Selasa, 26 Maret 2013

Dibalik senyuman



 
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. At-Taghaabun: 16)

“ Saya baru selesai operasi 3 januari lalu dok dan sekarang sudah tanggal 29 maret. Kemarin waktu saya konsul kata dokternya saya bisa bawa motor  tapi pelan-pelan. Dan dua hari ini saya bawa motor sendiri berangkat dinas. Tadi malam saya dinas dok, memang rasa sakit pasca operasi masih sering sakit jika beraktivtas terlalu banyak. Biasanya masih bisa saya paksakan dok, pagi tadi saya tidak bisa memaksakan keadaan. Setelah minum obat saya langsung diminta istirahat sama kakak perawat, melihat keadaan saya CI lapangan menelpon dosen karena khawatir dengan keadaan saya. Dari pihak kampus ternyata sudah membuat surat izin dan sekarang saya diminta untuk meminta surat izin keterangan sakit dari dokter. Menurut dokter gimana? Tidak apa-apakah jika saya paksakan keadaan saya? Saya masih sanggup insya Allah, karena setiap harinya memang terasa sakitnya dok, saya hanya butuh istrahat saja sebentar memulihkan keadaan…hari ini saya libur, biasanya setelah mnum obat dan tidur keadaan saya bisa pulih dok.”


“Sebenarnya semua tergantung sama kamu, tapi tidak apa-apa jika dipaksakan jika kamu masih sanggup. Coba saya cek keadaan umum kamu (Sambil membuka kelopak bawah mata). kamu boleh lanjut, cuma jangan bawa motor sendiri dulu lagi, antar jemput aja dulu. nanti kalau sudah enakkan baru bawa motor sendiri lagi. Tapi ini tetap akan saya kasih ya suratnya, bisa dipakai jika diperlukan, sekalian saya resepkan obat nyerinya.”

Ya Tuhan, Laparatomi kista ovarium sinistra? benarkah? Itukan operasi besar, kalau pada orang melahirkan itu namanya caesar (Sc). Aku tertunduk lesu merenung.
Entah apa yang menjadikan gadis 19 tahun itu begitu kuat dimataku. Dia sangat bersemangat, tak kutemukan sedikitpun keluh kesah dari bibir manisnya. Baru hari ini aku mengetahui keadaannya selama 2 minggu lebih sama-sama. Dia tampak baik-baik saja, tenang dan selalu tersenyum dengan anggunnya. Ramah dengan pasien maupun keluarga pasien, aku kadang malu sendiri. Sebagi senior dia yang baru semester awal saja sudah menguasai komunikasi yang begitu nyaman dan santun. Ah, yang membuatku tersentak. Dia selalu shalat duha, membawa Al-Qur’an jika ada jam kosong dinas malam kutemukan dia sujud di seprtiga malam. Membaca Al-qur’an. Sedangkan aku? Shalat lima waktu saja masih belang-belang kambing. Tuhan, semoga engkau selalu melindunginya dan memberikan kekuatan pada gadis yang sangat menjaga dirinya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar