Senin, 14 Januari 2013

Sang Teladan

 Sang Teladan

Langkah kakiku terhenti di depan ruang Wk. Kurikulum, hatiku bergetar hebat oleh sosok yang ulet dan cekatan. Kulihat jam dinding di ruangan itu menunjukan pukul 06.15 wib. Kulihat ada seseorang yang sedang asik di depan layar komputer sambil menikmati secangkir kopi panas.
Aku menyapanya

“Pagi pak…” sambil memandang kearahnya
“Iya, pagi” sautnya tanpa menggerakkan pandangannya kearah layar monitor itu
Akupun berlalu menuju kelas, dalam hati aku berkata. Sungguh aku iri sekaligus bangga dengan kegigihan, kerja keras dan kesungguhan beliau. Hampir sedetikpun tak pernah ia menyia-nyiakan waktunya.” 

            Angin pagi menerepa lembut jilbabku dan memberikan kesegaran serta ketenangan. Pepohonan hijau di belakang Sekolah tampak jelas menghiasi panorama pagi yang menawan. Bunga-bunga berbaris rapi ditemani sang pagar yang berderet di depan kelas sangat indah dipandang mata. Bel berbunyi menandakan waktu istirahat tiba. Kebiasaanku adalah menggunakan waktu istirahatku berburu guru untuk menanyakan materi yang belum aku kuasai. Sosok yang ulet dan serba tau itulah yang selalu menjadi sasaranku. Sosok itu bernama Ruyat, SPd.,MM, beliau dijuluki “Kamus berjalan” di Sekolahku. Kami biasa memanggilnya “pak ruyat”, selama aku duduk dibangku SMA beliaulah tempatku bertanya tentang banyak hal, beliau Guru sekaligus Sahabat bagiku. Tak jarang aku bertukar fikiran dengannya tentang masalah yang kuhadapi. 

            Apabila ia berjalan pasti menunduk dan sangat cepat kebiasaannya tanpa menggunakan sandal sambil menggaruk-garuk kepalanya. Tubuhnya yang bulat dan kulit sawo matangnya itu serta perut buncitnya semakin menambah lucu perawakannya. Beliau sangat gesit dan lincah sekali. Beliau sangat cerdas, saking cerdasnya hamper semua bidang studi dikuasainya. Beliau tidak pernah malu melakukan kebaikan, biasanya beliau mendorong gerobak kepasar membawa barang-barang rongsokan. Mungkin bagi sebagian orang yang profesinya sebagai PNS seperti beliau akan malu bahkan tidak mau melakukan pekerjaan itu. Tapi beliau tidak, dengan rasa bangga dan menebarkan senyuman ia mendorong gerobak itu dengan penuh semangat.

            Setiap pergi ke Sekolah aku sudah menyiapkan materi untuk hari ini, apabila ada yang belum aku mengerti aku segera menghampiri pak Ruyat diruangannya. Beliau sangat baik dan ramah kepadaku, saking dekatnya beliau memanggilku dengan sebutan “along” panggilanku di Rumah, dan hanya orang-orang terdekatku yang memanggilku dengan sebutan along. 

            Nuansa indah yang terpancar dari setiap sudut Sekolah, membuatku selalu rindu dengan masa-masa dimana aku mengenyam pendidikan dibangku SMA. Lingkungan itulah yang menjadi saksi bisu perjuangan keras seorang Guru yang tangguh lagi bijaksana, disiplin dan sangat bersemangat. Ya, Pak Ruyat  adalah Guru yang ditakuti siswa, karena ketegasannya. Aku sering mendengar cerita bagaimana pak Ruyat berlari dan berteriak dengan cepat mengejar siswa-siswanya yang kepergok melanggar aturan Sekolah. Aku juga pernah menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri bagaimana aksinya yang membuat kami ketakutan sekaligus menahan tawa karena saking lucunya melihat beliau berlari sekencang-kencangnya menangkap sang pelaku dengan sangat heroik. 

            Pak Ruyat tinggal disebuah rumah dilingkungan Sekolah tepatnya di depan mushola Sekolah. Rumahnya sekaligus tempat istrinya mengais rezeki dengan profesi sebagai ibu rumah tangga dan ibu kantin. Ya ,kantinnya itu kami sebut kantin pak ruyat. Pak Ruyat lahir di Telaga Sari 12 Februari 1969, Istrinya bernama Ibu Eneng Yunengsih. Beliau memiliki tiga orang Anak. Anak pertamanya duduk dibangku SMA, yang kedua masih SMP dan yang terakhir masih SD. Cara hidup beliau sangat sederhana, namun Ilmu adalah sasaran bidikan utamanya. Beliau  mengenyam pendidikan SD pada tahun 1983, SMP 1986, SMA 1989. Beliau menyelesaikan D3 di IPB Fakultas Mipa Bogor, S1 di UT Jakarta selama 2 tahun. S2 jurusan Magister Management konsentrasi Management Pendidikan di STIEKN Jaya Negara Malang 2010. 

            Pengalaman kerja beliau berawal dari tahun 1993 sebagai Guru Biologi di SMAN 1 Telukkeramat, Kabupaten Sambas sampai sekarang, sebagai Wk. Kesiswaan ( 1997-2004 ), dilanjutkan memegang Wk. Kurikulum (2004-2011).  Pada tahun 2000 -2005 beliau mengajar di STIT Syarif Abdurrahman Singkawang ( Ilmu Pengantar Dasar). Tahun 2005 di STIT Muhammad Syafi’udin Sambas dan Sekura
 ( Ilmu Pengantar Dasar dan Pengantar Ilmu Komunikasi). 

            Malam yang dingin mengajakku untuk mengingat sosok yang ramah itu, aku ingat jelas dengan pesan-pesan beliau kepadaku. Belajar dan teruslah belajar, tidak ada yang sia-sia ilmu yang telah kita pelajari, kuasai bahasa inggris dan bahasa arab. Semakin bertambah ilmu kita maka semakin merunduk pula kita!  Itu pesan beliau saat aku dinyatakan lulus sebagai mahasiswi STAIN. Beliaulah yang menguatkanku disaat aku terjatuh. Beliau mengajarkanku tentang kehidupan, pernah suatu ketika aku sedang duduk  menikmati makanan di kantin beliau, terdapat piring-piring kotor disampingku. Beliau datang dari Sekolah dan mengambil piring-piring tersebut disampingku. Aku terhenyak dan sungguh hatiku menjerit menyaksikannya. Dibawanya piring-piring kotor itu ketempat pencucian piring didapur yang sudah sangat kumuh itu, ia cuci piring-piring itu masih menggunakan pakaian mengajar. Sungguh ya Allah aku tak mampu membendung air mataku, kecintaanku sebagai seorang siswa terhadapnya semakin besar. Dialah pahlawan tanpa tanda jasa.

            Ada hal yang sangat menarik, Pak ruyat dan istrinya terkenal pasangan yang romantis. Karena apa, setiap mereka pergi jalan-jalan sore, ke Pasar dan Undangan istrinya selalu memeluk erat dengan gaya menempel seperti perangko kepada suaminya itu di atas sepeda motor butut miliknya. Sungguh sangat mengesankan, pasalnya di Daerahku hanya pasangan itu yang romantis di atas sepeda motor. 

            Dunia maya menjadi saksi perbincangan kami dimalam yang sunyi itu. Aku membuka Note Book kesayanganku dan aku mencoba untuk menelusuri setiap sudut facebook milikku. Kulihat kearah kiri beranda, ada pak ruyat didaftar obrolan. Kusapa beliau dengan salam dan mulailah kami berbincang-bincang tentang mimpi. Pak ruyat menyatakan keinginannya untuk menjadi seorang Hafiz Al-qur’an dan aku menanggapinya seraya berkata
“Nanti pak kalo misalnya along keterima di STAIN kita berlomba untuk menghafal Al-qur’an ya pak, kita lihat nanti pak siapa yang lebih dulu,hehe”
“Iya long nanti kita bersaing ya…” Jawabnya dengan menyisipkan sebuah emotion icon senyum.
Ya begitulah perbincangan singkat kami, semoga apa yang kami impikan bisa terealisasi, amiiin. (*)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar