal-asalan yang penting terisi ya pak...” aku berpesan sambil di gendong
“Iya-iya nanti diisi”. Jawab  para dosen bersamaan
Lalu aku di bawa menuju lantai bawah dengan lift. Satpam yang menggendongku itu berbadan besar tinggi, tegap dan berkulih agak gelap. Tak henti-hentinya doa-doa keluar dari bibirku sambil meneteskan air mata.. Aku sedih harus di gendong oleh orang yang bukan muhrimku, Wallahi aku ga rela. Tapi keadaan sudah darurat..
Saat itu semua perasaan bercampur menjadi satu sedih, kecewa, takut tidak lulus ya Allah hanya kepada-Mu lah hamba memohon pertolongan...
Sesampainya di lantai satu, keluar dari lift dengan rintihan doa-doa dan isak tangisku semua orang bertanya-tanya ada apa???
Aku di baringkan di tangga depan gedung dan di kelilingi banyak orang sambil menunggu ambulance menjemput untuk dibawa kerumah sakit.
“Pak, Bu... saya mohon jangan buka jilbab saya, jangan sampai ada bagian tubuh saya yang terbuka tanpa seizin saya, saya malu Bu..saya malu...tolong jangan di apa-apakan hijab saya...”. pintaku dngan nada merintih...
“Iya nak..kamu tenang ya...”. Jawab salah seorang Ibu yang mencoba menenangkanku.
Aku merasa sangat di jaga tak ada satu pun yang menyentuhku dengan semena-mena. Lagi-lagi Allah melindungiku dan memberikanku rasa aman.
“Astaghfirullahal’adziim...laailahaillallaah, hasbunallah wa ni’mal wakil ni’man maula wani’mannatsiir...”
Hanya itu yang kelur dari bibir ku, sampai pada Rumah Sakit PKU MUHAMMADYAH YOGYAKARTA. Aku di letakkan di atas pembaringan dan di dorong dengan cepatny., Aku di masukan ke ruang UGD. aku serasa sudah tak sadarkan diri lagi. Beberapa saat kemudian aku terjaga dan rasa sakit itu mulai menyerang kembali.
“Au...aau ya Allah..sakiiit, astaghfirullaaaah...” teriakku.
“Sabar ya nak...” ucap seorang bapak-bapak di sampingku.
Ternyata yang lain sudah pergi, aku hanya di temani bapak itu..
“Pak...tolong panggilkan Dokter pak...saya mau di suntik..biasanya mamak saya menyuntik dan meminumkan obat kalau keadaan saya seperti ini...” pintaku
“Iya sebentar ya nak..” laki-laki berbadan sedang dengan baju bergaris segera memanggil dokter. Beberapa saat kemudian dokter menghampiriku.
 “Dok...tolong suntik saya dok...”. Dokter itupun langsung menyuntik ku dan memberikan resep obat..
Setelah 15 menit kemudian Om pun datang menjemput ku. Bapak-bapak dari pihak UMY itupun menyelesaikan pembayaran dan memberikan obat kepadaku...
“Ini obatmu nak..ini kartu berobat dan tasmu ya nak...bapak pulang dulu” jelasnya ramah.
“Iya pak..terimakasih banyak atas bantuanny..maaf telah merepotkan.” tuturku dengan santun dan menyungging senyum kecil. Setelah agak nyaman aku pun pulang bersama om ke rumah kontrakan Om.
Hari yang di tunggu-tunggu
Setelah malam yang kulewati tak bisa tidur karena deg-degan menunggu hasi, tibalah waktunya aku membuka web dan melihat pengumuman itu. Kulihat nama-nama di situ tapi tak ada nama ku...hati ku sedih dengan mata berkaca-kaca. Bapakku pesan kalau tidak lolos lagi kamu pulang ya nak..biar kita nunggu hasil di pontianak dan kamu bapak izinkan untuk mendaftar di STAIN sesuai dengan salah satu mimpimu untuk menjadi Ustazah.
Sms masuk
Dari mamak
“Nak...kamu pulang saja ya.. nanti pesan tiket ya nak..” hati ku bergetar hebat. Bibirku kelu.
Aku pun bersiap-siap untuk kepulanganku setelah mendapat tiket besok.

Aku punya teman di JOGJA yang memang sama-sama dari Sekura, kami pun janjian untuk makan sate dan ngobrol-ngobrol di Taman Pintar. Sore harinya aku dan tante jalan-jalan ke malioboro, rasa kecewaku sedikit  terobati...
Kami janjian di tempat sate di depan jalan Taman Pintar, aku datang lebih awal karena aku minta sama tante untuk langsung ketempat itu saja, aku memilih naik becak...wahh udah lama skali ga naik becak...aku terharu sekali bisa naik becak di kota besar.subhanallah
Sepulang dari makan sate dan ngobrol di taman kami pun pulang, aku di antar mba dea pake motor..aku tidak akan melupakan malam yang penuh rahmat itu bersama mas ari dan mba dea. ^_^
Hari ini aku pulang,dan harus meninggalkan kenangan di kota pelajar impianku ini. Tepat 21 hari aku di JOGJA, meskipun aku pulang dengan tangan hampa tak membawa gelar mahasiswi kedokteran tapi itu lah maunya Allah, mungkin rezeki ku bukan disini. Tapi aku harus tetap semangat dan optimis. Where there is a will there is  a way
“Setiap insan telah di tentukan rezekinya masing-masing, tinggal  bagaimana cara dan usaha kita untuk mencari dan mendapatkannya”
Jangan pernah ada kata menyerah selama masih ada jalan, ingatlah Allah selalu menyertai dan menjaga kita. Yakinlah bahwa apapun yang di berikannya kepada kita, mau jadi apa nantiny, dimanapun kita di tempatkan itulah yang Terbaik dari Allah untuk hamba-hambaNya..
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar