“BBM naik lagi..!” Hum pastinya kalimat itu
sudah tidak asing lagi terdengar di kalangan masyarakat kita, tidak menutup
kemungkinan kalimat tersebut juga akan bahkan sudah terlontar dari mulut kita
sendiri. Betapa tidak, sebagai mahasiswa khususnya saya pribadi yang masih di
biayai oleh orang tua tentunya merasa cemas sekaligus resah dengan kabar
kenaikan harga BBM itu sendiri.
Lalu bagaimana dengan saudara-saudara kita yang tidak berkecukupan, tentunya mereka sangat sedih bahkan shok mendengar rencana kenaikan harga BBM ini. Pasalnya untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari saja mereka sulit apalagi beban yang akan terus bertambah dengan kenaikan harga BBM, sikologis mereka terus di guncang dengan naiknya harga pangan sudah terlebih dulu melangit. Di perkirakan kenaikan harga barang akan signifikan dari harga semula, saat ini saja beberapa bahan pokok sudah naik 15%, bagaimana jika BBM jadi naik?
Lalu bagaimana dengan saudara-saudara kita yang tidak berkecukupan, tentunya mereka sangat sedih bahkan shok mendengar rencana kenaikan harga BBM ini. Pasalnya untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari saja mereka sulit apalagi beban yang akan terus bertambah dengan kenaikan harga BBM, sikologis mereka terus di guncang dengan naiknya harga pangan sudah terlebih dulu melangit. Di perkirakan kenaikan harga barang akan signifikan dari harga semula, saat ini saja beberapa bahan pokok sudah naik 15%, bagaimana jika BBM jadi naik?
Tak
cuma itu banyak sekali dampak yang akan timbul akibat rencana kenaikan BBM ini.
contoh konkritnya saja sekarang ini sebagian kelompok masyarakat sudah mulai
menimbun BBM untuk mengeruk keuntungan. Saya sempat terhenyak dengan kabar yang
di bawa teman sekelas saya Rasyid, “Takut rasanya ana mau ngisi bensin di jalan
lagi, kemarin pas ana ngisi tu bensinnya dicampur air! Sekarang tu ana
bela-belain buat antri di SPBU.” Miris sekali, meskipun aksi itu sudah lama di
lakukan oleh sebagian penjual bensin yang ada di tepi jalan. Saya yang juga
terbiasa membeli bensin di tepi jalan, tak jarang perasaan khwatir bensin itu
di campur air menghantui. Jujur saja saya paling malas kalau yang namanya antri
sepanjang jalan, terlalu banyak memakan waktu.
Selama
ini pemerintah memang telah memberikan subsidi kepada rakyat, tapi kenapa
bantuan itu harus di pukul rata? Apakah tidak bisa di fokuskan pada rakyat
miskin saja bantuan itu? Jadi, warga
kaya yang umumnya sudah memiliki kendaraan roda empat tidak perlu di subsidi sehingga tidak
menimbulkan beban sikologis yang terlalu berat terhadap rakyat umum yang mayoritas
miskin. Untuk mengurangi dampak negatif kenaikan harga BBM pada warga miskin, pemerintah
memberikan empat kompensasi. Pertama, BLT 150 ribu kepada 18,5 juta rumah
tangga selama sembilan bulan.kedua, penambahan subsidi siswa miskin. Ketiga,
penambahan jumlah penyaluran raskin. Keempat, subsidi pengelola angkutan
masyarakat. Meskipun begitu tetap saja biasanya di lapangan berbeda dan tidak
maksimal. Dan kompensasi kenaikan harga BBM hanya diberikan sampai akhir 2012.
Nah, setelah akhir tahun nanti bagaimana nasib saudara kita tersebut?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar