
TPA
Rosulullah
saw bersabda: "Orang yang paling baik di antara kamu adalah orang yang
mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya" (HR. Imam Bukhori)
Yup. Hari
itu…kali pertama aku mengajar TPA menggantikan teman. Cuma hari itu saja. Ba’da
shalat zuhur. Masih di mesjid. Mushaf ungu kesayangku telah ku tutup. Minimal satu
halaman dalam lima waktu. Notebook biru donkar juga sudah siap menemaniku
berkarya. “Dek, hari ini ada agenda gak?”
Tanya akhwat
yang sejak tadi di sampingku, sesekali kami membahas tentang planning agenda
besar yang di amanhkan kepada kami kala itu. Aksi dengan tema Mari Menutup
Aurat! Aku memang tidak ada kesibukan hari itu karena sudah selesai jam kuliah.
Ya, aku kuliah dari pagi sampai siang. Biasanya aku pulang ke kos sore hari
setelah dari perpustakaan, berburu ilmu. Atau berdiam diri di rumah Allah,
muhasabah diri. “Kosong kak. Ada apa?” jawabku santai.
“Adek mau
dak gantiin kakak ngajar?”
Pikirku ngajar
private, jadi aku masih saja dengan santai meresponnya. “Ngajar apa kak?” masih menatap layar
notebook. “Ngajar TPA.” Mendengar jawaban itu aku langsung mendongak melempar
pandanganku ke arahnya, hatiku berdecak takjub, bahagia sekali. Pokok e seneng
banget dah. :D
“Ha,
ngajar TPA kak? Mau,mau, mau banget kak. Kapan? Dimana?” sejak SMP aku ingin
sekali mengajar TPA d mesjid dekat rumahku. Tapi belum dapat izin ortu. Sampai pada
akhirnya aku nimbrung di mesjid depan jalan tempatku kos selama 1 bulan. Tidak di
gaji, yang penting aku bisa kumpul dengan anak-anak. Aku sungguh menyukai anak
kecil. Itu alas an kenapa aku begitu bersemangat dengan tawaran itu.
Aku
berangkat ke mesjid itu bersama kak kartika, aku tidak tahu alamatnya. Kak kartika
juga mengajar di sana. Ditengah terik matahari yang membakar tubuh, juga
membakar semangatku. Aku sungguh tidak sabar bertemu dengan anak-anak TPA yang
belum pernah ku temui sebelumnya. Aku tercengang melihat keakraban yang
terjalin antara kak kartika dengan anak-anak itu.
Baru saja
masuk gang, tampak seorang anak laki-laki aku menaksir umurnya 9 tahunan. “Ibu…”
dia menyapa kak kartika sambil mengayuh sepedanya lebih kencang. Tampan sekali
dengan baju orangenya.
Sekali lagi
aku terhenyak. Ternyata mereka semua mengenakan baju yang sama, seragam TPA. Subhanallah…
dalam benakkku, aku kuper sekali..hatiku basah.
“Bunga,
kamu ngajarnya di lantai 2 ya, karena bagian kak mimin di atas..nanti sama-sama
steo.”
“HA? Ikhwan
kak?” wajahku pucat, aku grogi sekali. Ini kali pertama aku benar2 mengajar. Panggilannya
aja udah Ibu! Ya, meski aku sering di sapa dengan panggilan itu. kali ini beda,
skill-ku benar-benar di uji. Aku bahkan tak mengerti bagaimana prosedur
mengajarnya. Juga, aku tak terbiasa berinteraksi dengan ikhwan. “kak, boleh
bunga di bawah sama-sama kakak. Gimana ya kak..”
“Tenang
ya bunga, gak apa-apa kok. Nanti di ajari dlu mereka ngajinya, kita shalat
berjamaah ashar. Gak bisa dig anti Karena memang begitu, kak mimin jatahnya di
atas.”
“Iya kak.”
Sayup-sayup
hembusan angin menerpa jilbab panjangku. Suasananya adem. Mesjidnya mungil,
imut banget. J
Aku merangkul
tangan gadis kecil yang tampak dari tadi memperhatikanku. “Adek namanya siapa?”
“Caca.” Jawabnya
“Ayokkita
ke atas, sayang!”
“Sini bu
sini!” anak-anak yang lain berebut menggiringku naik tangga. Mereka lucu-lucu,
ceria. Wah grogiku mulai hilang…
Susana ruangan
yang meng asyikkan. Tampak meja-meja kecil untuk anak-anak menulis lesehan. Papan
tulis. Karpet hijau yang tergelar dengan rapihnya. Betah ei. Ternyata ikhwan yang di maksud kak kartika itu
belum datang. Aku lebih leluasa. Aku ajak ana-anak kumpul dan ta’arufan…kenalan
dulu ni.
“Adek-adek..kakak
di sini menggantikan ibu mimin. Tapi hanya untuk hari ini saja..belum tahu
nanti gimana. Kalin boleh panggil kakak , kak bunga!”
“Iya kak
bunga…”
“Ayo
cepat lari! Sini-sini cepat! Pak teo datang.” lantai dua mesjid itu menggelegar
karena suara hentakan kaki anak-anak TPA yang berlari menuju ke arahku. Awalnya
mereka sedang asyik bermain di teras atas dekat tangga. Sebagian murid teman
yang memintaku menggantikannya untuk mengajar asyik berbincang denganku.
“Tuh pak
teonya udah datang, siapa yg murid pak teo?” gak ada yang mau mengaku. Saling menunjuk.
Ya, di sana menggunakan system pembagian murid
setiap pengajar.
“Lho kok
gitu..ayo pak teonya nanti marah lho.”
“Ga mau…
males. Banyak tugas.” Menghela nafas. Aku terus membujuk.
Di depan
pintu, ikhwan itu di beri penjelasan oleh salah seorang anak , mengatakan bahwa
dia di gantikan olehku. Wah, bergegas laki-laki yang mereka sapa pak teo itu
turun. Aku sungguh merasa tidak enak sekali. Ternyata aku di kerjain anak-anak,
tempat aku mengajar itu tempatnya, bukan tempat kak mimin. AllahuRabbi… malunya
aku ketika dia naik kembali, tanpa basa basi mengatakan “Tempat mimin di
sebelah sana!” spontan aku mengajak murid kak mimin pindah tempat.
Selang beberapa
waktu azan ashar berkumandang. Anak laki-laki berumur 10 tahun itu suaranya
merdu sekali ketika azan. Kami pun bergegas mengambil wudhu. “Mari
adik-adik..kita wudhu dan sholat. Dimana dek tempat wudhunya?”…
Setelah
shalat ashar yang berjalan sangat khidmat itu, akh steo sekaligus iman sholat
kali itu menuntun anak-anak berzkir. Mereka sangat bersemangat!
***
Semua berjalan
lancar. Kami bermain bersama, sholawatan, menghapal doa sehari-hari, cabut undi
juga sebelum ngaji..dan menggambar.
Caca mendekatiku
“Kak..besok kakak kesini lagi ndak..?kakak kok mirip kakaknya caca..”
Aku tersenyum
mendengar pernyataan itu “Belum tahu sayang.. oh ya? Kaknya caca sekarang
dimana?”
Dia menyerahkan
gambar miliknya..minta di nilai. Anak-anak yang lain sibuk mewarnai gambarnya. Aku
takjub ketika gadis kecil yang mempunyai paras cantik itu menyerahkan gambar
miliknya kepadaku. “Kak..ini buat kakak..” melihat hal tersebut, temannya juga
tidak mau kalah, “Iya kak. Ini buat kak juga”
Aku
terdiam, dan sangat terharu sekali. Ku rangkul dan ku ciumi pipinya.
Gambar itu masih tersimpan rapi sampai sa'at ini.
Usai
mengajar. Aku langsung pamitan, “Ini bunga, seadanya..maksih bnyak ya..” kak
kartika memberiku sejumlah uang. Aku kaget minta ampun. Baru pertama kalinya
aku mengajar lalu… yang aku gak tahu sebelumnya. Aku sangat bersyukur kepada
Allah atas nikmat rezeki yang di berikan-Nya.
Sungguh,
aku iri sekali dengan mereka, kak Mimin, kak Kartika, akh steo, kak Rani. Kemuliaan
suatu ilmu terkait pada apa yang dipelajari dan diajarkan. Dan Al-qur’anadalah
firman Allah yang sangat mulia, yang berasal dari Allah Yang maha mulia. Karena
itu mempelajari dan mengajarkannya adalah perbuatan yang sangat mulia. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar