Aku terbangun dari lamunan sendu dihari itu. Aku sangat merindukan
sosok yang tegar dan penuh semangat itu, pelukan hangatnya, motivasinya,
semangatnya dan kesetiaannya serta kasih sayangnya padaku, sungguh dialah
sahabatku yang selalu dihati.
Dian Sartika namanya, sejauh ini dialah sahabat karibku yang setia mendengarkan keluhkesahku dan isak tangisku. Aku teringat ketika ia datang menghampiriku dan memeluk erat tubuhku seraya berkata, “selamat ulang tahun, semoga panjang umur, sehat selalu dan tercapi cita dan cintamu” bisiknya padaku. Tanpa sadar ada setetes embun yang keluar dari sudut mataku. Ya kebiasaan kami adalah tukar kado saat Hari Ulang Tahun kami. Dia lahir pada tanggal 8 september 1992, ya Dian lebih tua dariku 1 tahun. Aku sudah menganggapnya kakak.
Dian Sartika namanya, sejauh ini dialah sahabat karibku yang setia mendengarkan keluhkesahku dan isak tangisku. Aku teringat ketika ia datang menghampiriku dan memeluk erat tubuhku seraya berkata, “selamat ulang tahun, semoga panjang umur, sehat selalu dan tercapi cita dan cintamu” bisiknya padaku. Tanpa sadar ada setetes embun yang keluar dari sudut mataku. Ya kebiasaan kami adalah tukar kado saat Hari Ulang Tahun kami. Dia lahir pada tanggal 8 september 1992, ya Dian lebih tua dariku 1 tahun. Aku sudah menganggapnya kakak.
Dia
selalu memboncengku setiap kali kami pergi berdua baik ke Sekolah maupun
jalan-jalan. Ya, selama 6 tahun kami bersahabat aku belum pernah memboncengnya.
Sampai sekarang aku belum tau apa sebabnya dia tidak mau bila aku yang
memboncengnya. Bisa jadi karena faktor
postur tubuhnya yang lebih besar dan tinggi dariku, tapi aku sering
sekali melihatnya dibonceng oleh kakaknya yang lebih kurus darinya. Hum… kira-kira
apa ya??? Ah, sudahlah.
Kakde begitulahlah aku menyebutnya, dia
anak ke-3 dari 3 bersaudara. Kami sudah kenal dari pertama aku pindah Sekolah
ke Sekura, sejak itu aku baru kelas 4 SD. Sejak SD kami berteman biasa tapi
sudah dekat dia sering bercerita dengan polosnya tentang dirinya kepadaku.
Ketika akan mendaftar ke SMP kami pergi bersama, setelah dinyatakan kami
diterima di SMPN 1 Telukkeramat diadakanlah MOS. Hari itu sangat cerah, kami
anak-anak baru memakai seragam merah putih dan berkumpul dilapangan. Pembagian Kelaspun
tiba, satu persatu nama-nama kami dipanggil. Dan ternyata aku dan Dian satu Kelas,
Kala itu Kelas 7 ada 3 Kelas yaitu Kelas 7A, 7B, dan 7C, kami berada di Kelas
7B. Kami berduapun memutuskan untuk duduk bersama selama 1 tahun.
Hari-hari yang kulalui bersamanya
semenjak menjadi anak SMP sungguh sangat menyenangkan, kami selalu berdua baik
itu pergi ke Kantin, ke Perpustakaan. Aku merasa nyaman berada didekatnya,
semenjak itu aku mengajaknya berikrar untuk bersahabat denganku dan dia sangat
bahagia,
Aku
menghentikan langkahku, berdiri dihadapannya dan menatapnya” mau gak kalau kita
bersahabat?” tanyaku
“iy
aku mau.” Jawabnya sambil menyungging senyum manis
“
ayolah, sekarang kita sahabatan Karena Allah!” aku mengulurkan tanganku
kearahnya untuk berjabat tangan
Dia
meraih tanganku sambil berkata “ ya, kita bersahabat karena Allah.” Sautnya
dengan mata berbinar
Dari kelas 7 sampai sekarang Alhamdulillah
persahabatan kami masih dijaga oleh Allah.
Sore itu langit sendu dan hawa
dingin sang angin meresap ketubuhku, kupejamkan mataku sejenak mencoba
menikmati kesejukan hati dan ketentraman jiwa. Sepeda motorku melaju menuju
Rumah Dian, tas selepang kesayanganku yang menempel dibahu kiriku selalu ikut
menemaniku untuk meringankan bebanku membawa buku-bukuku. Ya..aku memang di
juluki si kutu buku, karena kebiasaanku yang selalu membawa banyak buku setiap
harinya ke Sekolah. Tas ku penuh dengan buku tulis dan ditanganku buku paket
untuk pelajaran hari ini selalu mewarnai langkah kakiku dan itulah cirikhasku.
Setibanya di Rumah sahabtku itu, kamipun segera mengerjakan tugas dari
guru-guru kami. Setelah mengerjakan tugas, waktu senggang kami habiskan untuk
berbagi cerita bersama, terkadang kami tertawa bersama dan tak jarang
menumpahkan air mata bersama…kebersamaan itulah yang mempererat ukhuwah
diantara kami.
Pernah suatu ketika kami berdua
sedang makan diluar bersama, tiba-tiba ada yang menyapa Dian dengan sebutan amoi, kami tertegun dan saling menatap heran,
aku langsung berkata “maaf, teman saya
ini melayu bukan cina”. Orang tersebutpun langsung mengalihkan pembicaraan
untuk mengabur rasa malunya. Ya, memang benar kalau dilihat dari matanya Dian
seperti layaknya orang cina karena matanya yang sipit seperti cina. Sejak duduk
dibangku SD Dian tinggal bersama Pamannya, ketika ia berusia 2 tahun Ayahnya
meninggal dunia. Dan sekarang Ibunya tinggal didaerah Pemangkat. Dian mempunyai
2 orang kakak, kakaknya yang pertama sudah berkeluarga dan kakaknya yang kedua
kuliah sambil kerja dan tinggal dikontrakan sendiri. Dialah sahabatku yang
tegar dalam menghadapi setiap cobaan dalam kehidupannya, bahkan disaat ia punya
masalah dia mampu untuk mendengarkan keluh kesahku dan memberi motivasi
kepadaku.
Waktu masih SMP hampir setiap hari
aku ke Rumahnya untuk melepas rindu dan mengerjakan tugas bersama. Aku sangat
dekat dengan keluarganya, mereka sudah seperti keluargaku sendiri, apabila ada
acara khitanan ataupun halalbihalal di Rumah sahabatku itu. Aku pasti diajak
untuk datang dan kami selalu menjadi bagian bersih-bersih dan cuci piring aku
layaknya tuan rumah. hehehe sungguh itu adalah hal yang sangat menyenangkan
bagiku dan menambah rasa cinta dianatara kami.
Masa SMA dimana kami masih
dipersatukan dalam satu kelas hanya saja kami tidak duduk bersama lagi. Setelah
kenaikan kelas dan pembagian jurusan barulah kami berpisah, aku di kelas IPA
sedangkan Dian kelas IPS. Semenjak itu aku tidak bisa lagi sering-sering ke
Rumahnya karena tuga sekolah mulai menumpuk dan aku sering jatuh sakit. Mana
kala aku sakit dia selalu dating menjengukku. Keunikan dalam persahabatan kami
ini adalah kami tidak pernah berfoto berdua! Entah mengapa kamipun heran, bukan
karena tidak ada kesempatan tapi kalau diminta untuk foto berdua kami sama-sama
menolak. Sampai sekarang belum ada foto kami yang berdua saja. Karena menurut
kami berdua persahabatan itu tidak mutlak harus ada foto berdua karena apa?
Karena hati kami tetap dekat walau terpisah jarak sekalipun.
Aku sungguh ingin membawanya berada
dalam kenikmatan cinta Ilahi aku sangat berharap dia bisa menyusulku
menggunakan hijab. Aku selalu berusaha untuk mengarahkannya namun belum juga
hatinya tertarik untuk mengenakan hijab yang memulikan wanita-wanita yang mulia
disisi Tuhannya. Meskipun begitu dialah orang yang paling bahagia disaat aku
memutuskan hendak berjilbab, dia yang menemaniku belanja keperluanku,dia yang
menemaniku dan memberi saran untuk model pakaian seragamku yang hendak
dipotong, dan dialah yang selalu bangga menjadi sahabatku, ketika yang lain mencemoohku.
Namun
aku yakin, suatu saat dia pasti akan menyusulku,menyusul sahabat karibnya dan
ikut merasakan lezatnya nikmat iman dan islam yang sesungguhnya.
Aku
ingat jelas makna persahabatan kami yang keluar dari bibir manisnya, dia
mengatakan,
“
kita bersahabat tidak seperti orang yang selalu bersama, kita jauh tapi kita
dekat. Saat kita sama-sama semuanya peristiwa indah, kita jarang
bersenang-senang, dan kita berjumpa biasanya untuk meluapkan keluh kesah kita
masing-masing”. Tuturnya dengan air mata berlinang.
Sekarang Dian belum bisa melanjutkan
pendidikannya untuk kuliah, dia menjadi penjaga salah satu Toko yang ada di
Pasar Sekura. Dan ia juga ikut kursus Komputer untuk bekal kerjanya nanti.
Sahabat
…..
Sebuah
kata yang memiliki makna yang sangat dalam bagiku
Sahabat….
Bukanlah
kata yang terucap hanya dibibir saja
Sahabat….
Tak
pernah lelah menghibur jiwa yang lara
Dia
yang selalu ada dalam tangis dan tawa
Menyejukkan
jiwa yang dahaga
Menebar
cinta dalam sahaja
Sahabat…
Dianya
yang mampu menguatkan hati yang tersakiti
Setia
dalam janji suci
Sampai
akhir nanti
Sahabat…
Dia
datang tanpa pernah permisi
singgah
direlung hati yang suci
Takkan pernah ternodai oleh rasa benci
Sahabat…
Menabur
benih cinta dengan kebersamaan
Menyatu
dalam perbedaan
Saling
menguatkan
Dan
takkan pernah terpisahkan
Sahabat…
Bagaikan
mawar yang sedang mekar
Menebarkan
harum semerbak yang segar
Pada
jiwa-jiwa yang tegar
Sahabat…
Bukanlah
dia yang selalu dekat raganya
Bukan
juga dia yang bersama untuk hura-hura
Namun
sahabat…
Adalah
dia yang selalu ada dalam suka dan duka
Dan….
Selalu
dekat meskipun jarak memisahkannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar