Sang
Teladan
Langkah
kakiku terhenti di depan ruang Wk. Kurikulum, hatiku bergetar hebat oleh sosok
yang ulet dan cekatan. Kulihat jam dinding di ruangan itu menunjukan pukul
06.15 wib. Kulihat ada seseorang yang sedang asik di depan layar komputer
sambil menikmati secangkir kopi panas.
Aku
menyapanya
“Pagi
pak…” sambil memandang kearahnya
“Iya,
pagi” sautnya tanpa menggerakkan pandangannya kearah layar monitor itu
Akupun
berlalu menuju kelas, dalam hati aku berkata. Sungguh aku iri sekaligus bangga
dengan kegigihan, kerja keras dan kesungguhan beliau. Hampir sedetikpun tak
pernah ia menyia-nyiakan waktunya.”
Angin pagi menerepa lembut jilbabku
dan memberikan kesegaran serta ketenangan. Pepohonan hijau di belakang Sekolah
tampak jelas menghiasi panorama pagi yang menawan. Bunga-bunga berbaris rapi
ditemani sang pagar yang berderet di depan kelas sangat indah dipandang mata.
Bel berbunyi menandakan waktu istirahat tiba. Kebiasaanku adalah menggunakan
waktu istirahatku berburu guru untuk menanyakan materi yang belum aku kuasai.
Sosok yang ulet dan serba tau itulah yang selalu menjadi sasaranku. Sosok itu
bernama Ruyat, SPd.,MM, beliau dijuluki “Kamus berjalan” di Sekolahku. Kami
biasa memanggilnya “pak ruyat”, selama aku duduk dibangku SMA beliaulah
tempatku bertanya tentang banyak hal, beliau Guru sekaligus Sahabat bagiku. Tak
jarang aku bertukar fikiran dengannya tentang masalah yang kuhadapi.
Apabila ia berjalan pasti menunduk
dan sangat cepat kebiasaannya tanpa menggunakan sandal sambil menggaruk-garuk
kepalanya. Tubuhnya yang bulat dan kulit sawo matangnya itu serta perut
buncitnya semakin menambah lucu perawakannya. Beliau sangat gesit dan lincah
sekali. Beliau sangat cerdas, saking cerdasnya hamper semua bidang studi
dikuasainya. Beliau tidak pernah malu melakukan kebaikan, biasanya beliau
mendorong gerobak kepasar membawa barang-barang rongsokan. Mungkin bagi
sebagian orang yang profesinya sebagai PNS seperti beliau akan malu bahkan
tidak mau melakukan pekerjaan itu. Tapi beliau tidak, dengan rasa bangga dan
menebarkan senyuman ia mendorong gerobak itu dengan penuh semangat.
Setiap pergi ke Sekolah aku sudah
menyiapkan materi untuk hari ini, apabila ada yang belum aku mengerti aku
segera menghampiri pak Ruyat diruangannya. Beliau sangat baik dan ramah
kepadaku, saking dekatnya beliau memanggilku dengan sebutan “along” panggilanku
di Rumah, dan hanya orang-orang terdekatku yang memanggilku dengan sebutan
along.
Nuansa indah yang terpancar dari
setiap sudut Sekolah, membuatku selalu rindu dengan masa-masa dimana aku
mengenyam pendidikan dibangku SMA. Lingkungan itulah yang menjadi saksi bisu
perjuangan keras seorang Guru yang tangguh lagi bijaksana, disiplin dan sangat
bersemangat. Ya, Pak Ruyat adalah Guru
yang ditakuti siswa, karena ketegasannya. Aku sering mendengar cerita bagaimana
pak Ruyat berlari dan berteriak dengan cepat mengejar siswa-siswanya yang
kepergok melanggar aturan Sekolah. Aku juga pernah menyaksikan dengan mata
kepalaku sendiri bagaimana aksinya yang membuat kami ketakutan sekaligus
menahan tawa karena saking lucunya melihat beliau berlari sekencang-kencangnya
menangkap sang pelaku dengan sangat heroik.
Pak Ruyat tinggal disebuah rumah
dilingkungan Sekolah tepatnya di depan mushola Sekolah. Rumahnya sekaligus
tempat istrinya mengais rezeki dengan profesi sebagai ibu rumah tangga dan ibu
kantin. Ya ,kantinnya itu kami sebut kantin pak ruyat. Pak Ruyat lahir di
Telaga Sari 12 Februari 1969, Istrinya bernama Ibu Eneng Yunengsih. Beliau
memiliki tiga orang Anak. Anak pertamanya duduk dibangku SMA, yang kedua masih
SMP dan yang terakhir masih SD. Cara hidup beliau sangat sederhana, namun Ilmu adalah
sasaran bidikan utamanya. Beliau
mengenyam pendidikan SD pada tahun 1983, SMP 1986, SMA 1989. Beliau
menyelesaikan D3 di IPB Fakultas Mipa Bogor, S1 di UT Jakarta selama 2 tahun.
S2 jurusan Magister Management konsentrasi Management Pendidikan di STIEKN Jaya
Negara Malang 2010.
Pengalaman kerja beliau berawal dari
tahun 1993 sebagai Guru Biologi di SMAN 1 Telukkeramat, Kabupaten Sambas sampai
sekarang, sebagai Wk. Kesiswaan ( 1997-2004 ), dilanjutkan memegang Wk.
Kurikulum (2004-2011). Pada tahun 2000
-2005 beliau mengajar di STIT Syarif Abdurrahman Singkawang ( Ilmu Pengantar
Dasar). Tahun 2005 di STIT Muhammad Syafi’udin Sambas dan Sekura
( Ilmu
Pengantar Dasar dan Pengantar Ilmu Komunikasi).
Malam yang dingin mengajakku untuk
mengingat sosok yang ramah itu, aku ingat jelas dengan pesan-pesan beliau
kepadaku. Belajar dan teruslah belajar,
tidak ada yang sia-sia ilmu yang telah kita pelajari, kuasai bahasa inggris dan
bahasa arab. Semakin bertambah ilmu kita maka semakin merunduk pula kita! Itu pesan beliau saat aku dinyatakan
lulus sebagai mahasiswi STAIN. Beliaulah yang menguatkanku disaat aku terjatuh.
Beliau mengajarkanku tentang kehidupan, pernah suatu ketika aku sedang
duduk menikmati makanan di kantin
beliau, terdapat piring-piring kotor disampingku. Beliau datang dari Sekolah
dan mengambil piring-piring tersebut disampingku. Aku terhenyak dan sungguh
hatiku menjerit menyaksikannya. Dibawanya piring-piring kotor itu ketempat
pencucian piring didapur yang sudah sangat kumuh itu, ia cuci piring-piring itu
masih menggunakan pakaian mengajar. Sungguh ya Allah aku tak mampu membendung
air mataku, kecintaanku sebagai seorang siswa terhadapnya semakin besar. Dialah
pahlawan tanpa tanda jasa.
Ada hal yang sangat menarik, Pak
ruyat dan istrinya terkenal pasangan yang romantis. Karena apa, setiap mereka
pergi jalan-jalan sore, ke Pasar dan Undangan istrinya selalu memeluk erat
dengan gaya menempel seperti perangko kepada suaminya itu di atas sepeda motor
butut miliknya. Sungguh sangat mengesankan, pasalnya di Daerahku hanya pasangan
itu yang romantis di atas sepeda motor.
Dunia maya menjadi saksi
perbincangan kami dimalam yang sunyi itu. Aku membuka Note Book kesayanganku
dan aku mencoba untuk menelusuri setiap sudut facebook milikku. Kulihat kearah
kiri beranda, ada pak ruyat didaftar obrolan. Kusapa beliau dengan salam dan
mulailah kami berbincang-bincang tentang mimpi. Pak ruyat menyatakan
keinginannya untuk menjadi seorang Hafiz Al-qur’an dan aku menanggapinya seraya
berkata
“Nanti
pak kalo misalnya along keterima di STAIN kita berlomba untuk menghafal
Al-qur’an ya pak, kita lihat nanti pak siapa yang lebih dulu,hehe”
“Iya
long nanti kita bersaing ya…” Jawabnya dengan menyisipkan sebuah emotion icon
senyum.
Ya
begitulah perbincangan singkat kami, semoga apa yang kami impikan bisa
terealisasi, amiiin. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar