Ternyata Bukan Yogyakarta
Tak pernah ku bayangkan aku bisa
benar-benar menginjak kota pelajar yang
begitu indah dan memesona. Malam itu tepat pukul 21.00 WIB. Pesawat yang kunaiki
mendarat di bandara Adjisucipto.
Ternyata Om dan keluarganya telah menanti kedatanganku, karena di rumahnya lah
kelak aku akan menginap. Aku turun dari pesawat untuk yang pertama kalinya
sepanjang perjalanan hidupku, sungguh rahmat dan kasih sayang Sang Pencipta (Allah
SWT) begitu besar kepadaku.
“Bismillah...” aku
menginjak kota Jogja
“Subhanallah...”
belum lama setelah ku nyalakan handPhoneku
“Hallo Om.”
“Bunga, kami sudah
ada di dekat pengambilan barang. Kamu jalan lurus saja ke dalam ya!”
Aku
bergegas masuk ke dalam dan mengambil barang-barangku, lalu ku datangi Om dan
keluarganya. Sungguh, aku merasakan sesuatu yang berbeda dari sambutan hangat
keluarga Om. Subhanallah walhamdulillah walaailaaha Illallaah Allahuakbar, puji
syukur yang tak henti-hentinya terucap dari bibirku.
Om
mempunyai istri yang sangat ayu. Aku memanggilnya dengan sebutan Tante. Beliau
adalah seorang muslimah, tentu saja keramahannya terpancar dari ke tiga anak-anaknya Nabil, Abit dan Dila si
bungsu yang baru berumur 2 tahun itu terlihat sangat cantik di balut jilbab
mungil yang membungkus kulit putihnya itu, menyapa dan menyalamiku dengan penuh
kasih sayang.
Bunga!
Itu adalah panggilan kesayangan nenek untukku. Begitulah orang-orang menyebut
namaku. Om dan keluarganya pun memanggilku dengan sebutan yang sama...
“Bunga, ayo masuk mobilnya!”
“Oh iya ,trimakasih Tante.” Sembari
menyungging senyum, aku segera masuk ke dalam mobil. Aku duduk bersama Nabil
dan Abit di kursi bagian tengah. Tampak olehku bantal, guling dan kasur yang
masih terbungkus di kursi paling belakang. Tante tahu aku terperangah melihat
barang-barang itu.
“Om sengaja mempersiapkan itu untukmu
Bunga...” jelas tante padaku.
Aku hanya tersenyum
dan bersyukur dalam hati, aku tak menyangka mereka akan memperlakukanku
seistimewa itu. Mobil om pun meluncur menuju rumahnya.
Malam
pertama yang sangat indah itu memancarkan kekagumanku terhadap kota pelajar
yang memesona. Aku hanya terdiam sambil berdoa dan bersyukur dalam hati, mataku
menoleh ke kiri dan ke kanan setiap sudut kota Jogja. Om dan keluarganya juga
mengontrak disana, karena mereka bukan asli penduduk Jogja. Rumah kontrakan dan
kesederhanaan mereka sangat menyentuh qalbuku untuk selalu bersyukur dan
bersyukur. Semangatku untuk meraih cita-cita sebagai seorang Dokter pun semakin
menggebu-gebu.
Ya,
programku ke Jogja adalah untuk mengikuti tes kedokteran di UII dan UMY,
menjadi Dokter adalah cita-citaku dari kecil. Pada hari ke-3 di sana, aku pun
mulai mengikuti tes.Tes pertama di UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA ( UII ). Aku
pergi bersama Om dengan mengendarai mobil, kurang lebih setengah jam perjalanan
untuk sampai di gedung nan megah dan bersih itu. Subhanallah, di sana aku
bertemu teman-teman baru dari berbagai daerah, itu lah negeriku yang kaya akan
suku dan keramah tamahan yang menjadi ciri khas INDONESIAku tercinta.
Setelah beberapa
selang waktu pengumuman pun tiba. Ternyata, aku belum berhasil jebol menjadi
salah satu mahasiswi kedokteran di UII. kegagalan itu tidak mematahkan semangatku
untuk tetap berusaha dan mencoba lagi.
Yup SEMANGAT!!!!
Itulah semboyan ku ^_^
Minggu ke dua aku pun
mengikuti tes di UNIVERSITAS MUHAMMADYAH YOGYAKARTA
( UMY ) .Waktu itu memilih tes jalur Computer
Based Test ( CBT ) dan Paper Based Test ( PBT ). Dua kali aku mengikuti tes CBT
namun belum berhasil juga, sampai pada akhirnya aku di karantina sebelum
mengikuti tes PBT sehari sebelumnya.
Aku
di jemput oleh panitia yang mengadakan kegiatan karantina yang berlokasi di
jalan solo tepatnya di Wisma Prambanan2. Aku di ajak ke kamarku yang sudah di
pesan, ku lihat seorang gadis cantik yang membuka pintu kamar dan dia lah yang
akan menemaniku selama karantina berlangsung, namanya Nida dia calon dokter
gigi sedangkan aku calon dokter umum. Ku masuki kamar kami dengan mata berkaca
dan rasa syukur yang luar biasa, tanpa pikir panjang aku pun langsung menelpon
Bapakku yang ada di rumah. Aku tinggal di Desa Sekura Kec. Telukkeramat Kab. Sambas.
“Assalamu’alaykum
pak..”
“Wa’alaykumasalam..gimana
keadaanmu nak..?”
“Alhamdulillah baik
pak... pak, Makasih banyak ya pak atas semua usaha dan kerja keras Bapak, ketulusan
dan kasih sayang bapak... saya sangat bahagia dan terharu dengan semua ini... kamarnya
besar dan mewah sekali pak..subhanallah fasilitas apapun ada, mulai dari TV, kamar
mandi ala hotel di kota besar, tempat tidur yang empuk, lemari mewah,tempat
masak, masya Allah semua ada pak..makasih ya pak..saya sayang bapak”
“Iya..sama-sama
anakku... jaga diri ya...”
Begitulah percakapan
singkatku dengan bapakku tercinta, karena usaha dan keja keras beliaulah aku bisa sampai ke Jogja. Dan atas izin-Nya
juga aku bisa menikmatinya. Semua yang terjadi di bumi ini adalah maunya Allah
swt. Laailaahaillallaah
Aku punya banyak kenalan baru dalam kegiatan
itu, mereka ramah dan baik sekali pada ku, mereka memanggilku dengan sebutan
BUNDA mungkin karena karakterku yang keibuan dan postur tubuhku yang besar di
tambah lagi wajahku yang sudah seprti gadis berumur 25 tahun padahal aku belum
18 tahun, Agustus 2011 aku baru 18 tahun,hehe
Sakit
bulanan ku kambuh
Tibalah
saat yang mendebarkan dimana aku harus berjuang supaya bisa menang dalam
peperangan. Hari minggu tepatnya di gedung UMY lantai 3 bagian tekhnik itu
ruangan UJIANku. Dengan semangat dan optimis, aku yakin sekali bisa lolos tapi
Allah berkata lain, di hari yang sama aku datang bulan dan memang kalau setiap
haid aku selalu kesakitan bahkan pingsan di kamar mandi pun pernah karena sakit
yang luar biasa. Sejak pertama menstruasi hingga sekarang aku memang seperti
itu, disminore.
Waktu
mengerjakan soal menunjukan 20 menit terakhir, tiba-tiba kepalaku pusing
sekali, perutku sudah nyeri tak tertahankan, keringatku mulai bercucuran,
rasanya penglihatanku sudah samar-samar tapi aku masih memaksakan diri untuk
tetap bertahan sampai selesai tapi tidak sama sekali aku langsung mengangkat
tangan kepada dosen pengawas lalu mereka menghampiriku. Seketika aku merintih
kesakitan dan pensilpun jatuh dari tanganku dengan sendirinya. Pengawas telah
panik dengan keadaanku,
“Kamu kenapa nak?
Mukamu pucat sekali, bisa di papah?”
“Saya ga kuat lagi
pak, tolong saya pak saya ga bisa bergerak lagi rasanya sakit sekali pak...”
Teman sebelahku meminta
melepas jilbabku, maksudnya supaya tidak panas. Aku terhenyak dengan
kata-katanya.
“Buka saja jilbabnya”
Seketika aku menjawab
dengan teriakan kecil.
“Saya tidak mau di
buka jilbab saya, saya malu... jangan buka dan jangan sentuh saya!”. Terangku
pada pengawas laki-laki bertubuh sedang itu.
“Kalau ada yang
perempuan biarkan mereka yang membawa saya.” pintaku dengan mata terpejam tapi
masih bisa bicara.
Kondisiku semakin
parah, datang dosen perempuan ingin membuka sedikit bagian jilbabku
“Saya tidak mau Bu.. jangan
apa-apakan hijab saya ini,..”
“Supaya tidak lemas
nak.. yang mana yang sakit nak..?”
“Saya tidak mau! Yang
sakit bukan ini tapi rahim saya yang sakiit.” dengan nada sedikit marah. Aku
nyaris pingsan. Tapi aku masih tetap bertahan. Dosen laki-laki menggendongku
beramai-ramai di karenakan berat badanku yang tidak mampu di gendong sendiri
oleh mereka yang kurang besar. Pak Satpam pun tiba dan aku di gendong satpam
itu layaknya bayi yang baru lahir. Dengan mata terpejam aku tak kuat lagi
menahan rasa sakit yang sangat hebat itu. Berbagai asma Allah dan doa-doa
keluar dari bibirku yang bergetar...sebelum keluar dari ruangan
“Tolong ambilkan tas
saya yang talinya kuning, ambil HP saya lalu hubungi Om saya pak....”pintaku merintih
menahan sakit yang tak bisa di gambarkan dengan kata-kata
“Pak saya mohon
isikan lembar jawaban saya yang masih kosong meskipun asal-asalan yang penting
terisi ya pak...” aku berpesan sambil di gendong
“Iya-iya nanti diisi”.
Jawab para dosen bersamaan
Lalu aku di bawa
menuju lantai bawah dengan lift. Satpam yang menggendongku itu berbadan besar
tinggi, tegap dan berkulih agak gelap. Tak henti-hentinya doa-doa keluar dari
bibirku sambil meneteskan air mata.. Aku sedih harus di gendong oleh orang yang
bukan muhrimku, Wallahi aku ga rela. Tapi keadaan sudah darurat..
Saat itu semua
perasaan bercampur menjadi satu sedih, kecewa, takut tidak lulus ya Allah hanya
kepada-Mu lah hamba memohon pertolongan...
Sesampainya di lantai
satu, keluar dari lift dengan rintihan doa-doa dan isak tangisku semua orang
bertanya-tanya ada apa???
Aku di baringkan di
tangga depan gedung dan di kelilingi banyak orang sambil menunggu ambulance
menjemput untuk dibawa kerumah sakit.
“Pak, Bu... saya
mohon jangan buka jilbab saya, jangan sampai ada bagian tubuh saya yang terbuka
tanpa seizin saya, saya malu Bu..saya malu...tolong jangan di apa-apakan hijab
saya...”. pintaku dngan nada merintih...
“Iya nak..kamu tenang
ya...”. Jawab salah seorang Ibu yang mencoba menenangkanku.
Aku merasa sangat di
jaga tak ada satu pun yang menyentuhku dengan semena-mena. Lagi-lagi Allah
melindungiku dan memberikanku rasa aman.
“Astaghfirullahal’adziim...laailahaillallaah,
hasbunallah wa ni’mal wakil ni’man maula wani’mannatsiir...”
Hanya itu yang kelur
dari bibir ku, sampai pada Rumah Sakit PKU MUHAMMADYAH YOGYAKARTA. Aku di
letakkan di atas pembaringan dan di dorong dengan cepatny., Aku di masukan ke
ruang UGD. aku serasa sudah tak sadarkan diri lagi. Beberapa saat kemudian aku
terjaga dan rasa sakit itu mulai menyerang kembali.
“Au...aau ya
Allah..sakiiit, astaghfirullaaaah...” teriakku.
“Sabar ya nak...” ucap
seorang bapak-bapak di sampingku.
Ternyata yang lain
sudah pergi, aku hanya di temani bapak itu..
“Pak...tolong
panggilkan Dokter pak...saya mau di suntik..biasanya mamak saya menyuntik dan
meminumkan obat kalau keadaan saya seperti ini...” pintaku
“Iya sebentar ya
nak..” laki-laki berbadan sedang dengan baju bergaris segera memanggil dokter.
Beberapa saat kemudian dokter menghampiriku.
“Dok...tolong suntik saya dok...”. Dokter
itupun langsung menyuntik ku dan memberikan resep obat..
Setelah 15 menit
kemudian Om pun datang menjemput ku. Bapak-bapak dari pihak UMY itupun
menyelesaikan pembayaran dan memberikan obat kepadaku...
“Ini obatmu nak..ini
kartu berobat dan tasmu ya nak...bapak pulang dulu” jelasnya ramah.
“Iya pak..terimakasih
banyak atas bantuanny..maaf telah merepotkan.” tuturku dengan santun dan
menyungging senyum kecil. Setelah agak nyaman aku pun pulang bersama om ke
rumah kontrakan Om.
Hari
yang di tunggu-tunggu
Setelah
malam yang kulewati tak bisa tidur karena deg-degan menunggu hasi, tibalah
waktunya aku membuka web dan melihat pengumuman itu. Kulihat nama-nama di situ
tapi tak ada nama ku...hati ku sedih dengan mata berkaca-kaca. Bapakku pesan
kalau tidak lolos lagi kamu pulang ya nak..biar kita nunggu hasil di pontianak
dan kamu bapak izinkan untuk mendaftar di STAIN sesuai dengan salah satu
mimpimu untuk menjadi Ustazah.
Sms masuk
Dari mamak
“Nak...kamu pulang
saja ya.. nanti pesan tiket ya nak..” hati ku bergetar hebat. Bibirku kelu.
Aku pun bersiap-siap
untuk kepulanganku setelah mendapat tiket besok.
Aku
punya teman di JOGJA yang memang sama-sama dari Sekura, kami pun janjian untuk
makan sate dan ngobrol-ngobrol di Taman Pintar. Sore harinya aku dan tante jalan-jalan
ke malioboro, rasa kecewaku sedikit terobati...
Kami
janjian di tempat sate di depan jalan Taman Pintar, aku datang lebih awal
karena aku minta sama tante untuk langsung ketempat itu saja, aku memilih naik
becak...wahh udah lama skali ga naik becak...aku terharu sekali bisa naik becak
di kota besar.subhanallah
Sepulang dari makan
sate dan ngobrol di taman kami pun pulang, aku di antar mba dea pake motor..aku
tidak akan melupakan malam yang penuh rahmat itu bersama mas ari dan mba dea.
^_^
Hari
ini aku pulang,dan harus meninggalkan kenangan di kota pelajar impianku ini.
Tepat 21 hari aku di JOGJA, meskipun aku pulang dengan tangan hampa tak membawa
gelar mahasiswi kedokteran tapi itu lah maunya Allah, mungkin rezeki ku bukan
disini. Tapi aku harus tetap semangat dan optimis. Where there is a will there
is a way
“Setiap
insan telah di tentukan rezekinya masing-masing, tinggal bagaimana cara dan usaha kita untuk mencari
dan mendapatkannya”
Jangan
pernah ada kata menyerah selama masih ada jalan, ingatlah Allah selalu
menyertai dan menjaga kita. Yakinlah bahwa apapun yang di berikannya kepada
kita, mau jadi apa nantiny, dimanapun kita di tempatkan itulah yang Terbaik
dari Allah untuk hamba-hambaNya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar